Dark/Light Mode

Waspada, Stroke Intai Pecinta Ramen

Senin, 23 Desember 2019 19:15 WIB
Foto Strait Times
Foto Strait Times

RM.id  Rakyat Merdeka - Pecinta ramen di Tanah Air tampaknya kudu waspada mengonsumsi makanan favoritnya, ramen. Penelitian di Jepang menghubungkan konsumsi ramen dengan penyakit stroke dan serangan jantung.

Berdasarkan hasil studi terbaru yang dilakukan Jichi Medical University, ditemukan hubungan antara tingginya angka kematian akibat stroke dengan jumlah per kapita restoran ramen di sebuah wilayah. Meski demikian, hasil penelitian ini tidak langsung menyimpulkan bahwa mengkonsumsi ramen langsung meningkatkan kemungkinan stroke.

"Kami tidak mau menghubungkan mengkonsumsi ramen pasti menyebabkan stroke. Tapi keduanya memiliki hubungan sebab akibat," jelas tim peneliti dari Jichi Medical University yang dikutip Britain's Nutrition Journal.

Tim peneliti mengatakan, ada komponen lain yang mengindikasikan korelasi memakan ramen menyebabkan stroke. "Kita harus lihat lokasi restoran ramen dan kebiasaan kuliner masyarakat di kawasan tersebut," jelas tim peneliti.

Baca juga : Memaknai Peringatan Hari Ibu

Ramen adalah makanan populer dengan kadar karbohidrat dan garam yang sangat tinggi. Meski di Jepang juga sudah mulai banyak restoran cepat saji yang memiliki kemiripan komposisi dengan ramen, hasil penelitian tidak menemukan hasil yang signifikan.

Peneliti mencari adakah korelasi jumlah perkapita restoran burger, pasta, pizza, udon atau soba dengan jumlah penderita stroke. Namun mereka tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Tim peneliti pun menarik kesimpulan bahwa makanan cepat saji, meski tinggi kadar garam, karbohidrat dan gula dalam takaran per porsi, makanan ini tidak dikonsumsi dengan frekuensi sesering warga Jepang memakan ramen.

Hasil penelitian menunjukkan ada tiga kawasan di Jepang yang beresiko menderita stroke. Mereka adalah warga di sepanjang pesisir Laut Jepang, kawasan utara Kanto dan Selatan wilayah Kyushu. Kawasan ini memiliki jumlah penderita stroke tinggi dengan per kapita jumlah restoran ramen.

Sementara di kawasan Jepang lain yang jumlah restoran ramen perkapita tidak setinggi di kawasan ini - misalnya di Kyoto dan Osaka - jumlah kematian akibat stroke sangat kecil.

Baca juga : Waspada, Ini 28 Area Blackspot di Jakarta dan Sekitarnya

Peneliti menyimpulkan gaya hidup kosmopolitan warga di sana membuat mereka memperhatikan jenis makanan yang mereka konsumsi. Selain itu, jenis ramen yang ditawarkan di wilayah ini juga jauh lebih sehat dengan pilihan ramen rendah garam.

"Orang kelas menengah ke atas lebih memperhatikan kesehatan. Mereka juga punya pilihan makanan jauh lebih besar daripada warga di pinggiran," jelas Tomonori Okamura, profesor dari Keio University kepada Strait Times.

Okamura juga menyebut ada kebiasaan memakan ramen sebagai sarapan, makan siang dan makan malam di kalangan anak muda Jepang. "Mereka makan ramen instan dan ada juga yang ke restoran ramen sambil minum alkohol. Gabungan keduanya menambah resiko stroke," sambung Okamura. Ia menyarankan mereka yang hobi makan ramen untuk tidak membiasakan menghabiskan kuah ramen.

"Karena kadar garam paling tinggi ada di kuahnya. Lebih baik pesan banyak sayuran untuk membuat kita lebih kenyang," sarannya.

Baca juga : Wonderkid Barca Usir Inter di Pentas Liga Champions

Stroke merupakan penyebab utama kematian tertinggi di Jepang pada era 1950an hingga 1980an. Angka kematian akibat stroke kemudian menurun sejak 1990an. Namun, masih menjadi penyebab utama kematian terbesar keempat di Jepang setelah kanker, penyakit jantung dan penumonia. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.