Dark/Light Mode

Reshuffle Kabinet Dan Kicauan Survei (2)

Jumat, 16 April 2021 05:46 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Prabowo menteri yang nyaris selalu tutup mulut, alias tidak pernah keluarkan pernyataan atau pendapat tentang berbagai masalah keamanan. Ketika ada benda misterius seperti drone ditemukan nelayan di Kabupaten Selayar, Sulsel pada akhir Desember tahun lalu, berbagai pihak mendesak Menhan untuk keluarkan opini, sebab benda misterius seperti peluru itu dicurigai milik China. Dan benda seperti itu sudah tiga kali “nyelonong” ke bawah perairan Indonesia.

Seberapa rawan tingkat keamanan lautan dan udara Indonesia sesungguhnya? Masalah ini seyogianya menjadi porsi tugas Menhan juga untuk diteliti.

Sri Mulyani, menteri yang pontang-panting bekerja keras untuk menangani perekonomian nasional yang dihantam “badai Corona” begitu dahsyat. Bahkan Menkeu pernah mengingatkan Menhan untuk tidak obrak-abrik anggaran beli alutsista. Lebih baik anggaran untuk kesejahteraan prajurit TNI ditingkatkan, apalagi dalam situasi Corona. Banyak kalangan mengapresiasi tinggi kinerja Menteri Keuangan kita, toh peringkat popularitasnya “27 poin” di bawah Prabowo”.

Baca juga : Reshuffle Kabinet Dan Kicauan Survei (1)

Yang juga inkonsisten dengan hasil polling IPO, menteri yang kinerjanya paling memuaskan justru Sri Mulyani, 54,7%. Dalam kategori “paling memuaskan” menurut persepsi sampel IPO, nama Prabowo sama sekali tidak ada! Prabowo dikatakan paling populer, tapi kinerjanya piye?

Untuk kategori “Menteri paling populer”, kenapa nama Luhut Pandjaitan tidak ada? Sekali lagi, siapa sampel yang diambil dalam polling ini? Jika khalayak tingkat menengah ke atas yang disasar, hampir dipastikan nama Luhut pasti muncul, sebab menteri inilah yang paling banyak “dapat pekerjaan” dari Presiden Jokowi.

Terakhir, kenapa Syahrul Yasin Limpo masuk dalam kategori menteri yang paling tidak memuaskan kinerjanya (33%), di samping tidak populer?

Baca juga : NEGARA SEDANG BOKE MAU BANGUN IBU KOTA BARU

Apakah karena dia menentang impor 1 juta ton beras yang dilakukan oleh Menteri Perdagangan? Padahal kinerja Kementan sepanjang 2020 tidak bisa dikatakan jelek, minimal tidak ada impor beras sepanjang periode itu.

Panen raya padi berlangsung pada Maret dan April, terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulsel dan Lampung. Satu hari setelah Mendag mengumumkan rencana impor 1 juta ton beras, Menteri Pertanian terbang ke Sulsel untuk panen padi di atas lahan 1.000 hektar.

Memang, panen raya berakibat harga gabah kering panen jatuh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 4.200 per kg. Hal ini terjadi di banyak kabupaten. Hukum permintaan dan penawaran rupanya juga sulit ditepis di sektor pertanian. [Habis]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.