Dark/Light Mode

Jika Biden Menang, Apa Yang Akan Dilakukan Trump?

Jumat, 6 November 2020 07:56 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Menjelang akhir penghitungan suara oleh KPU pada 22 Juli 2014 yang disaksikan oleh saksi-saksi dari kedua pasang calon, dan ketika Pasangan Jokowi-JK semakin mengungguli Prabowo-Hatta, kubu Prabowo-Hatta mulai “gerah”, langsung meminta KPU menghentikan penghitungan suara dengan alasan Tim mereka menemukan banyak kecurangan seputar pencoblosan dan penghitungan suara di banyak daerah. Ketika KPU menolak tegas permintaan itu, Prabowo secara spontan menyatakan menarik diri. Ia juga meminta para saksi dari kubunya yang masih mengikuti proses penghitungan suara di KPU untuk menarik diri. Kecurangan yang “sistematis, massif dan terstruktur” dialamatkan ke kubu Jokowi. Ketika KPU menyatakan Jokowi-JK memenangkan pemilu, Prabowo-Hatta langsung mengajukan gugatan resmi ke Mahkamah Konstitusi. Alasan Prabowo, [semata-mata] untuk pemberikan pembelajaran demokrasi. Apa pun putusan MK, pihaknya akan menerima.” Namun, setelah gugatan kubu Prabowo ditolak secara aklamasi oleh MK, aksi demo penuh kekerasan oleh para pendukung Prabowo meledak.

Bukankah kejadian serupa terulang lagi pada Pemilu 2019 dengan urutan-urutan tidak berbeda: Menolak hasil pemilu dengan alasan pihak Jokowi-Mahruf Amin main curang, seraya mengancam akan menggugat putusan KPU ke Mahkamah Konstitusi. Setelah gugatan Prabowo-Sandiuno ditolak mentah-mentah oleh MK, lagi-lagi massa pendukungnya “mengamuk”. Kerusuhan massal pecah di depan kantor KPU hingga ke Tanah Abang Bukit dan Slipi.

Baca juga : Rusuh Dan Siaga TNI

Samakah tabiat Prabowo dengan Donald Trump? Trump sejak awal terlalu meremehkan Joe Biden, karena menganggap drinya “super hebat” dan berhasil membawa Amerika Serikat disegani dunia internasional dengan ekonomi nasional yang sukses. Maka, ketika posisinya terus “terpepet” oleh Joe Biden, ia tidak percaya. Kambing-hitam yang dilempar pun bersfat kekanak-kanakan: Teriakan Curang! Curang! Curang!

Tapi pasca ribut-ribut Pemilu 2019, Jokowi dengan taktis merangkul Prabowo dengan harapan agar pemeritahannya 5 tahun ke depan tidak digerecoki kekuatan Prabowo. Caranya? Masukkan Prabowo dalam kabinet dengan posisi bergengsi: Menteri Pertahanan!

Baca juga : Jurnalistik Ofensif: Najwa Versus Luhut

Apakah Joe Biden mau belajar dari taktik politik Presiden Jokowi? Suara usil sudah viral di media sosial kita: Bagaimana kalau [Presiden] Joe Biden nanti meminta/mengangkat Donald Trump sebagai Menteri Pertahanan Amerika, atau Dubes Amerika untuk Pyongyang, karena hubungan pribadi Trump dengan Kim Jong-un yang cukup mesra. ***

Prof. Tjipta Lesmana, penulis sejumlah buku, antara lain. “Kapitalisme Soviet ” (1987) dan “Runtuhnya Kekuasaan Komunis” (1992).

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.