Dark/Light Mode
- Pebulutangkis Muda Indonesia Syabda Perkasa Wafat Usai Kecelakaan
- Ini Sederet Prestasi Almarhum Syabda Perkasa Belawa
- Awal Pekan, Rupiah Masih Kurang Tenaga
- Dubes RI Untuk Inggris Desra Jamu Dan Semangati Tim Indonesia Di All England
- Incar Pasar Anak Muda, Bank Mandiri Relaunching Kartu Kredit Khusus Pegolf

Anggota Komisi Konstitusi MPR 2004
RM.id Rakyat Merdeka - Najwa Shihab yang sangat populer dengan program “Mata Najwa” sejak di Metro TV, kali ini kena “semprit” keras dari petinggi pemerintah Jokowi yang kadang dijuluki “Super Minister”, Luhut Binsar Pandjaitan. Ketika diwawancarai secara virtual oleh Najwa, Luhut nyaris tidak sabar memberondong Najwa dengan kata-kata keras dan pedas: “Kau sebagai warganegara Indonesia, renungkanlah setiap tindakanmu dong dalam situasi krisis ini, jangan sok paling pahlawan, paling bersih ...... Keadaan sekarang ini kita bicara soal nyawa manusia, soal kemanusiaan ......... Kita juga anu dong, kan kau beragama, di mana tanggung jawab moralmu kepada rakyat Indonesia, di mana kau berada, yang membuat [maksdunya, memberikan] kita makan, membuat kau makan !!
Tatkala diberondong kata-kata keras nan emosional Luhut, Najwa sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk mengintervensi, 2-3 kali dia mencoba menyela serangan Luhut, but no way! Najwa terus disikat Luhut.
Berita Terkait : Pagi Ini, 55 Tahun Yang Lalu
Gaya bicara Luhut ketika itu, sebenarnya, tidak banyak berbeda dengan gaya bicara Nana (panggilan akrab Najwa Shihab) ketika ia memberondong narasumber di depannya dalam talk show “Mata Najwa”. Nana memang punya kebiasaan memberondong narsum ketika berwawancara, bahkan terkesan memaksa narsum untuk menjawab secara detil setiap pertanyaannya.
Dalam diskusi di mimbar, Nana seringkali berkesan memperlakukan narsum sebagai tersangka atau terdakwa. Dia seolah bertindak sebagai INTEROGATOR. Narsum terus dikejar dan “dikorek” karena diasumsikan sudah bersalah, sampai ia mengeluarkan jawaban yang kurang-lebih sesuai dengan keinginan pewawancara. Ciri khas lain dari Nana: suaranya sangat melengking; tidak cocok sebetulnya untuk seorang pewawancara/host televisi.
Berita Terkait : Skandal Pinangki Dan Mimpi Ketemu Pak Ali Said
Dalam teori ilmu jurnalistik, pewawancara mestinya menghargai/menghormati narsum, memperlakukannya sebagai manusia yang memiliki hak menjawab, dan hak diam; atau menjawab tidak mesti ikuti keinginan pewawancara. Narsum juga punya hak berbeda pendapat dengan pewawancara, tidak mesti “disuruh” menyerah dan mengikuti pandangan pewawancara.
Selanjutnya