Dark/Light Mode
Muslim Uighur, Antara Tragedi Kemanusiaan Dan Separatisme (3)
Jangan Khianati Nilai Kemanusiaan, Agama & Konstitusi
RM.id Rakyat Merdeka - Indonesia itu unik dikarenakan 2 hal. Satu, karena Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia. Tapi juga karena Indonesia adalah negara yang memiliki tanggung jawab konstitusi, tidak saja secara domestik.
Tapi juga memiliki tanggung jawab konstitusi untuk menjaga ketertiban dunia dan menghapuskan segala bentuk “kezhaliman” (penjajahan) di atas dunia ini. Karena itu, Indonesia, baik rakyat maupun pemerintah, memiliki tanggung jawab dua kaki. Tanggung jawab moral (agama). Juga tanggung jawab konstitusi untuk mengambil langkah-langkah aktif dalam menyikapi permasalahan ini.
Bersikap masa bodoh, apalagi karena dihinggapi rasa takut dan minder karena kekuatan “Kuku China” di negara ini adalah pengkhianatan kepada kedua amanah (agama dan konstitusi) itu.
Baca juga : Diperlukan Segera, Tim Pencari Fakta
Pemerintah dan semua pihak harus segera menginisiasi langkah-langkah pembentukan tim “fact finding” itu. Baik dalam kapasitasnya sebagai anggota besar OKI maupun di arena internasional (PBB dan Komisi HAM PBB Jenewa). Jangan-jangan memang benar bahwa saudara-saudara kita di Xingjian saat ini sedang mengalami “eliminasi” massal.
Lalu kita terbutakan dan ternina bobokkan oleh informasi-informasi formal pemerintahan komunis China. Kalaupun misalnya bahwa pemerintahan China hanya melakukan hak menjaga keutuhan negara, lalu logiskah jika kamp-kamp konsentrasi itu eksis? Dapatkah diterima secara akal adanya kamp-kamp konsentrasi seperti yang dialami warga Yahudi di Eropa masa lalu?
Tentu kita harus menghormati kedaulatan negara lain. Kita tidak ingin intervensi urusan dalam negara lain. Tapi ketika sudah menyangkut “hidup dan kemuliaan manusia” (human dignity), maka Indonesia dan dunia internasional punya tanggung jawab moral dan konstitusi untuk menyuarakan resistensi.
Baca juga : Beragam Isu Seram Pelanggaran HAM
Jika Indonesia dan dunia Islam, bahkan dunia internasional memilih diam, maka sekali lagi, itu adalah pengkhianatan nyata kepada nilai-nilai kemanusiaan, agama dan konstitusi. Kesimpulannya kita tidak punya kepentingan melihat Xingjian (Turkistan Timur) memisahkan diri dari China.
Sebagaimana kita tidak mau negara lain mendukung Papua untuk memisahkan diri dari NKRI. Tapi moral dan konstitusi kita mengamanahkan untuk menjunjung tinggi hak-hak semua manusia untuk kebebasan beragama (freedom of religion) dan kemuliaan kemanusiaan (human dignity).
Karenanya, kita tunggu langkah yang akan diambil Pemerintah Indonesia ke depan. Apalagi mulai Januari ini, Indonesia menjadi salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Baca juga : Pentingnya Rasa Keadilan
Apakah hanya menjadi penghibur dan pelengkap di DK? Mengikuti ritme nyanyian dunia yang penuh kepura-puraan? Atau Indonesia akan berani untuk melakukan langkah-langkah dan terobosan baru dalam meminimalisir berbagai ketidak adilan dunia. Uighur, Rohingya, dan tentunya Palestina menunggu penuh harap. Kita juga menunggu! [Habis]
Imam Shamsi Ali ; Presiden Nusantara Foundation, Imam Islamic Center New York, Direktur Jamaica Muslim Center, New York, Pendiri Pondok Pesantren Di AS, dan Diaspora Indonesia di Kota New York
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.