Dark/Light Mode

Berbau Politik, Panggung Munajat 212 Diduduki Jamaah Prabowo

Jumat, 22 Februari 2019 08:14 WIB
Jamaah Munajat 212 doa bersama di Monas, Jakarta, kemarin. Dwi Pambudo/Rakyat Merdeka)
Jamaah Munajat 212 doa bersama di Monas, Jakarta, kemarin. Dwi Pambudo/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Munajat 212 yang digelar di Monas, Kamis (21/2) malam, dihadiri ribuan orang. Panggungnya penuh diisi kiai, ustad, juga para politisi jamaahnya Prabowo Subianto.

Mereka duduk, juga berdiri. Berdoa dan memanjatkan shalawat. Karena banyak jamaah Prabowo, meskipun acara itu dipastikan hanya urusan doa, tapi ada saja yang menuding acara itu berbau politis.

Munajat 212 yang digelar di Monas itu dihadiri ribuan orang. Niatnya sih, doa bersama demi bangsa dan negara. Tapi, nyatanya, acara itu berbau politik. Panggungnya saja, diduduki para jamaah alias pendukung Prabowo.

Sejak pukul 4 sore, jamaah sudah berbondong-bondong datang ke Monas. Mereka membawa sejumlah atribut. Mulai bendera hingga ikat kepala bertuliskan kalimat tauhid. Mereka berjalan menuju dua gerbang Monas yang dibuka: Pintu Monas Timur dan Patung Kuda.

Untuk masuk ke dalam area Monas ini, para peserta harus melalui pemeriksaan ketat. Pemeriksaan fisik dan barang bawaan itu dikelompokkan menjadi dua berdasarkan jenis kelamin.

Jamaah perempuan diperiksa polwan, sementara laki-laki diperiksa Laskar Pembela Islam (LPI) dengan diawasi petugas kepolisian. Gerimis yang mulai turun, tak membuat semangat para peserta surut.

Baca juga : Berharap Wahyu Tri Manggolo Masuk Dalam Diri Capres

Beberapa peserta yang ditemui Rakyat Merdeka menyatakan, datang untuk bermunajat atau berdoa bersama. Mereka tak peduli soal politik. Tak takut juga jika kegiatan ini dipolitisasi pihak tertentu. "Kalau niatnya baik, nggak perlu takut. Ini ikhlas karena Allah, ujar M. Hasby, jamaah yang datang dari kawasan Jakarta Selatan.

Pemrakarsa acara ini, MUI DKI Jakarta juga menyebut, kegiatan ini tak terkait dengan politik. Malah, munajat 212 ini disebut untuk menyejukkan situasi yang menghangat jelang Pilpres 2019. "Tak ada tendensi dari politik. Tidak ada," tegas Sekretaris Bidang Infokom MUI DKI Jakarta, Nanda Khairiyah.

Soal pemilihan angka 212, Nanda bilang, angka itu sudah melekat di benak masyarakat. Jadi, tidak terkait gerakan 212. Tapi nyatanya, tokoh-tokoh yang menghadiri acara ini kebanyakan adalah pendukung capres nomor urut 02, Prabowo Subianto. Sebut saja, Ketua MPR Zulkifli Hasan, eks Ketua MPR Amien Rais, Presiden PKS Sohibul Iman, hingga Titiek Soeharto, mantan istri Prabowo Subianto.

Titiek datang paling duluan. Putri Presiden RI ke-2 HM Soeharto itu, ikut sholat Magrib bersama ratusan orang yang memadati kawasan Monas sejak pukul 16.00 WIB itu. Titiek yang berbaju setelan putih-putih sempat naik ke panggung untuk menyapa peserta, sambil mengacungkan salam dua jari membentuk huruf L.

Beberapa peserta Munajat 212 membalas salamnya. "Sudah hadir di hadapan kita, Bu Titiek Soeharto. Kita doakan semoga menjadi ibu negara," ujar panitia dari atas panggung. Sebagian peserta pun mengamini.

Perempuan bernama lengkap Siti Hediati Hariyadi itu duduk di sisi kanan panggung dengan sejumlah jamaah perempuan yang dipisahkan dari jamaah laki-laki. Dia tampak beberapa kali bangkit dari duduknya untuk melayani permintaan foto bersama. Tentu saja, posenya salam dua jari.

Baca juga : Ditinggikan Jokowi, Direndahkan Prabowo

Tak jauh dari Titiek, tampak Neno Warisman. Setelah itu, Zulkifli Hasan yang akrab disapa Zulhas, tiba di lokasi pukul 20.10 WIB. Ketum PAN itu didampingi Sekjennya Eddy Soeparno dan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PAN Yandri Susanto.

Kepada wartawan, Zulhas mengaku kedatangannya untuk berdoa bersama alim ulama dan seluruh masyarakat agar pemilu 2019 berlangsung damai. Zulhas yang mengenakan baju koko warna putih dengan sorban dan peci hitam tampak menenteng buku UUD 1945.

Tak berselang lama, hadir Ketua Dewan Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid. Ia langsung menuju panggung, menyusul Presiden PKS Sohibul Iman yang sudah lebih dahulu hadir di sana. Satu jam kemudian, Amien Rais tiba. Tokoh Reformasi ini duduk di baris kedua, persis di belakang Ketua Umum Persatuan Alumni (PA) 212 Slamet Ma'arif, yang menjadi tersangka dugaan pelanggaran pidana pemilu.

Slamet duduk berdampingan dengan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak bersama sejumlah alim ulama, habaib. Namun, tak lama kemudian panitia meminta Amien duduk di barisan pertama, berdampingan dengan Sohibul Imam dan Zulkifli Hasan.

Pukul 21.40 WIB, Fadli Zon dan Fahri Hamzah hadir dalam satu mobil Toyota Crown warna hitam. Saat kaca mobil dibuka, ibu-ibu pun histeris memanggil-manggil nama Fadli. Fadli membalasnya dengan mengacungkan salam dua jari. Pidatonya pun berbau politik. Zulhas, menanyakan peserta soal presiden.

Awalnya, dia menyatakan harapannya agar Pemilu nanti berjalan damai. Dia pun meminta para penyelenggara pemilu dari KPU, Bawaslu, dan aparat penegak hukum menciptakan pemilu yang damai. "Ini perintah konstitusi, perintah UUD," ujar Zulkifli sembari menunjukkan buku UUD 1945 yang tadi ditentengnya.

Baca juga : Ibu Nyetir Saat Anak Duduk Di Atap Mobil

Zulhas kemudian menyinggung soal kemenangan Anies Baswedan di Pilgub DKI. Kita punya gubernur yang menang. Gubernurnya 212. Coba kalau yang menang yang itu, kita boleh nggak kumpul di sini?" tanya Zulhas. Suasana langsung riuh.

Setelahnya, dia menyinggung soal persatuan dan presiden. "Persatuan nomor satu, soal presiden...," seru Zulkifli. Massa menjawab serempak, nomor dua. Tiga kali Zulkifli mengulangnya dan dijawab dengan jawaban yang sama.

Ketum FPI Sobri Lubis juga memberi sambutan yang isinya, mengungkit sejumlah kasus yang menimpa Buni Yani, Habib Bahar bin Smith hingga Ahmad Dhani. Tokoh-tokoh yang identik sebagai pendukung capres 02 ini disebutnya dikriminalisasi pemerintah.

Panitia juga mengajak massa menyanyikan lagu semacam mars di acara itu. Judulnya, "Aksi Bela Negeri". Salah satu liriknya, "ijtimak pegangan kami untuk pilih Presiden RI, kami taat kami patuhi".

Untuk diketahui, ijtimak ulama mendukung Prabowo sebagai capres. Netizen pun mengomentari acara ini. Sebagian besar menyebut acara ini politis.

"Dahsyat ternyata di baliknya ada kampanye. Sudah kuduga kedok doang," cuit @wadimore." Ibadah politik, semoga Allah berkenan menerima ibadahnya bukan politiknya," imbuh @arafat571, netral. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.