Dark/Light Mode

Anak Laki-laki Tak Boleh Main Boneka Dan Masak-Masakan, Benarkah?

Selasa, 9 Mei 2023 09:34 WIB
Ilustrasi anak laki-laki ikut bermain boneka. (Foto: net)
Ilustrasi anak laki-laki ikut bermain boneka. (Foto: net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anak laki-laki jangan dikasih boneka dan masak masakan, nanti feminin! Anak perempuan jangan main mobilan nanti tomboy!

Kita tentu sudah sering mendengar anjuran ini. Karena dalam ekspektasi sosial yang berlaku di masyarakat, anak laki-laki dituntut lebih aktif, agresif dan kompetitif. Sedangkan anak perempuan, dituntut lebih patuh dan bisa mengasuh, serta cakap domestik.

Ekspektasi sosial inilah yang tercermin dalam mainan anak. Sehingga, banyak orang tua memilih mainan hanya berdasarkan gendernya.

Padahal, beberapa penelitian menyebutkan, mainan anak yang dianggap sebagai mainan anak perempuan seperti boneka, bisa menstimulasi mengembangkan interaksi verbal. Misalnya, story telling dengan boneka. Di samping membantu mengembangkan empati.

Baca juga : Saleh Husin Ajak Masyarakat Rajin Donor Darah

Sedangkan mainan anak laki-laki seperti mobil atau balok bangunan, dapat mengembangkan kemampuan spasial atau ruang.

Terkait hal ini, Child Psychologist, Self Growth & Parenting Coach Irma Gustiana A mengatakan, jika anak laki-laki hanya diberi mainan anak laki, kemampuan verbal dan empatinya kemungkinan tidak akan berkembang sebaik anak perempuan.

Begitu pula anak perempuan. Jika hanya diberi mainan anak perempuan, maka kemampuan spasial/keruangan atau teknisnya, bisa tidak berkembang sebaik anak laki-laki.

"Dengan kata lain, jika anak tidak diberi mainan tertentu atau dibatasi, mereka dapat kehilangan pengalaman belajar yang berpotensi berharga selama masa perkembangan," kata Irma via laman Instagramnya @ayankirma, Selasa (9/5).

Baca juga : Paviliun Indonesia Meriahkan Pameran Makanan Singapura

Beberapa hasil penelitian juga menyebutkan, mainan dapur yang dimainkan anak laki-laki, bisa mengembangkan kecerdasan anak yang terkait ilmu pengetahuan dan hubungan personal. Apalagi, kalau anak laki laki bermain masak-masakan bersama ayah dan ibunya.

Kekhawatiran stereotip gender ini, mendorong banyak orang tua menolak beberapa jenis mainan tertentu, yang dianggap memiliki bias gender.

Padahal, kata Irma, mainan bukan satu satunya penentu pemahaman anak mengenai peran gender, sebagai laki-laki dan perempuan.

"Orang dewasa atau orang tua adalah model yang akan dilihat anak sehari-hari, terkait peran gender. Termasuk, kesetaraan gender," jelas Irma.

Baca juga : Tidak Boleh Lagi Ada Bangunan Penduduk

"Jadi buat orang tua, jangan batasi mainan anak hanya karena gender. Biarkan dia bermain dan bereksplorasi. Tugas kita mendampingi, memastikan mainan tidak bahaya, dan dia aman di tempat mainnya," tandasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.