Dark/Light Mode

Kualitas Udara Memburuk

Kasus Radang Paru Di Ibu Kota Meroket

Sabtu, 10 Juni 2023 07:30 WIB
Kendaraan melintas dengan pemandangan gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Jumat (9/6/2023). Berdasarkan laman resmi US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara, tercatat kualitas udara Jakarta dengan indeks kualitas udara diangka 128 atau berada pada kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif. (Foto: Patrarizki Syahputra/RM)
Kendaraan melintas dengan pemandangan gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Jumat (9/6/2023). Berdasarkan laman resmi US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara, tercatat kualitas udara Jakarta dengan indeks kualitas udara diangka 128 atau berada pada kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif. (Foto: Patrarizki Syahputra/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Memburuknya kualitas udara disinyalir sebagai penyebab meningkatnya kasus gangguan kesehatan pada saluran pernapasan di Ibu Kota. Warga diimbau memakai masker untuk mencegah terpapar polusi.

Kasus saluran pernapasan dialami warga Ibu Kota antara lain Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Penyakit Paru Obstruk­tif Kronis (PPOK) dan pneumo­nia atau radang paru-paru.

Kepala Dinas Kesehatan (Din­kes) DKI Jakarta Ani Ruspi­tawati menuturkan, pihaknya selalu melakukan pengamatan mingguan terhadap penyakit-penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB).

Baca juga : Penguatan Budaya RUU Kekhususan, Jakarta Diprediksi Tetap Jadi Magnet

“Seperti penyakit yang diper­kirakan berhubungan dengan kualitas udara belakangan ini,” kata Ani di Jakarta, kemarin.

Ani menjelaskan, penyakit yang berhubungan dengan kuali­tas udara itu bersifat endemis atau selalu ada. Serta dapat dilihat dari tren kasus berdasarkan waktu.

“Penyakit endemis yang biasa dihubungkan dengan kualitas udara antara lain ISPA, PPOK dan pneumonia,” sebutnya.

Baca juga : Yuk, Ikut Uji Emisi Kendaraan Gratis

Lalu, ada penyakit yang biasa dihubungkan dengan kondi­si iklim seperti kelembapan, musim hujan dan kemarau. Yakni penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD), diare, penyakit bakteri (typhoid) dan hepatitis A.

Menurut Ani, tren penyakit yang diperkirakan berhubungan dengan kualitas udara hampir seluruhnya meningkat belakangan ini. Kecuali kenaikan kasus DBD karena tidak terkait dengan kualitas udara.

Baca juga : Sekda DKI Jakarta Ajak Masyarakat Meriahkan Rangkaian HUT Ke-496 Kota Jakarta

“Meski begitu, perlu studi lebih lanjut untuk memastikan bahwa peningkatan kasus be­berapa penyakit tersebut berhubungan dengan kualitas udara di DKI Jakarta,” ujarnya.

Berdasarkan data Dinkes DKI, jumlah kasus pneumonia DKI Jakarta pada awal 2022 menca­pai sekitar 200 orang. Sedangkan pada awal tahun 2023 dengan periode yang sama jumlahnya naik menjadi 400 orang. Lalu, kasus Influenza-Like Illness (ILI) pada 2022 minggu ke-21 mencapai sekitar 300 orang. Na­mun, pada 2023 turun menjadi kurang dari 100 orang.

Kemudian, kasus diare akut DKI Jakarta pada 2022 minggu ke-21 mencapai sekitar dua ribu lebih orang. Lalu, pada 2023 naik menjadi 6.000 orang. Sementara, kasus thypoid pada 2022 minggu ke-21 mencapai 300 orang, sedangkan pada 2023 naik menjadi 400 orang.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.