Dark/Light Mode

Ketika Jokowi Marah di Raker Soal Pupuk (2/Selesai)

Kamis, 21 Januari 2021 07:59 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Kesimpulan kita, masalah pupuk bersubsidi memang agak ribet. Banyak faktor yang ikut menentukan. Pemerintah harus duduk dan dialog dengan semua pemangku kepentingan, untuk mengupayakan penurunan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk dan maksimalisasi produksi pupuk dalam negeri. Pemerintah harus bantu pabrikan dalam hal ini, terutama pada pengadaan gas.

Harga gas sebesar US$ 6 per mmbtu masih tinggi dibanding negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei; apalagi dengan RRC. Padahal 70% biaya produksi pupuk terdiri atas biaya gas. Yang juga aneh, harga gas untuk pabrik pupuk PIM (Pupuk Iskandar Muda, Aceh) jauh lebih tinggi. Alasannya, karena didatangkan dari gas yang berlokasi lebih jauh.

Baca juga : Ketika Jokowi Marah di Raker Soal Pupuk (1)

Wacana menggantikan pupuk bersubsidi dengan pemberian subsidi langsung kepada petani perlu dikaji secara seksama dan hati-hati. Pemberian subsidi langsung kepada petani berarti memberlakukan prinsip free fight economy terhadap komoditas yang begitu strategis dan menyentuh Ketahanan Pangan.

Apa ada jaminan bahwa petani akan membelanjakan subsidi yang diperoleh pemerintah untuk memcukupi kebutuhan pupuk mereka dengan membeli pupuk yang berkualitas tinggi dengan jumlah yang cukup dan selalu tersedia pupuk yang dibutuhkan? Bisa saja terjadi uang yang diterima dari pemerintah dibelanjakan untuk keperluan rumah tangga atau keperluan sempit lainnya.

Baca juga : Terorisme Domestik Di Kongres Amerika

Kecuali itu,  prinsip persaingan bebas selalu membuka pintu korupsi dan penyelundupan. Akan terjadi kepincangan harga pupuk antara satu daerah dengan daerah lain, karena harga pupuk dipengaruhi oleh ongkos transportasi. Harga pupuk di Indonesia bagian Timur kemungkinan lebih mahal dari harga pupuk di Pulau Jawa.

Ujung-ujungnya, ketahanan pangan negara kita akan goyah, bahkan bisa didekte oleh negara-negara produsen pupuk yang menguasai Indonesia! **

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.