Dark/Light Mode

Etika Politik dalam Al-Qur’an (4)

Etika Suksesi (1)

Senin, 28 Januari 2019 06:59 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Al-Qur’an tidak memberikan penjelasan tentang tata cara penentuan, pemilihan, dan penetapan pemimpin umat atau kepala pemerintahan. Rasulullah sendiri juga tidak pernah memberikan wasiat atau petunjuk tentang proses pergantian kepemimpinan di dalam Islam.

Sampai saat-saat terakhir kehidupannya pun tidak memberikan statment politik. Ini semua pertanda bahwa urusan suksesi adalah urusan kontemporer duniawi, yang dapat dilakukan dan dipilih sendiri oleh masyarakat dan umat berdasarkan kebutuhan obyektifnya.

Baca juga : Mengapa Tidak Ada Kata Politik (Siyasah) Dalam Al-Qur’an?

Islam hanya menggariskan musyawarah jalur terbaik dalam menyelesaikan segala hal. Nabi Muhammad wafat hari Senin dan baru dikuburkan pada hari Rabu. Tertundanya pemakaman Nabi selama 3 hari di antara penyebabnya ialah rumitnya persoalan siapa yang akan menjadi pengganti Nabi sebagai kepala pemerintahan dan sebagai pemimpin spiritual.

Setelah diketahui Nabi wafat maka hari Selasa berkumpullah sekelompok orang di Balai Pertemuan Bani Sa’adah di Bani Tsaqifah yang diprakarsai oleh kelompok suku Khazraj dari masyarakat Madinah (Anshar).

Baca juga : Etika Politik Qur’ani: Sebuah Pengantar

Mereka membicarakan soal suksesi kepemimpinan pasca wafatnya Nabi. Mendapat laporan seperti ini, maka Abu Bakar bersama Umar bin Khattab dan Abu Ubadah dari kelompok Muhajirin (pengungsi dari Mekkah) menuju ke tempat itu.

Dalam pertemuan itu kelompok Anshar mengajukan Sa’ad bin Ubadah sebagai pemimpin baru. Akan tetapi Umar menyela di dalam pertemuan itu dan meminta agar pengganti Nabi Muhammad ialah Abu Bakar dengan pertimbangan, Rasulullah pernah bersabda: al-Aimmah min Quraisy (Pera pemimpin itu dari kalangan Quraisy).

Baca juga : Strategi Globalisasi Ummat

Selain itu Abu Bakar juga selalu diminta oleh Nabi menggantikannya menjadi imam shalat semasa beliau sakit. Lagi pula, menurut Umar, jika yang menjadi pemimpin dari golongan suku Khazraj belum tentu bisa diterima oleh suku ’Auz, yang selalu menjadi saingan suku Khazraj di madinah.

Para peserta pertemuan menyetujui pendapat Umar dan Umar tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung membaiat Abu Bakar sebagai khalifah (pengganti), yang terkenal dengan Bai’at Tsaqifah.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.