Dark/Light Mode

Fikih Ibadah Di Era Pandemi (2)

Jumat, 29 Mei 2020 08:19 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Fikih ini sesungguhnya sudah merupakan sebuah keniscayaan bagi bangsa Indonesia. Fikih Kebhinnekaan sebuah jawaban terhadap kondisi dimana ajaran formal keagamaan mulai berhadapan dengan persoalan realitas yang sedemikian rumit.

Kita tidak bisa menutup mata bahwa, selain masyarakat Indonesia yang semakin pluralistis juga sedang terjadi jarak antara konsep fikih dan lingkungan pacunya. Bahkan dirasakan beberapa konsep fikih semakin berjarak dengan logika pemeluknya.

Baca juga : Petani Nanas Prabumulih Kebanjiran Order Di Tengah Pandemi Covid-19

Tidak sedikit orang merasa teralienasi dengan konsep ajaran agamanya yang dirasakan sedemikian asing. Berbagai kontradiksi sedang terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Idealisasi konsep fikih dirasakan tidak simetris lagi dengan idealisasi kehidupan nyata di dalam masyarakat.

Konsep fikih dirasakan semakin dogmatis, normatif, berorientasi masa lampau, konservatif, statis, tradisional, tekstual, kualitatif, dan deduktif. Sementara lingkungan pacu kehidupan dirasakan semakin rasional bahkan liberal, bebas, berorientasi masa depan, dinamis, mobile, sophis-ticated, kontekstual, kuantitatif, dan induktif.

Baca juga : Fikih Ibadah Di Era Pandemi

Konsep fikih semakin terasa membebani, membatasi, dan mengikat pemeluknya .Akibatnya, konsep fikih dan ajaran agama dikesankan kehilangan zona nyaman dan syahdu. Konsep-konsep agama tidak banyak lagi menjanjikan ketenangan, kesyahduan, dan kepuasan batin.

Sementara lingkungan pacu kehidupan semakin menantang manusia untuk berani melakukan terobosan, memotong jalan mencapai tujuan dan kebahagiaan. Subyek dan obyek Fikih Kebhinnekaan ialah masyarakat Indonesia yang plural dan heterogen.

Baca juga : Kinerja Ekspor Pertanian Di Masa Pandemi Tetap Naik

Pluralitas bisa diartikan sifat dari sekumpulan kelompok nilai atau sub-kultur yang diikat oleh suatu kekuatan nilai lebih tinggi yang memungkinkan masing-masing kelompok dan subkultur itu menyatu di dalam suatu wadah kebersamaan. Sedangkan heterogenitas sifat dari sekumpulan kelompok nilai atau sub-kultur yang berdiri sendiri tanpa diikat oleh satu kesatuan nilai yang lebih tinggi. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.