Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Jurnalistik Ofensif: Najwa Versus Luhut

Kamis, 8 Oktober 2020 07:57 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - Najwa Shihab yang sangat populer dengan program “Mata Najwa” sejak di Metro TV, kali ini kena “semprit” keras dari petinggi pemerintah Jokowi yang kadang dijuluki “Super Minister”, Luhut Binsar Pandjaitan. Ketika diwawancarai secara virtual oleh Najwa, Luhut nyaris tidak sabar memberondong Najwa dengan kata-kata keras dan pedas: “Kau sebagai warganegara Indonesia, renungkanlah setiap tindakanmu dong dalam situasi krisis ini, jangan sok paling pahlawan, paling bersih ...... Keadaan sekarang ini kita bicara soal nyawa manusia, soal kemanusiaan ......... Kita juga anu dong, kan kau beragama, di mana tanggung jawab moralmu kepada rakyat Indonesia, di mana kau berada, yang membuat [maksdunya, memberikan] kita makan, membuat kau makan !!

Tatkala diberondong kata-kata keras nan emosional Luhut, Najwa sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk mengintervensi, 2-3 kali dia mencoba menyela serangan Luhut, but no way! Najwa terus disikat Luhut.

Baca juga : Pagi Ini, 55 Tahun Yang Lalu

Gaya bicara Luhut ketika itu, sebenarnya, tidak banyak berbeda dengan gaya bicara Nana (panggilan akrab Najwa Shihab) ketika ia memberondong narasumber di depannya dalam talk show “Mata Najwa”. Nana memang punya kebiasaan memberondong narsum ketika berwawancara, bahkan terkesan memaksa narsum untuk menjawab secara detil setiap pertanyaannya.

Dalam diskusi di mimbar, Nana seringkali berkesan memperlakukan narsum sebagai tersangka atau terdakwa. Dia seolah bertindak sebagai INTEROGATOR. Narsum terus dikejar dan “dikorek” karena diasumsikan sudah bersalah, sampai ia mengeluarkan jawaban yang kurang-lebih sesuai dengan keinginan pewawancara. Ciri khas lain dari Nana: suaranya sangat melengking; tidak cocok sebetulnya untuk seorang pewawancara/host televisi.

Baca juga : Skandal Pinangki Dan Mimpi Ketemu Pak Ali Said

Dalam teori ilmu jurnalistik, pewawancara mestinya menghargai/menghormati narsum, memperlakukannya sebagai manusia yang memiliki hak menjawab, dan hak diam; atau menjawab tidak mesti ikuti keinginan pewawancara. Narsum juga punya hak berbeda pendapat dengan pewawancara, tidak mesti “disuruh” menyerah dan mengikuti pandangan pewawancara.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.