Dark/Light Mode

DKI Dorong Pelajar Melek Kebencanaan

75 Persen Lokasi Sekolah Di Daerah Rawan Bencana

Sabtu, 31 Desember 2022 07:30 WIB
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono (kanan) saat meninjau Ruang Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kebencanaan di Gedung Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Disgulkarmat) DKI, Jakarta Pusat, Kamis (29/12). Tampak seorang siswa sekolah (tengah depan) sedang mengikuti pembelajaran menghadapi bencana kebakaran. (Foto: Istimewa).
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono (kanan) saat meninjau Ruang Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kebencanaan di Gedung Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Disgulkarmat) DKI, Jakarta Pusat, Kamis (29/12). Tampak seorang siswa sekolah (tengah depan) sedang mengikuti pembelajaran menghadapi bencana kebakaran. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
“Pendekatan edukasi kebencanaan ini menggunakan model gamifikasi melalui virtual reality dan media interaktif lainnya yang saat ini sedang berkembang untuk mewujudkan Budaya Sadar Bencana sejak dini pada masyarakat,” ucapnya.

Deputi Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati mengapresiasi hadirnya Ruang KIE Kebencanaan itu.

“Ini adalah suatu inovasi yang arahnya menjadikan bangsa kita menuju bangsa yang tangguh terhadap bencana. Salah satu lompatan yang harus kita lakukan dengan edukasi dan literasi kebencanaan,” kata Raditya.

Baca juga : FIFA Tolak Rencana Pesan Damai Presiden Ukraina Di Final Piala Dunia

Diungkapkan Raditya, data BNPB mencatat 75 persen sekolah di Indonesia berada dalam kawasan rawan bencana. Seperti, banjir, gempa sampai longsor.

“Dari 479 ribu sekolah di Indonesia, 75 persen berada di kawasan risiko sedang dan tinggi terhadap ancaman bencana,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Raditya, pendidikan kebencanaan penting diberikan kepada peserta didik. Pendidikan kebencanaan berguna sebagai kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. BNPB pun mendorong, agar pendidikan kebencanaan menjadi muatan lokal dan masuk ke dalam kurikulum sekolah di Jakarta.

Baca juga : Kadin Indonesia Dorong Pelaku Usaha Kuatkan Perekonomian Indonesia

Pengamat pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jejen Musfah mengamini pandangan itu. Menurutnya, sangat penting sekolah memulai edukasi pendidikan kebencanaan. Tujuannya, agar siswa dan guru mempunyai pemahaman yang baik bagaimana bertindak ketika terjadi bencana.

“Sehingga warga sekolah punya pemahaman yang baik bagaimana harus bertindak pada saat terjadi banjir, longsor dan sebagainya,” kata Jejen.

Saat ini, Jejen melihat, pendidikan di Indonesia belum optimal dalam menerapkan edukasi kebencanaan. Padahal, Indonesia sering mengalami banjir maupun longsor.

Baca juga : BMKG Dorong Pemkab Cianjur Relokasi 9 Desa Rawan Gempa

Seperti saat ini, lanjutnya, perlu surat edaran dari pihak terkait tentang pola pembelajaran di situasi cuaca ekstrem saat ini. “Pembelajaran online atau hybrid bisa jadi opsi. Karena, prinsip pendidikan mengutamakan kesehatan dan keselamatan, bukan kehadiran siswa,” pungkasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.