Dark/Light Mode

Jangan Terjebak, 7 Hal Ini Sering Bikin Orang Merasa Dicovidkan

Sabtu, 24 Juli 2021 10:10 WIB
Ilustrasi hasil swab test antigen yang negatif (Foto: Net)
Ilustrasi hasil swab test antigen yang negatif (Foto: Net)

 Sebelumnya 
Jangan buru-buru menyimpulkan bukan Covid, hanya dari tes Widal yang positif. Tes Widal ini memeriksa antibodi terhadap tifus. Ning menyebut, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi karena tifus endemis.

"Untuk diagnosis dengan Widal, harus ada kenaikan titer 4x lipat atau lebih, dengan jeda 5-7 hari," jelas Ning.

3. Hasil swab antigen negatif, kok masih dibilang Covid?

Ning menerangkan, dalam masa menular 10 hari pertama, ada 2 momen swab antigen berpeluang negatif.

Baca juga : Olimpiade Tokyo Berakhir, WHO Ramal 100 Ribu Orang Bakal Meninggal Kena Covid

Karena jumlah virus belum/sudah melewati batas tertentu. Sedangkan tes antigen, hanya bisa menampakkan hasil positif, saat jumlah virus mencapai kadar tertentu.

"Jadi, kalau swab antigen kita negatif, tetapi bergejala flu atau memiliki kontak erat, maka kita terdiagnosis suspek atau probable Covid. Sebaiknya, lanjutkan pemeriksaan ulang dengan PCR dan swab antigen ulang dalam 5 hari kemudian," papar Ning.

6. Hasil swab PCR negatif, kok dibilang Covid?

PCR memiliki sensitivitas 70-80 persen, sehingga masih ada risiko negatif palsu.

Baca juga : Layanan First Media Sering Mati, Pelanggan Dirugikan

Dalam hal ini, perlu ada penegakan diagnosis bertahap. Disesuaikan dengan gejala klinis, riwayat perjalanan penyakit, status kontak erat, dan pemeriksaan penunjang.

"Bila ada gejala klinis yang mencurigakan, harus didiagnosis sebagai suspek atau probable Covid, sampai terbukti tidak. Perlu ada langkah-langkah pembuktian," tegas Ning.

7. Hasil rapid antibodi non reaktif, kok masih dibilang Covid?

Antibodi adalah senjata pembunuh virus yang baru terbentuk di dalam tubuh, setelah 7 hari terinfeksi. Jadi, bila ada gejala atau kontak erat, tapi rapid test antibodinya non reaktif, bisa didiagnosis sebagai suspek/probable Covid sampai terbukti bukan.

Baca juga : Donnarumma Terbaik, Pedri Paling Bersinar

"Bisa saja, belum terbentuk antibodi, tapi sudah sakit dan menular. Bisa juga bukan Covid," kata Ning.

Menurutnya, selama ada dugaan atau kecurigaan ke arah Covid, dokter boleh menetapkan status pasien sebagai suspek atau probable Covid, sambil melakukan pemeriksaan tambahan secara bertahap.

Termasuk, kondisi pasien meninggal sebelum dilakukan pemeriksaan swab atau hasil swab belum keluar.

"Jadi, istilah dicovidkan itu tidak ada," tandas Ning. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.