Dark/Light Mode

Kasus Covid-19 Pada Anak Meningkat

Kok PTM Yang Disalahkan Nih

Jumat, 18 Februari 2022 08:00 WIB
Ilustrasi Covid-19 pada anak. (Foto: Istimewa).
Ilustrasi Covid-19 pada anak. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
“Dan aktivitas fisik yang teratur,” ujar William.

Netizen mengungkap berbagai faktor dan penyebab tingginya kasus Covid-19 pada anak-anak. Mayoritas, netizen mengkambinghitamkan pembelajaran tatap muka atau PTM.

Akun @DjieKiong tidak setuju dengan pernyataan Kemenkes yang menyebut banyak anak tertular Covid-19 dari keluarga. Menurut dia, justru anak-anak yang membawa Covid-19 ke rumah menularkan ke orang tua.

“Belum bisa menerapkan protokol kesehatan (prokes) harus masuk sekolah 100 persen akhirnya banyak anak sekolah yang terpapar Covid-19,” katanya.

Baca juga : Kasus Covid-19 Melonjak, Kemendagri Perkuat Satgas Linmas

Menurut @kaa_enn, banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terpapar Covid-19. Yang paling utama, kata dia, orang-orang yang liburan ke luar negeri. Sementara yang kena getahnya anak-anak PTM 100 persen.

“Seolah-olah penyebaran jadi banyak karena anak sekolah,” kata dia.

Akun @ditaekacs berharap Pemerintah segera menghentikan kebijakan PTM. Dia merasa kasihan dengan anak-anak yang menjadi korban peraturan tidak jelas. Dia menegaskan, apapun kondisinya kesehatan nomor 1.

“Kalau tetap memaksa PTM mau 100 atau 50 persen akan lebih banyak anak yang terpapar dan jadi korban,” sambung @syyvan_.

Baca juga : Kepala BIN Papua Meninggal Dunia Di Jayapura

Menurut @mrs_farahdina86, PTM 100 persen turut andil menyebar virus Covid-19. Dia mengaku, anaknya terpapar Covid-19 pas di hari ke 5 diberlakukannya PTM 100 persen. “Pemangku kebijakan yang terhormat bagaimana nasib anak-anak PTM? Kasusnya naik terus, jangan menunggu angka kematian naik,” ujar @roslianiiranika.

Akun @doubleduaokto mengatakan, faktor kurangnya edukasi terhadap orang tua juga menjadi penyebab tingginya kasus Covid-19 pada anak. Dia bilang, ibu-ibu masih nongkrong tanpa masker menemani anaknya main.

“Miris melihatnya. Mau menegur pasti jadi salah, nggak ditegur kok gerah lihatnya,” katanya.

Akun @anita.mulyani menegaskan, anak tergantung orang tuanya. Kalau orang tuanya memberi pengertian bahwa pandemi masih ada, anak-anak bakal patuhi prokes. Faktanya sekarang, kata dia, justru yang mendominasi anggapan pandemi telah berakhir dan Omicron tidak berbahaya adalah orangtua.

Baca juga : Akui Pengadaan SMS Masking, KPK: Rutin Dilaksanakan Setiap Tahun

Akun @jajananmamajon mengaku tidak bisa membedakan gejala Covid-19 pada anak. Soalnya, kata dia, gejalanya mirip-mirip antara flu, radang tenggorokan, demam berdarah dengue (DBD) dan typus. [ASI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.