Dark/Light Mode

Membaca Trend Globalisasi (42) Karakter Khusus Nilai Universal Islam:

Sebagai Agama Kemanusiaan

Minggu, 20 Januari 2019 06:47 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Tanpa kemanusiaan maka manusia lebih tepat menjadi seekor hewan atau binatang. Rasa kemanusiaanlah yang membedakan seseorang dengan binatang. Namun perlu dicermati karena rasa dan sifat kemanusiaan ini menyebabkan manusia menempuh perjalanan hidupnya dengan cara fluaktuatif.

Berbeda dengan kehidupan makhluk biologis lainnya, termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan, bahkan termasuk bangsa jin dan malaikat. Satu satunya manusialah yang dapat ketegori sebagai makhluk eksistensialis. Hanya manusia yang bisa naik turun martabatnya di mata Allah, Tuhan YME. Manusia bisa turun martabatnya lebih hina dari pada binatang (asfla safilin).

Baca juga : Menyikapi Perbedaan

Akan tetapi manusia juga bisa mencapai ketinggian paling puncak (ahsan taqwim) seperti yang pernah dicapai Nabi Muhammad Saw, naik ke puncak Sdr al-Muntaha. Malaikat Jibril yang ditugasi Tuhan mendampinginya memohon maaf tidak bisa mendampingi Rasulullah naik ke pucak karena kedua sayapnya sudah terkapar tanpa kekuatan energi.

Sebaliknya Nabi Muhammad Saw terus melejit hingga Sdr al-Muntaha, tempat yang didambakan para pencari Tuhan, sebagaimana diabadikan Tuhan dalam ayat: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. al-Isra’/17:1).

Baca juga : Islam Dan Keberadaan Agama Lokal

Tuntutan dan tuntunan sila kedua ini merupakan ciri khas masyarakat Indonesia. Meskipun bangsa ini dikaruniai luas wilayah strategis berikut dengan kekayaan alam luar biasa tetapi tidak membuatnya sombong dan angkuh. Sebaliknya keindahan alam dengan aneka rupa warna kembang mempengaruhi kepribadiannya sebagai warga Indonesia yang ramah dan santun.

Sikap kemanusiaan yang dikembangkan, bukan manusia bebas dan liberal yang cenderung arogan dan individualistic, tetapi warga bangsa yang memiliki otonomi dan kemandiriian sebagai insan-insan yang bertanggung jawab.

Baca juga : Trend Jilbab (6): Jilbab Sebagai Multi Dunia

Satu sisi warga bangsa Indonesia terkesan sangat lembut dan bijaksana tetapi saat bersamaan sebagian warga bangsa Indonesia jiga memiliki keangkuhan, individualism, dan sekularis.

Selain memiliki unsur kemanusiaan, manusia Indonesia juga perlu melengkapi dirinya dengan sikap keadilan dan keadaban publik dan individu yang tinggi. Sila kedua ini harus dipertahankan karena itulah hakikat kepribadian bangsa Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.