Dark/Light Mode

Gunung-gunung Meletus, Gempa Di Mana-mana

Alam Memberi Tanda Kita Harus Waspada

Minggu, 4 Agustus 2019 08:04 WIB
HANCUR: Warga Kampung Karoya, Mandalawangi, Pandeglang, Banten, memungut tiang kayu di area rumahnya yang hancur akibat gempa, kemarin. Sampai pukul 10.00 WIB tadi malam, BNPB mencatat, akibat gempa 6,9 SR itu, 5 orang meninggal dan ratusan rumah rusak. (Foto: Antara)
HANCUR: Warga Kampung Karoya, Mandalawangi, Pandeglang, Banten, memungut tiang kayu di area rumahnya yang hancur akibat gempa, kemarin. Sampai pukul 10.00 WIB tadi malam, BNPB mencatat, akibat gempa 6,9 SR itu, 5 orang meninggal dan ratusan rumah rusak. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dua bulan terakhir, negeri ini seperti sedang "panen" gempa dan gunung meletus. Sejumlah praktisi geologi mengingatkan tanda-tanda alam ini jangan diacuhkan begitu saja. Apalagi ada ancaman megathrust. Kita harus selalu waspada, siaga bencana sejak dini, tapi jangan pula membuat kita panik berlebihan.

Selama Juni dan Juli misalnya, tercatat ada 7 gunung yang erupsi. Gunung Sinabung (Sumut) Gunung Dukono (Maluku Utara), Gunung Agung (Bali), Gunung Merapi (Yogyakarta), Gunung Ulawun (Papua) dan Gunung Bromo (Jawa Timur). Yang baru terjadi erupsi di Gunung Tangkuban Parahu (Bandung).

Setali tiga uang. Gempa pun terjadi di mana-mana. Sepanjang dua bulan terakhir ada beberapa gempa yang cukup besar, atau di atas 5 magnitudo. Antara lain di Halmahera, Nusa Dua dan Pangandaran. Teranyar, Jumat (2/8) adalah gempa di Banten dengan kekuatan 6,9 magnitudo. Gempa di Banten itu cukup besar dan lama. Membuat panik warga. Apalagi BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami sebelum diakhiri pukul 21.35 Wib.

Kepanikan merembet ke dunia maya. Warganet khawatir gempa yang terjadi di Selat Sunda itu adalah bagian dari gempa megathurst. Megathrust adalah gempa karena tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia, dan dapat memicu tsunami. Seusai gempa, memang muncul pesan viral yang mengatakan akan terjadi gempa susulan berkekuatan 9,0 magnitudo.

Baca juga : Agung Hercules Terserang Kanker Otak Kini Botak dan Kurus

Ahli gempa bumi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko sempat menuliskan kekhawatiranya di akun Twitter miliknya. Apalagi menurut dia, sumber lindu itu terjadi di segmen megathurst Selat Sunda dengan potensi 8,7 magnitudo. Namun setelah melakukan kajian, dia bilang gempa di Banten itu berpusat di intraslab dan bukan di interface. Artinya, tidak mengurangi potensi energi Megathrust di Selat Sunda.

“Lindu kemarin menambah tekanan dan berpotensi mempercepat pelepasan energi, secara teori maju beberapa puluh tahun (0.7-2m ~ 10-30th). Mari Siapkan mitigasinya!" tulis @widjokongko.

Politikus Demokrat, Andi Arief juga ikutan bicara di akun Twitter miliknya. Andi yang akhir-akhir ini rajin mendalami pergempaan, menyatakan potensi gempa megathurst dengan kekuatan 9,2 magnitudo bukan khayalan. Tapi, sudah diperingatkan para ahli. Ia lalu mengunggah potongan video yang menjelaskan simulasi dampak yang diakibatkan dari gempa 9,0 magnitudo. Gempa tersebut akan menggoyang Jakarta dan menyebabkan tsunami di Teluk Jakarta. “Alam sudah memberi tanda, kita harus bersiap menghadapi yang lebih besar,” tulisnya.

Karena itu, dia minta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Kementerian PUPR segera mengaudit semua fly over dan gedung bangunan bertingkat setelah gempa kemarin. Apakah ada dampak dan bagaimana antisipasi kemungkinan megathrust 9,2. “Mudah-mudahanan Tuhan masih memberi waktu cukup,” ujarnya.

Baca juga : Mari Rekatkan Kembali Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Ia pun meminta, penyelenggara jasa internet dan telekomunikasi dan rumah sakit membuat back office atau menyelamatkan/membuat back up data di tempat yang relatif aman. “Mumpung seantero Indonesia sudah punya imajinasi tentang resiko jika gempa 6,9 tadi malam suatu waktu akan datang dengan kekuatan 9,2, ini saatnya membangun mitigasi yang serius,” ujarnya.

Kepala Pusat Gemba Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, ancaman megathurst memang nyata di sepanjang pantai barat Sumatera dan Selat Sunda. Kekuatannya pun dahsyat. Gempa megathrust diprediksi bisa merambat ke Laut Jawa, Bali, hingga sisi utara Papua. Hanya saja, kata dia, sampai saat ini megathrust itu belum bisa diprediksi kapan terjadi. Jadi isu yang menyatakan akan terjadi gempa susulan megathrust adalah tidak benar. "Karena peristiwa gempa bumi hingga saat ini belum dapat diprediksi oleh siapa pun, kapan, di mana, dan berapa kekuatannya," kata Rahmat, di kantornya, kemarin.

Ia mengimbau, masyarakat tetap tenang, tapi juga waspada. Hal yang lebih penting, adalah melakukan langkah-langkah mitigasi terkait kesiapan sebelum, saat, dan setelah terjadi gempa bumi. Misalnya, menyiapkan jalur evakuasi yang aman di lingkungan tempat tinggal dan terus berlatih untuk evakuasi mandiri.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo mengatakan, potensi gempa di bagian selatan Jawa bukanlah hoax. Doni mengatakan ini terkait terjadinya gempa magnitudo 6,9 yang pusatnya ada di 147 km arah barat daya Sumur, Banten. "Potensi gempa di bagian selatan bukan hoax. Para peneliti, pakar yang pernah menyampaikan potensi ini dua minggu lalu dan sempat ada kekhawatiran, ini yang kita hadapi sekarang, gempa bisa terjadi kapan saja," kata Doni saat meninjau dampak gempa di Pandeglang, Banten, kemarin.

Baca juga : Gunung Merapi 4 Kali "Batuk", BPPTKG Imbau Warga Waspada

Sementara itu, Plh Kepala Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan pihaknya sudah ditunjuk oleh Presiden Jokowi untuk membangun hutan pantai di daerah rawan kena dampak megathrust. Hutan pantai yang diminta Jokowi akan dibangun guna melindungi permukiman warga dan objek-objek vital yang dekat pesisir. Salah satu cara murah dengan menanam hutan pantai, akan ditanam di depannya New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo, di Banten, dan di daerah-daerah sepanjang itu. “Itu salah satu cara membangun benteng pertahanan dengan alam, dengan pohon," kata Agus dalam jumpa pers di kantornya, kemarin.

Opsi ini, kata Agus, diambil Indonesia karena lebih ekonomis dari membangun tembok seperti yang diterapkan Jepang. Sebab Indonesia menghadapi beberapa megathrust di sepanjang pantai Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.