Dark/Light Mode

Berterima Kasih Kepada Hawa dan Maryam (2)

Minggu, 21 Juni 2020 07:39 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam perspektif Kristiani, ada yang memperhadap-hadapkan antara figur Hawa dan Maryam. Hawa dianggap figur yang membumikan manusia dari langit kebahagiaan turun ke bumi penderitaan. Sedangkan Maryam sebaliknya, melahirkan Nabi Isa (oleh umat kristiani disebut Yesus Kristus), yang kemudian menjadi symbol pelangitan manusia.

Ada juga kalangan yang berpandangan sebaliknya, menganggap Hawa dan Maryam adalah sepasang perawan yang saling melengkapi. Jika Hawa yang muncul dari Adam menjadi simbol kejatuhan manusia, maka Maria perawan suci yang melahirkan Nabi Isa sebagai simbol kemenangan dan keterangkatan manusia ke langit atas.

Melalui simbol kesucian dan kasih sayang Maryam maka manusia akan menguasai dosa yang diwariskan oleh simbol Hawa, sang pembawa bencana dengan kekuataannya sebagai penggoda (temptator).

Pemahaman seperti ini melahirkan kelompok yang berfaham misoginis, sebuah faham yang membenci perempuan karena dianggap sebagai faktor yang selalu melemahkan atau menurunkan martabat kemanusiaan.

Baca juga : Berterima Kasih Kepada Hawa dan Maryam (1)

Dalam literatur kekristenan dijelaskan bahwa perempuan yang dimaksudkan di sini adalah Hawa yang telah tergoda dengan ular atau syaitan tersebut, dan akh irnya telah melanggar perintah Tuhan.

Ayat-ayat dalam Al Kitab cenderung memojokkan agama Kristen di mata kaum feminis. Tidak heran jika tidak sedikit buku-buku feminis terang terangan menistakan Bibel, khususnya dalam Kitab Kejadian.

Wacana Hawa-Maryam seperti ini mengingatkan kita kepada konsep Maya dalam perspektif agama Hindu yang di lukiskan sebagai “Divine Principle” yang berakar dari ketidakterbatasan Tuhan. Ia adalah penyebab esensi Ilahiyah memancar keluar dari DiriNya kedalam manifestasi.

Kita tidak bisa menyudutkan Hawa, karena tanpa dia manusia tidak berketurunan dan tanpa kejatuhannya ke bumi, kita pun tidak ada, karena di surga, manusia tidak bisa beranak pinak.

Baca juga : Ajal

Dalam pandangan ini, Maya adalah Hawa dan juga sekaligus Maryam. Ia merupakan simbol perempuan peng goda (seductive) tetapi sekaligus dan perempuan membebaskan (pneumatic). Ia “descendent” (alnuzuli) tetapi sekaligus “ascendant” (alsu’udi).

Ia mengasingkan (alfarq) tetapi sekaligus menyatukan kembali (aljam’). Ia menghijab agar bisa berjuang memani festasikan segala potensi Kebaikan Sang Agung (the Supreme Good), tetapi juga menyingkapkanNya, agar ia memani festasikan kebaikan yang lebih baik.

Tentu saja akan muncul berbagai akibat yang lahir yang muncul dari dosa yang diadreskan kepada Hawa, akan tetapi kesucian dan kemuliaan Maryam secara total akan menghapuskan dosa Hawa.

Dalam sudut pandang seperti ini, eksis tensi dan puncak keilahian, tidak akan ada ambiguitas lagi, dan kejahatan (evil) akan menjadi terhapus. Pada puncaknya, apapun selain dari alAshl alIlahi (the Divine Principle) hanyalah “penampilan”; hanya Al Haq yang benar-benar real, dan maka itu Hawa secara tak terbatas telah dimaafkan dan mendapat kemenangan dalam Maryam.

Baca juga : Pesantren dan Moderasi Umat (3)

Hubungan antara dua aspek feminin ini tidak hanya sebuah hubungan reciprocal di mana dosa Hawa dalam konteks projeksi cosmoginis untuk bergerak ke arah ketiadaan yang menyebabkan Maya terlihat ambigu, tetapi ambiguitas ini adalah relatif.

Pandangan seperti ini tidak akan mencitranegatifkan Maryam. Bahkan Maryam akan secara total menghapuskan dosa Hawa, atau paling tidak akan saling menutupi kelemahan satu sama lain. Dari sudut pandang eksistensi dan Puncak KeIahiran, tidak akan ada ambiguitas lagi karena dan pada sisi lain kejahatan (evil) akan menjadi hilang.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.