Dark/Light Mode

Wejangan Begawan Kisowo Sidi

Senin, 27 Mei 2019 14:12 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Krisis kepemimpinan sedang melanda berbagai belahan dunia. Perdana Menteri Inggris Theresa May mundur karena merasa gagal untuk memenuhi janji Brexit. Gagal untuk menyatukan rakyat Inggris dan gagal meredam serangan pihak oposisi partai konservatif. 

Hal yang sama terjadi di Amerika. Pertanyaan publik masih seputar apakah Donald Trump bisa dimakzulkan karena intervensi Rusia yang memenangkan dirinya menjadi presiden. Pertanyaan berikutnya, siapa calon presiden Amerika yang akan maju pemilihan tahun 2020 mendatang. Apakah perlu pembatasan wewenang dan tugas seorang wakil presiden Amerika mendatang.

“Kalau di sini masih menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi, Mo,” celetuk Petruk. Romo Semar hanya mesem menanggapi komentar anaknya, Petruk, mengenai pemenang Pilpres yang baru saja diumumkan. Menurut undang-undang pihak yang merasa dirugikan atas proses pemilu diperbolehkan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. 

Baca juga : Kisruh Pasca Perang Baratayudo

Penerawangan Romo Semar tertuju kepada wejangan Begawan Kisowo Sidi kepada Harjuna tentang bagaimana kearifan seorang pemimpin untuk mengabdi kepada rakyatnya. Kocap Kacarito, Harjuno diberi tugas oleh Puntodewo untuk naik ke gunung Kutorunggu untuk mempelajari serapan ilmu tata negara. Paket wejangan yang dikemas dalam delapan laku utama Hasta Brata, diajarkan oleh Begawan Kisowo Sidi. 

Delapan laku meniru watak alam mampu mengantarkan seorang menjadi pemimpin yang bijaksana. Kedelapan watak alam tersebut seperti watak matahari, bumi, rembulan, bintang, api, awan, angina, dan air. 

Selain itu, seorang pemimpin harus menghindari perilaku jangan kagetan, gumunan dan ojo dumeh. Kaget mendengar berita yang belum tentu kebenarannya. Seorang pemimpin mendapat masukan yang salah berakibat fatal. Karena keputusan yang diambil tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. 

Baca juga : Pilihan Makar dan Makarti Rajamala

Perilaku gumunan atau kagum artinya mudah terpesona dengan hal-hal yang baru dan belum tentu bermanfaat. Yang ketiga perilaku Ojo dumeh, mentang-mentang berkuasa lalu seenaknya menggunakan kekuasaan untuk menekan pihak lawan dan melindungi kelompoknya. 

Kalau tiga perilaku tersebut dilanggar, maka kehancuran seorang pemimpin hanya menunggu waktu saja. Harjuno turun gunung setelah mendapat wejangan dari Kisowo Sidi. Tugas Kisowo Sidi telah selesai dan berubah wujud kembali menjadi Kresna. Prabu Kresna mendapat amanah untuk menurunkan ajaran Hasta Brata kepada para pemimpin madyapada. 

“Kisruh kepemimpinan karena tidak mau belajar dari kearifan watak alam, Mo. Akhirnya mereka akan tergilas oleh alam itu sendiri,” komentar Petruk. “Betul, Tole. Zaman sudah berubah. Pemimpin kagetan, gumunan dan mau menang sendiri lahir di mana-mana seiring dengan perubahan zaman. Saat ini memasuki zaman paketan di mana semua pilihan sudah ditentukan sesuai paket yang ditentukan.

Baca juga : People Power Di Kurusetra

Ada paket Prapolitik dirancang jauh hari sebelumnya untuk menentukan siapa yang akan jadi pemimpin. Zaman paketan akan terus tumbuh subur seiring majunya teknologi digital yang didominasi oleh generasi C atau generasi consumption. Generasi konsumsi akan memilih sistem paketan sesuai pilihan mereka. Baik pilihan politik, gaya hidup maupun pemimpin yang disenangi. Maka tidak heran panggung politik ke depan akan semakin canggih, tidak terukur dan liar. Oye ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.