Dark/Light Mode

Pesantren dan Moderasi Umat (2)

Rabu, 17 Juni 2020 08:03 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengajarnya pun bukan secara khusus dipegang oleh seorang guru tetapi semua guru menjadi pembentuk karakter di PP. Seluruh guru (asatidz) memiliki kode etik tertulis dan tidak tertulis yang harus dijalani di PP.

Antara lain para guru harus kemana-mana dengan menutup aurat dan memelihara muru’ah atau akhk muliah di berbagai kesempatan. Seorang guru bukan hanya di depan kelas tetapi juga di luar kelas.

Para santri terkondisikan di dalam satu sistem sosial tersendiri di dalam PP. Pengaturan kebersihan, ketertiban, keamanan, dan kedisiplinan sangat menonjol diperhatikan di PP.

Baca juga : Pesantren dan Moderasi Umat (1)

Hal itu sangat dimungkinkan karena pada umumnya PP diisolasi oleh tembok-tembok pesantren. Kalau tidak dengan tembok, mereka diisolasi oleh sistem budaya di dalam masyarakat santri.

Seperti di beberapa daerah di Jawa Timur, masyarakatnya sudah menjadi santri, sehingga para santri yang berdatangan dari berbagai penjuru hidup di dalam sub kultur masyarakat santri.

Jadwal kegiatan di PP yang sedemikian ketat, seolah-olah para santri tidak pernah punya waktu luang untuk bersantai, karena dijajajli dengan kegiatan, baik kegiatan yang terstruktur mapun yang tidak terstruktur. Jam 4 subuh sudah harus ke Mesjid bersama Kiyai mengaji Kitab Kuning, jam 7 pagi sudah harus di kelas sampai sore yang hanya disela oleh shalat dan makan.

Baca juga : Terima Kasih Pondok Pesantren (2)

Hanya mereka punya waktu luang antara Ashar dan Magrib itupun digunakan olah raga dan kegiatan exschool seperti kepramukaan dan keterampilan lainnya. Jadi betul-betul waktu energi santri santri tersedot untuk kegiatan-kegiatan produktif.

Bandingkan dengan sekolah-sekolah umum, apalagi sekolah-sekolah swasta tertentu yang muridnya sering nganggur karena guru di kelasnya bolos. Berbahaya sekali jika sekitar 30 siswa berada di dalam satu ruang tanpa guru. Mereka bisa merancang kegiatan sesuai dengan dorongan semangat mudanya untuk melakukan sesuatu.

Sistem pendidikan di PP sangat dipengaruhi oleh tradisi yang memiliki hubungan rasa yang amat dalam antara santri dan ustadz, khususnya Kiyai. Jam tengah malam seorang santri sakit perut langsung Kiyainya datang merawat dan men emaninya, sebagaimana layaknya orang tuanya sendiri.

Baca juga : Terima Kasih Pondok Pesantren (1)

Bandingkan di sekolah biasa, ada seorang murid mati kecelakaan seminggu baru ketahuan guru kelasnya, apalagi Kepala Sekolahnya.

Seorang yang mengajar dengan rasa tentu beda dengan seorang yang mengajar hanya dengan rasio murni. Dalam tradisi pesantren dikenal istilah: Kullu ma kharaja minal qalb waqa’a fil qalb (Semua yang keluar dari lubuk hati itulah yang akan diterima oleh lubuh hati). ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.