Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bencana Alam Terjadi Di Mana-mana Perlukah Pelajaran Bencana Di Sekolah?

Sutopo Purwo Nugroho : Muatan PPK Terlalu Banyak, Tidak Fokus

Jumat, 18 Januari 2019 10:59 WIB
Bencana Alam Terjadi Di Mana-mana Perlukah Pelajaran Bencana Di Sekolah? Sutopo Purwo Nugroho : Muatan PPK Terlalu Banyak, Tidak Fokus

 Sebelumnya 
Memang di ekstrakulikuler atau mulok belum masuk ya?
Ya belum, makanya sekarang ini dibahas kembali. Makanya ketika Mendikbud menyampaikan seperti ini, banyak di grup komunitas para pendidik itu mereka menyampaikan keluhan kepada saya. Saat ini kami akan mencoba melakukan diskusi, dan nantinya mereka akan memberikan masukan kepada mendikbud, agar tidak hanya terpaku ke sini saja, tetapi juga bisa masuk ke jenis pelajaran yang lain. Kalau hanya program penguatan pendidikan karakter, ya nanti gurunya kesulitan.

Kan sudah banyak sekali materi di program penguatan pendidikan karakter, dan itu sudah masuk dalam kurikulum. Misalnya soal pendidikan antikorupsi, narkoba, dan bela negara. Sementara itu soal ini bisa juga dimasukan dalam pendidikan yang lain, mata pelajaran yang lain. Misalnya tadi ke IPS, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), geografi, muatan lokal yang ada di sana, dan sebagainya.

Baca juga : Muhadjir Effendy : Kami Sisipkan Ke Pelajaran Relevan

Perlu dibuat mata pelajaran tersendiri?
Tidak. Diselipkan saja satu bab khusus, tapi jangan menjadi pilihan. Misalnya, soal pendidikan kebencanaan itu di SMA sudah masuk dalam satu bab pelajaran geografi, tapi hanya wajib untuk yang IPS. Sementara untuk di kelas IPA tidak wajib. Padahal urusan bencana itu tidak mengenal. jurusan IPA atau IPS. Anda jurusan bahasa juga bisa terkena bencana.

Pembahasannya sudah sampai di mana? 
Nah, ini kami sudah beberapa kali ketemu sama Kemendikbud. Tapi statment terakhir yang disampaikan oleh mendikbud, soal bencana ini akan dimasukan dalam program penguatan pendidikan karakter, yang di dalamnya sudah ada muatan soal narkoba, teroris, bela negara, dan lain-lain. Jadi tidak khusus, mungkin hanya tiga kali pelajaran, atau tiga kali tatap muka. Nah kemudian bukan menjadi mata pejaran khusus.

Baca juga : Fahri Hamzah : Saya Tak Setuju, KPK Makin Eksklusif Saja

Kalau ditambah jadi pejaran sendiri kasihan, sekarang anak anak SD tasnya lebih berat dari pada mahasiswa. Itu karena terlalu banyak muatan tadi, sehingga menurut kami ini perlu dibahas kembali. Berdasarkan pengalaman kami, enggak mungkin pendidikan bencana itu hanya per-temuan sekali, satu semester hanya tiga kali tatap muka, itu tidak mungkin. Pengajaran tentang ini harus terus menurus. Makanya kami maunya diselipkan dibanyak materi pendidikan, kemudian harus disertai dengan pelatihan, dimana itu tidak kalah penting.

Harus disimulasikan juga ya?
Ya sumulasi itu wajib, tergantung seperti apa ancaman bencananya. Kalau dia tinggal di Kalimantan, di Riau, Jambi, di sana ancamannya kebakaran hutan. Jadi diajarkan bagaimana men¬genali supaya tidak membakar. Lalu kalau teruadi kebakaran dan banyak asap harus seperti apa.

Baca juga : Saut Situmorang : Sudah Lama Penegak Hukum Dipersenjatai

Jadi apa yang diperlukan itu yang diajarkan, itu yang disimulasikan, dilatih. Enggak perlu dia diajari soal tsunami, karena enggak rawan gempa bumi dan tsunami. Tiap daerah dia diajarkan materi yang berbeda. Kalau di Jakarta rawan banjir, kebakaran, dan gempa, tiga itu yang diajarkan. Bukan soal kebakaran hutan, karena enggak ada. Tidak usah belajar erupsi gunung juga. [NDA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.