Dark/Light Mode

Partai Politik Islam Porak-poranda

AHMAD BAIDHOWI : Kira-kira Kalah, Ngapain Dipaksakan Berkoalisi

Sabtu, 23 Februari 2019 17:49 WIB
Partai Politik Islam Porak-poranda AHMAD BAIDHOWI : Kira-kira Kalah, Ngapain Dipaksakan Berkoalisi

 Sebelumnya 
Artinya, beda kepentingan Islam dengan kepentingan partai?
Bukan begitu. Kita berpartai itu memperjuangkan aspirasi keumatan. Caranya melalui partai. Kalau partai politik kan tidak harus kaku. Kalau kira-kira kalah, ngapain juga dipaksakan. Kan begitu.

Partai Islam masih mengacu pada pimpinan ulamanya?
Tergantung partainya. Kalau di PPP, apa yang menjadi petunjuk KH. Maimoen Zubair, sebagai Ketua Majelis Syariah, ya kita ikuti secara struktural partai. Contoh keputusan mendukung Jokowi atas persetujuan dan arahan beliau. Karena beliau framenya berfikir Islam dan koalisinya dengan nasionalis. Jadi, nasionalisme Islam yang beliau arahkan. Pengurus partai ikut tehadap petunjuk beliau.

Baca juga : DIN SYAMSUDDIN: Partai Politik Islam Akan Terus Tarik Menarik

Jika ada yang tidak mengikuti garis instruksi partai?
Itu bukan sesuatu yang luar biasa, hal yang wajar saja. Karena di Indonesia, tidak ada satu partai pun yang bisa 100 persen mengendalikan kader-kadernya. Tapi kalau mengen¬dalikan pengurusnya, itu hampir 100 persen partai mengendalikannya. Kalau pengurus tidak mengikuti arahan partai, maka akan dikenakan sanksi organisasi.

Apakah partai Islam suatu saatnanti mengusung satu capres sendiri?
Namanya kemungkinan, ya mungkin saja. Pertama begini, ini bukan bersatu atau tidak bersatunya. Politik itu rasional, maksudnya kalau nyalon namun tidak menang, masa mau dipaksakan.
Selain itu, majunya capres tidak bisa hanya bermodal retorika. Tetapi butuh pembiayaan. Sekarang kalau kita undang para pengusaha muslim untuk maju di pilpres, nggak ada yang mau, nggak ada yang berani, karena itu semua penuh hitung-hitungan.

Baca juga : Din Sangat Prihatin, Netizen Kecewa Berat

Adakah cara untuk memudahkan hitungan?
Kedepan, ketentuan presidential threshold itu bisa ditinjau ulang. Sekarang kalau partai-partai Islam dikumpulkan, cukup tidak 20 persen. PPP itu 6 persenan, PKS 6 persenan. Dari empat partai Islam, cukup nggak? Terus punya keberanian nggak. Kalau ketua umumnya nggak ada yang mau, gimana. Ya, nggak mungkin kita paksakan.

Kalau tidak bisa bersatu, apakah patut disesali?
Nggaklah, kan perbedaan itu rahmat. Kita semua berbicara dengan logika platform politik masing-masing. [NNM/UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.