Dark/Light Mode

Penelitian Tim Kesehatan AS

Doyan Ngemil Picu Obesitas

Selasa, 10 September 2019 13:14 WIB
(Foto dreamstime.com)
(Foto dreamstime.com)

RM.id  Rakyat Merdeka - Warga Amerika Serikat (AS) terkenal doyan ngemil snack  atau makanan ringan. Kebiasaan ini menarik minat pengamat kesehatan meneliti dampaknya bagi kesehatan dan obesitas.

Dilansir Associated Press, kebiasaan ngemil warga Negeri Paman Sam itu mulai berubah dalam beberapa dekade belakangan. Pada akhir 70an, sekitar 40 persen warga AS mengaku tidak banyak bisa menemukan cemilan. Namun, pada 2007, berbagai jenis makanan kecil seperti snack kentang, coklat batangan, permen dan ice cream bisa ditemukan dengan mudah.

Tim kesehatan AS dari Pusat Kesehatan University of California, Los Angeles (UCLA) melakukan penelitian mengenai pola makan dan dampaknya pada kesehatan individu. Mereka mencari hubungan antara ngemil dengan tingkat obesitas seseorang. Tim juga meminta beberapa responden mereka untuk berpuasa sebagai kelompok pembanding.

Hasil penelitian menunjukkan dampak ngemil hampir mirip dengan makan tiga kali sehari. Hasil penelitian ini akan dijadikan dasar rekomendasi asupan gizi yang akan dikeluarkan Departemen Kesehatan AS tahun depan.

Baca juga : Siang Ini, KPK Buka-bukaan Soal Mafia Migas

Bagi pekerja medis, menentukan perbandingan ngemil sebuah apel, dengan kalori sebanyak 100 kalori, dengan minum frapuchino dengan 500 kalori, akan menjadi tantangan. Pasalnya, setiap individu berbeda dalam pola makan dan pola nyemil.

Ngemil mungkin bisa mengurangi niat ingin makan. Namun, biasanya jumlah asupan cemilan yang tidak bisa dikendalikan. Ngemil berlebihan justru bisa menambah jumlah kalori daripada sekadar makan normal tiga kali sehari.

Ngemil kini sudah menjadi hal lumrah dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Di kantor, sambil mengemudi, jalan santai hingga saat belanja. "Kita hidup di era budaya kuliner yang bisa diakses sepanjang waktu. 24 jam sepanjang hari," ujar ahli diet dari  Pusat Kesehatan University California, Los Angeles (UCLA) Danna Hunnes.

Demi mempromosikan diet, para pegiat medis menyarankan pemerintah untuk menerapkan "pajak junk food" untuk segala jenis camilan dan makanan cepat saji. Meksiko, salah satu negara dengan angka obesitas tertinggi di dunia, sudah menerapkan pajak kepada produk minuman bersoda dan sejumlah snack dan permen pada 2014.

Baca juga : Menteri Rini: Nasabah Mekaar, Kekuatan Baru Ekonomi Indonesia

Pekan lalu, sebuah studi yang dikeluarkan jurnal BMJ menunjukkan memberi pajak tambahan pada cemilan manis di Inggris memiliki dampak yang lebih besar dari pajak untuk minuman bersoda.

Di Inggris, persentase rata-rata gula yang dikonsumsi pada minuman bersoda hanya 2 persen. Sementara persentase rata-rata jumlah gula yang dikonsumsi pada makanan manis sebanyak 12 persen.

"Pemerintah Inggris berusaha menjadikan AS sebagai contoh buruknya dampak cemilan bagi kesehatan," jelas kurator sejarawan kuliner National Museum od American History, Paula Johnson.

Ngemil kadang dihubungkan dengan kegiatan bersosialisasi. Demikian menurut  "Makan-penulis Sophie Egan, yang menulis mengenai kebiasaan makan warga AS.

Baca juga : Pimpinan TelkomGroup Galang Bantuan Dana Sambil Bersepeda

Dia menambahkan, kebiasaan ngemil makin buruk dengan adanya tekanan dari pekerjaan dan gaya hidup yang makin sibuk. "Tidak ada yang tahu sebanyak apa cemilan yang bisa mengobati stress dan menutup kesibukan mereka," ujar Egan.

Kebiasaan ngemil semakin meningkat saat pemilik restoran cepat saji mengubah istilah di menu mereka. Misalnya Dunkin Donut. Mereka tidak lagi memasukkan roti isi sebagai menu makan siang, tapi menjadi menu kategori snack.

Ahli kesehatan mengatakan kebiasaan ngemil pada anak-anak mungkin bisa membantu mereka menambah asupan nutrisi yang diperlukan. Namun, bagi orang dewasa, ngemil harus diatur sesuai kebutuhan kalori individu.

Hunnes mengatakan, orang dewasa harus membiasakan diri ngemil makanan sehat seperti buah dan kacang-kacangan. "Ada ragam pilihan buah dan kacang-kacangan. Tinggal pilih," ujar Hunnes. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.