Dark/Light Mode

Etika Politik dalam Al-Qur’an (3)

Mengapa Tidak Ada Kata Politik (Siyasah) Dalam Al-Qur’an?

Minggu, 27 Januari 2019 07:08 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Menarik untuk dikaji, mengapa urusan politik tidak banyak disinggung di dalam Al-Qur’an dan hadist? Bahkan kata politik (Al-Siyasah) sama sekali tidak pernah disebutkan dalam Al-Qur’an.

Mengapa hal yang sepenting ini tidak mendapatkan perhatian khusus di dalam Islam? Apakah ini pertanda bahwa Islam membuka diri untuk memberikan pengakuan kepada berbagai pola suksesi yang hidup di dalam setiap masyarakat?

Pola suksesi atau pergantian pemimpin sejak masa permulaan Islam, yakni pada masa Nabi dan Sahabat sampai sekarang, tidak tunggal tetapi beragam. Al-Qur’an tidak memberikan penjelasan dan directions tentang tata cara penentuan, pemilihan, dan penetapan pemimpin umat atau kepala pemerintahan.

Baca juga : Etika Politik Qur’ani: Sebuah Pengantar

Nabi sendiri juga tidak pernah memberikan wasiat atau petunjuk tentang proses pergantian kepemimpinan di dalam Islam. Sampai saat-saat terakhir kehidupannya pun tidak memberikan stetmen politik.

Dalam kamus bahasa Arab, politik berarti siyasah, berasal dari akar kata assa-yaissu-assan berarti membangun, mendirikan, meletakkan pondasi. Dari akar kata ini lahir kata asas (dasar, pedoman, pondasi), muassasah (yayasan), muassis (pendiri). Dari akar kata itu pula lahir kata assas (menghasut, tukang fitnah, provokator), ”mengobarkan permusuhan di antara manusia” (assasa bain al-nas).

Di dalam Al-Qur’an kata siyasah (politik) sama sekali tidak pernah disebutkan. Dari akar kata itu hanya disebutkan 2 kali yaitu kata lamasjidun ussisaala al-taqwa (mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa/ mesjid yang didirikan atas dasar takwa/Q.S. At-Taubah/9:108) dan assasa bunyanahuala taqwa (mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa/(Q.S. At-Taubah/9:108).

Baca juga : Strategi Globalisasi Ummat

Suksesi kepemimpinan Nabi melalui musyawarah terbuka, dihadiri seluruh komponen, baik komponen-komponen golongan Anshar maupun Muhajirin. Pergantian Abu Bakar melalui wasiat meskipun tidak mengikat. Pergantian Umar melalui formatur.

Pergantian Utsman melalui formatur terbatas. Pergantian Ali melalui pengambilalihan. Suksesi-suksesi selanjutnya kembali lagi seperti pra Islam, suksesi kepemimpinan dilakukan secara turun temurun, baik oleh dinasti Mu’awiyah maupun dinasti Abbasiyah.

Suksesi secara demokrasi sejati di dalam dunia Islam, secara defacto dan dejure mungkin pertamakali dialami oleh Presiden SBY di Indonesia, di mana seluruh rakyat melakukan pemilihan secara langsung pemimpin dan kepala negaranya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.