Dark/Light Mode

Bicara Banjir

Ahok Jadi Lebih Bijak

Sabtu, 4 Januari 2020 07:58 WIB
Basuki Tjahaja Purnama. (Foto: IG@basukibtp)
Basuki Tjahaja Purnama. (Foto: IG@basukibtp)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah banjir melanda Jakarta, banyak orang yang mengeluarkan sumpah serapah ke Anies Baswedan. Tapi, hal itu tidak dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Bekas lawan Anies di Pilgub Jakarta itu justru lebih bijak dalam bertutur kata. Kemarin, Ahok turut mengomentari soal banjir yang melanda Ibu Kota. Namun, bicaranya netral. tidak ada marah-marah, tidak menyalahkan, tidak juga menggurui.

Ahok memilih mengucapkan duka cita bagi para korban. Ucapan itu disampaikan Ahok lewat akun twitter nya, @basuki_btp. “turut berduka cita atas korban korban meninggal #banjir2020 di Jakarta dan sekitarnya,” cuit pria yang kini menjabat Komut Pertamina itu.

Jumlah korban jiwa akibat bencana banjir kali ini memang cukup banyak. Berdasarkan data Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga pukul 15.00 kemarin, total korban meninggal akibat banjir di wilayah Jabodetabek dan Lebak sebanyak 46 orang.

Ahok kemudian mengingatkan warga yang bertetangga langsung dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk tetap waspada. Dia pun berdoa agar banjir yang melanda Jabodetabek segera surut.

Baca juga : Baznas Beri Servis Motor Gratis

“Untuk warga yang tinggal di DAS, agar selalu waspada. Semoga banjir ini cepat berlalu dan kondisi pulih kembali,” tulisnya.

Soal penanganan banjir, Ahok tak mau berkomentar. Dia menyebut, hal itu bukan kapasitasnya lagi. Yang punya kapasitas adalah Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta saat ini.

“Tanya Pak Anies yang lebih tahu. Pak Anies sudah lebih tahu dan teman temannya, lebih tahu,” tutur Ahok saat dikontak, kemarin.

Ahok terakhir kali berkomentar soal banjir, April 2019. Saat itu, banjir juga melanda sejumlah wilayah di Jakarta. Ketika itu, Ahok menduga, banjir terjadi lantaran pompa air yang terlambat diaktifkan. Seharusnya, kata dia, pompa air sudah aktif sebelum debit air hujan tinggi.

Baca juga : Kisah Bayi dan Brigjen Novi dalam Banjir Jabodetabek

“Saya orang tambang, teori tambang ngidupin pompanya telat, udah terlalu tinggi bisa tidak keburu,” tuturnya, di Kawasan Menteng, 30 april 2019. Kemungkinan lain penyebab banjir Jakarta, tutur Ahok, adalah saringan air yang tersumbat ranting atau sampah.

Di era kepemimpinannya pada 2014 -2017, Ahok menyebut, kayu ranting yang menutupi saringan ketika hujan turun menyebabkan genangan karena menghambat air cepat surut. Karena itu, ujar Ahok, Pemprov selalu menaruh alat berat untuk menyisir ranting atau sampah di sekitar saringan air.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan, besar nya dampak banjir pada awal 2020 di Jabodetabek merupakan salah satu akibat dari masyarakat yang tidak mempercayai prakiraan cuaca yang dikeluarkan lembaganya.

Akhir Desember 2019, BMKG sudah beberapa kali merilis peringatan dini akan adanya cuaca ekstrem di Jabodetabek.

Baca juga : Dikepung Banjir, PN Jakpus Tunda Seluruh Sidang

“Peringatan dini yang sudah disampaikan seminggu sebelumnya, tanggal 23, tanggal 27, tanggal 28, terakhir bersama Kepala BNPB tanggal 30 Desember ternyata kita belajar. Mungkin dianggap dampaknya kurang dahsyat,” ujar Dwikorita, di Kantor BPPT, kemarin.

Karena itu, dia meminta masyarakat memercayai prakiraan cuaca yang dirilis BMKG. Dwikorita menyebut, prakiraan cuaca yang dirilis BMKG berdasarkan data. Prakiraan beda dengan perkiraan. “Peringatan dini dari BMKG adalah prakiraan, dasarnya data,” tuturnya. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.