Dark/Light Mode

Sunat Bagi Pria Dewasa, Aman? Ini Kata Pakar

Jumat, 9 April 2021 10:59 WIB
Ketua PP Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI) Prof. Andi Asadul Islam dan dr. Boyke Dian Nugraha dalam webinar FJO, Kamis (8/4)
Ketua PP Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI) Prof. Andi Asadul Islam dan dr. Boyke Dian Nugraha dalam webinar FJO, Kamis (8/4)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah metode mulai dari konvensional, laser atau electric couter, dan klamp bisa menjadi prosedur pilihan ketika seseorang ingin dikhitan.

Pada pria dewasa, prosedur apakah yang paling dianjurkan? Dulu awalnya sunat dengan cara konvensional. Didahului anestesi, terus dipotong sedikit dari atas dulu bagian kanan, melingkar ke kanan, lalu melingkar ke kiri baru dijahit.

"Dengan pemotongan tersebut banyak risiko yang bisa dihadapi saat khitan seperti perdarahan dan infeksi yang cukup tinggi karena adanya luka terbuka," terang Ketua PP Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI) Prof. Andi Asadul Islam, dalam webinar FJO, Kamis (8/4).

Namun, keputusan penggunaan metode khitan kembali lagi pada pasien. Prof Andi menjelaskan, pada laser, digunakan semacam lempeng besi tipis yang dipanaskan dengan listrik. Prinsipnya, sama seperti solder. Ketika ujung lempeng menyala proses pemotongan pun dilakukan.

Baca juga : Apa Bagusnya Gabung Dengan Gelora, Fahri Hamzah Menjawab

Risiko perdarahan saat khitan, dikatakan Prof. Andi tergantung ukuran penis. Sebab, makin besar ukuran penis, makin besar juga pembuluh darah sehingga risiko perdarahan makin besar.

Berbeda dengan metode klamp di mana prosedur dilakukan tanpa jahitan dan menggunakan semacam alat penjepit. Lagipula, jika menggunakan klamp diameter penis maksimal yang dikhitan yakni 3,4 cm.

Senada dengan itu, praktisi kesehatan seksual dr Boyke Dian Nugraha SpOG menjelaskan sejumlah dampak positif sunat. Khususnya sunat bagi orang dewasa. Di antaranya adalah mengurangi risiko tertular penyakit menular untuk pasangannya.

Boyke mengatakan, banyak sekali permintaan sunat untuk orang dewasa muncul dari pihak perempuan. Dia menegaskan sunat atau sirkumsisi selain dari aspek agama dan budaya, juga ada aspek kebersihan dan kesehatan.

Baca juga : Risma, Jangan Distop Ya!

Seperti diketahui virus HPV atau Human Papillomavirus memicu terjadinya penyakit menular seksual (PMS). Virus ini dalam kondisi tertentu bisa memicu kanker.

Lebih lanjut dr. Boyke mengatakan pada pria yang tidak disunat, berpotensi terdapat kotoran, bakteri, atau virus lainnya di sekitar kepala penisnya. "Dalam kondisi normal kepala penis pria yang tidak disunat tertutup kulup atau kulit. Butuh perawatan khusus, seperti pembersihan secara berkala bagi pria yang tidak disunat, ungkap dr. Boyke.

Ia menambahkan ada sejumlah pasangan perempuan yang khawatir jika pasangannya tidak disunat terdapat bakteri Ecoli atau sejenisnya.

Genky lajang asal Jepang salah satu pelaku sunat dewasa, yang turut hadir pada webinar ikut berkomentar soak hal ini.

Baca juga : KKP-Kejaksaan Tenggelamkan 10 Kapal Pencuri Ikan

 “Meski dalam budaya Jepang tidak dikenal sunat, saya lakukan sunat demi kesehatan dan masa depan serta memilih melakukan sunat di Indonesia,” jelasnya. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.