Dark/Light Mode

Dalangnya Belum Ketemu

Tim Pencari Fakta Kerusuhan 22 Mei, Perlu Apa Tidak Perlu

Jumat, 14 Juni 2019 10:56 WIB
Wakil Koordinator Bidang Strategi dan Mobilisasi Kontras Ferri Kusuma saat menggelar konferensi pers di kantor KontraS, Jalan Kramat II, Jakarta Pusat, Rabu (12/6/19). (Foto : Tribunnews).
Wakil Koordinator Bidang Strategi dan Mobilisasi Kontras Ferri Kusuma saat menggelar konferensi pers di kantor KontraS, Jalan Kramat II, Jakarta Pusat, Rabu (12/6/19). (Foto : Tribunnews).

RM.id  Rakyat Merdeka - Kendati sudah menangkap beberapa tersangka kerusuhan, aparat kepolisian belum mengungkap dalang di balik aksi 22 Mei lalu.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mendesak pemerintah membentuk tim pencari fakta (TPF) untuk mengungkap dalang kerusuhan 22 Mei 2019.

“Perlu adanya tim pencari fakta untuk menemukan aktor pelanggaran HAM yang berat, yang melibatkan aktor dari negara dan atau nonnegara,” ungkap Wakil Koordinator Kontras Bidang Strategi dan Mobilisasi Feri Kusuma di kantor Kontras di Jakarta, Rabu kemarin.

Pemerintah, kata Feri, harus bisa memastikan proses pengungkapan dan penegakan hukum kasus kerusuhan ini benar-benar akuntabel dan transparan. Tidak boleh ada satu pun hak warga negara yang dilanggar dalam peristiwa ini.

Saat ini, diakui Feri, Polri hanya memprioritaskan penanganan kasus terhadap tersangka yang akan melakukan dugaan percobaan pembunuhan terhadap empat pejabat publik.

Di sisi lain, tewasnya 9 orang warga dalam kerusuhan, dan ratusan orang yang ditangkap sama pentingnya dengan penanganan kasus tersebut.

Baca juga : Umumkan Dalang Rusuh 22 Mei, Wiranto Tar Sok, Tar Sok

Di tempat yang sama, Staf Biro Penelitian, Pemantauan dan Dokumentasi Kontras, Rivanlee Anandar menyoroti 9 orang yang tewas. Dia menilai, kurang rincinya penjelasan kepolisian terkait tewasnya 9 orang dalam kerusuhan 22 Mei dapat memunculkan asumsi negatif dari publik.

“Bahkan, berdasarkan pengaduan yang diterima Kontras, terduga pelaku kerusuhan yang ditahan mengaku tidak mendapat akses untuk bertemu dengan keluarga,” kata Rivanlee.

Desakan agar pemerintah membentuk tim pencari fakta menuai pro dan kontra. Di dunia maya, banyak warganet memberikan dukungan kepada Kontras. @Ghoz4ly menilai kinerja aparat kurang greget, sehingga perlu dibentuk tim untuk mengungkap dalangnya.

“Orang-orang yang selama ini selalu teriak HAM, kini Bungkam seperti ular kekenyangan,” ujarnya.

@apadslow_63 ikut mendesak kasus pelanggaran HAM ini diusut tuntas sehingga bisa menjadi perhatian bagi yang lain. “Masa ada pendemo tembak pendemo,” katanya.

Menimpali, @ @fatamor89710455 mengatakan, jika pendemo mempunyai senjata, pasti yang menjadi korban adalah aparat kepolisian bukan pendemo. “Kalau pendemo bawa senjata kenapa yang korban bukan Brimob.”

Baca juga : Forum Cikatomas Minta Pelaku Kerusuhan Diseret Ke Pengadilan

Sementara, @sisinsaja tidak yakin pemerintah bakal membentuk tim pencari fakta untuk mengungkap dalang kerusuhan. “Karena setiap ada kejadian ada pencari fakta, tapi faktanya tetep aja tidak terungkap,” katanya.

@erwinzulfikar menyambar. Dia mengatakan, sejak dulu kasus pelanggaran HAM tidak pernah terungkap. Sampe Dajjal dateng juga ga bakalan terungkap.

Berbeda, Terto Wirahadi nyinyir terhadap desakan Kontras yang mendesak dibentuk tim pencari fakta.

“Kalau nggak ada yang tertangkap baru dibentuk Tim Independen. Yang ketangkep ratusan orang kok masih aneh-aneh ngomongnya. Kontras nyari aja panggung yang lain yang masuk akal sehat,” kritiknya.

Tudingan Kontras mencari panggung juga diungkapkan Rofamas. Kata dia, saat ini pihak kepolisian sedang bekerja mengungkap dalang di balik kerusuhan. “Kontras tidak usah cari panggunglah.”

Edward Hutagalung mempertanyakan keberadaan Kontras pada saat kerusuhan. Pada saat kerusuhan, sudah diperingatkan polisi bahwa ada rencana penyusupan di demo 22 Mei, tapi Kontras dan Komnas HAM tidak berperan untuk pencegahan, tapi selalu melihat sesudah kisruh terjadi.

Baca juga : Buntut Kerusuhan 22 Mei, Pendapatan Pedagang Tanah Abang Anjlok

“Apakah Kontras dan Komnas HAM tidak mempedulikan hak azasi mayoritasmasyarakat untuk memperoleh ketenangan dan jaminan ketertiban di negara ini ? Hak azasi kami untuk mendukung Polisi menumpas habis perusuh dan pelaku hoaks,” tulisnya.

Royy Keadilan mengatakan, polri ingin membentuk timsus yang isinya Komnas HAM dan lain-lain.

“Tapi Komnas HAM menolak. Sekarang ada dugaan itu perusuh malah koar-koar lagi. Kalian ini aneeh... Coba Komnas HAM dan Kontras tanggapi dulu yang bakar bakar di asrama petamburan,” tuntasnya. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.