Dark/Light Mode

Ibukota Mau Dipindah? Entar Dulu

Jumat, 3 Mei 2019 07:14 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Ini proyek yang layak dan bagus! Sejumlah ahli dari Belanda sudah didatangkan ketika itu, membuat draft studi, bahkan sampai ke hitung-hitung biaya.

Belanda memang merasa punya tanggung jawab moril untuk membantu pemerintah Indonesia mengatasi masalah banjir, terutama di Jakarta.

Hasilnya ya itu: proyek raksasa “living with a giant sea wall that will close off Jakarta Bay” dengan biaya mencapai USD 40 miliar. Setelah jadi presiden, Jokowi seperti melupakan proyek raksasa yang feasile itu.

Baca juga : Rekonsiliasi, Apa Bisa?

Proyek Dinding Raksasa kemudian dikerdilkan menjadi proyek reklamasi yang dicurigai hanya menguntungkan segelintir pengusaha besar, kemudian dihentikan oleh Gubernur pengganti Jokowi.

Tentang macet, ulang-ulang kami berteriak salah satu jalan keluar yang efektif adalah membatasi jumlah kendaraan bermotor. Di banyak kota besar seperti Tokyo, Seoul, Shanghai, Singapura, Amsterdam, dan Moscow, jumlah mobil dibatasi.

Waktu jadi Gubernur, Jokowi juga setuju pembatasan mobil, dengan mengkritik kebijakan pemerintah SBY membuat LCGC “mobil murah dan ramah lingkungan” secara massif yang kemudian dikritik juga oleh Menteri Keuangan era SBY.

Baca juga : Masalah Inti Konflik Keras Kedua Kubu

Toh, setelah menjabat RI-1, Jokowi seolah-olah melupakan lagi kebijaksanaan yang mau dicoba diterapkan di Jakarta.

Soalnya, ada pembantu Presiden Jokowi yang bersikukuh mengatakan mobil dan motor tidak perlu dibatasi. Makin banyak jumlahnya, itu mencerminkan rakyat makin makmur.

Mereka tidak tahu, atau tidak mau tahu, bagaimana jumlah sepeda motor yang “bak semut” sekarang (juga di kota-kota besar lainnya) telah membuat lalu-lintas Ibukota tambah semrawut dan “gila”, disamping kian tingginya tingkat kecelakaan di jalan raya!

Baca juga : Selamat Nyoblos, Bung!

Pesan yang hendak disampaikan lewat tulisan ini hanya dua: JANGAN TERBURU-BURU merealisir mega proyek pindah Ibukota. Ingat, utang yang terus menumpuk PASTI menurunhkan kualitas APBN, disamping mengandung risiko berbahaya.

Kedua, masih ada peluang untuk mengatasi berbagai permasalahan di Jakarta. Lebih baik mendukung proyek rehabilitasi Jakarta daripada pindah Ibukota.

Lebih baik dan jauh lehih produktif dana raksasa untuk pindah Ibukota dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan kualitas SDM kita! ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.