Dark/Light Mode

Partai Politik Islam Porak-poranda

AHMAD BAIDHOWI : Kira-kira Kalah, Ngapain Dipaksakan Berkoalisi

Sabtu, 23 Februari 2019 17:49 WIB
Partai Politik Islam Porak-poranda AHMAD BAIDHOWI : Kira-kira Kalah, Ngapain Dipaksakan Berkoalisi

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, Indonesia dinilai perlu memiliki koalisi partai-partai politik berbasis massa Islam.

Saat ini, ada lima partai berbasis massa Islam yang masih eksis. Yaitu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Bulan Bintang (PBB).

Faktanya, meski sama-sama partai politik berbasis massa Islam, kelima parpol itu belum bersatu semuanya dalam mengusung satu paket calon presiden-calon wakil presiden.

Baca juga : DIN SYAMSUDDIN: Partai Politik Islam Akan Terus Tarik Menarik

Wakil Sekretaris Jenderal PPP, Ahmad Baidhowi punya pandangan yang berbeda. Menurutnya, Indonesia terdiri dari berbagai agama dan suku bangsa. Kalau menerapkan politik yang ekslusif, maka dalam bukti kesejarahan kepemiluan, partai Islam sulit untuk memenangkan kontestasi.Berikut pernyataan lengkap Baidhowi:

Partai Islam punya kepentingan politik sendiri-sendiri, sehingga tidak bisa bersatu...
Saya menyayangkan pernyataan Pak Din Syamsudin. Sebagai tokoh Islam, apa yang sudah dilakukan Beliau untuk menyatukan partai-partai Islam, baik kapasitasnya sebagai Dewan Pertimbangan MUI, atau dulu era menjadi Ketua MUI menggantikan almarhum KH. Sahal Mahfud, atau kapasitasnya sebagai Utusan Presiden Bidang Dialog Peradaban. Apakah sudah mengumpulkan atau mengundang partai-partai Islam untuk duduk bersama. Kalau itu belum disampaikan, ya tidak tepat ngomong ke media.

Partai Islam orientasinya pragmatis, kekuasaan?
Partai Islam adalah partai politik, memiliki platform tersediri, yang penting untuk NKRI, begitu kan. Berikutnya, kalau partai Islam dikatakan partai politik, ya orientasinya kekuasaan. Ketika orientasi kekuasaan, maka logika kemenangan kekuasaan, itulah yang muncul. Artinya kita berpolitik, berpartisipasi dalam pemilu untuk meraih kekuasaan. Dalam kaidah ushul fiqih, ‘kalau tidak bisa diambil semuanya, ya jangan ditolak semuanya’.

Baca juga : Din Sangat Prihatin, Netizen Kecewa Berat

Maksudnya?
Kalau tidak bisa partai Islam memenangkan Pilpres dengan koalisi, ya jangan ditolak ikut koalisi. Koalisinya dengan partai lain yang memungkinkan untuk menang dan mendapatkan kekuasaan. Berikutnya, bahwa Indonesia itu terdiri dari berbagai agama dan suku bangsa. Kalau kita menerapkan politik yang ekslusif, maka dalam bukti kesejarahan kepemiluan, partai Islam sulit untuk memenangkan kontestasi.

Contohnya?
Pernah diinisiasi pak Amien Rais dalam membentuk poros tengah, bisa menggolkan Gus Dur sebagai Presiden. Tetapi, itu kan pilihan MPR, bukan pilihan masyarakat langsung. Nah, sekarang kan pemilihan langsung, jika kita berekslusif hanya partai Islam, ya kita hitung-hitungan.

Karena kalau dibilang partai politik hitung-hitungan, ya benar. Kalau parpol dibilang orientasi kekuasaan, ya benar. Karena tidak ada partai politik didirikan untuk tidak berkuasa. Tidak ada parpol didirikan untuk menjadi oposisi. Menjadi oposisi itu kan karena kalah dalam pemilu saja.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.