Dark/Light Mode

Hati-hati Ada Penumpang Gelap

Suara Murni Mahasiswa Tidak Ganggu Pelantikan Presiden

Rabu, 25 September 2019 05:15 WIB
Mahasiswa bubar setelah 
disemprot gas air mata di depan 
Gedung DPR/MPR, Senayan, 
Jakarta, Selasa (24/9). (Foto: M Qori Haliana/RM)
Mahasiswa bubar setelah disemprot gas air mata di depan Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Selasa (24/9). (Foto: M Qori Haliana/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ribuan mahasiswa dari berbagai kampus kembali turun ke jalan, kemarin. Tuntutan mereka jelas. Batalkan RUU KUHP. Tidak merembet ke mana-mana. Apalagi sampai mau menganggu pelantikan Presiden Jokowi, 20 Oktober nanti.

Tapi, para mahasiswa tetap harus hati-hati. Jangan sampai ada penumpang gelap yang membelokkan niat tulusnya.

Di Jakarta, aksi unjuk rasa dipusatkan di Gedung DPR dan depan Istana Merdeka. Sejak pagi, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Jabodetabek sudah berkumpul di dua lokasi itu.

Menjelang pukul 3 sore, mahasiwa yang berkumpul di depan Istana bergeser ke Senayan. Aksi awalnya berjalan damai dan tertib. Namun mulai sore, aksi berubah panas dan berakhir ricuh. Polisi kemudian memukul mundur massa dengan menyemprot water canon dan menembakkan gas air mata.

Massa memang mundur, tapi tak menyerah. Mereka justru menyebar dan merusak sejumlah fasilitas umum. Aksi serupa juga dilakukan mahasiswa di berbagai daerah. Seperti Aceh, Lampung, Padang, Makassar, Bandung, Bogor, Yogyakarta, Sema rang, Malang, dan Jember.

Baca juga : Gubernur Papua Ancam Penghentian Beasiswa ke Mahasiswa yang Eksodus

Tuntutan mereka serupa: mendesak pemerintah menunda pengesahan RUU yang dinilai bermasalah. Yang paling utama adalah RUU KUHP.

Di jagat Twitter, aksi ini mendapat respons macam-macam. Banyak yang mendukung, misalnya dengan melambungkan tagar #Hidup Mahasiswa, #ReformasiDIkorupsi dan #MahasiswaBergerak. Ketiga tagar itu masuk dalam daftar trending topic. Tapi ada juga yang melebar ke mana-mana.

Mereka memanas-manasi mahasiswa untuk juga menguarakan ketidakpuasan ke pemerintah. Sejumlah tagar memang ikut melambung seperti #turunkanJokowi. Menkopolhukam Wiranto, nampak sedikit cemas dengan isu tersebut. Dia berharap, semua pihak tidak terpancing dengan isu, yang dapat mengganggu proses pelantikan Presiden Jokowi pada 20 Oktober nanti.

“Jangan sampai ada pihak-pihak tertentu yang diduga justru akan mengacaukan proses itu. Membuat onar, membangun opini-opini, mendelegitimasi pemerintah, yang ujung-ujungnya, diduga akan mengacaukan proses pelantikan DPR dan presiden,” kata Wiranto, di kantornya, Jakarta, kemarin.

Karena itu, ia berharap mahasiswa tidak terprovokasi. “Jangan mudah dipancing, jangan mudah dikompori untuk masuk pada kegiatan yang inkontisusional. Kegiatan yang justru menodai demokrasi kita,” harap mantan Panglima ABRI ini.

Baca juga : Mahasiswa Dibangunin Siapa

Dari analisa Drone Emprit, sistem yang memonitor dan menganalisa percakapan media sosial, memang diketahui ada tagar yang menyusup dalam aksi mahasiswa terse but. Misal nya melambungnya tagar #TurunkanJokowi atau #Kami BErsamaJokowi.

Pendiri sekaligus analis Drone Emprit, Ismail Fahmi, memastikan, otak di balik tagar #TurunkanJokowi bukanlah dari kelompok mahasiswa. “Tagar tersebut tidak berasal dari lingkaran di dalam kelompok mahasiswa,” kata Ismail, kemarin.

Kata dia, kelompok mahasiswa yang berdemo konsisten menyuarakan tuntutan menolak RUU KUHP. Tak ada yang membahas isu menurunkan Presiden Jokowi. “Mereka tidak mau ikut-ikutan dalam tweet mereka pakai tagar #TurunkanJokowi,” ucapnya.

Ismail melakukan analisis dengan membandingkan tagar #TurunkanJokowi dengan #GejayanMemanggil. Dari data tren pada 22-24 September 2019, diketahui #GejayanMemanggil lebih dahulu muncul dengan volume yang tinggi. Sedangkan #Turunkan Jokowi, baru muncul sekitar pukul 11.00 siang.

Senin lalu, lalu naik pesat sekitar pukul 9 malam hingga menjelang Selasa dinihari. Dibandingkan dengan #GejayanMemanggil, Ismail melanjut, volume #TurunkanJokowi masih jauh lebih kecil. Bahkan, dari peta Social Network Analysis (SNA) #TurunkanJokowi, sangat jelas ada satu cluster besar dengan akun-akun yang berbeda dari akun penggerak #GejayanMemanggil.

Baca juga : Srikandi Milenial Gelar Aksi Tanda Tangan Minta Pelantikan Pimpinan KPK Baru

“Dari sana diketahui tagar #GejayanMemanggil itu disuarakan murni oleh mahasiswa itu. Bukan 01 bukan 02. Bukan juga cluster-nya para selebgram,” paparnya.

Ketua Senat Mahasiswa Universitas Atmajaya, Gregorius Anco, menyadari banyak yang ingin menyusup dalam aksi yang digelar mahasiswa. “Tuntutan kami jelas. Revisi UU KPK yang baru dan batalkan RKUHP. Karena tidak sesuai dengan amanat reformasi. Tidak ada tuntutan turunkan Jokowi,” kata Gregorius, di depan Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Sejumlah selebtwit ikut mengapresiasi aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa. Pengamat Politik LIPI Syamsuddin Haris ikut mewanti-wanti, jangan sampai aksi tersebut jadi tunggangan politik jangka pendek.

“Gelombang aksi demo mahasiswa menuntut pembatalan pengesahan sejumlah RUU di DPR patut diapresiasi. Mereka menolak dijadikan kuda tunggangan untuk kepentingan politik jangka pendek oleh pihak-pihak yang punya agenda lain seperti jatuhkan Jokowi,” ujarnya di akun @ sy_haris. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.