Dark/Light Mode

Obat Tuberkulosis 4 Bulan Dan Arifin Panigoro Di Mata Prof. Tjandra

Senin, 28 Februari 2022 15:29 WIB
Arifin Panigoro (Foto: Istimewa)
Arifin Panigoro (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Setelah melakukan kajian, pada 25 Februari 2022, diterbitkanlah pedoman ini yang menyatakan bahwa CDC Amerika Serikat merekomendasikan regimen pengobatan 4 bulan ini, sebagai salah satu pilhan untuk pasien yang beumur 12 tahun ke atas yang terinfeksi kuman tuberkulosis paru yang masih rentan dengan obat TB (drug-susceptible pulmonary TB).

Dalam pelaksanaannya, obat selama 4 bulan ini dibagi menjadi 8 minggu pertama pengobatan setiap hari dengan 4 obat: rifapentine (RPT), isoniazid (INH), pyrazinamide dan moxifloxacin (MOX), lalu dilanjutkan 9 minggu dengan 3 obat saja, rifapentine (RPT), isoniazid (INH), pyrazinamide dan moxifloxacin (MOX).

"Indonesia tentu masih akan perlu kajian mendalam, sebelum regimen 4 bulan ini akan diterapkan di Indonesia. Walaupun kalau memang tersedia, jelas dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan. Salah satu kendalanya adalah harga rifapentine yang cukup mahal," papar Prof. Tjandra.

Pada Juni 2021, WHO juga sudah mengeluarkan publikasi berjudul Treatment of Drug-Susceptible Tuberculosis: Rapid Communication.

Baca juga : Innalillahi, Arifin Panigoro Meninggal Dunia Di Amerika

Di dalamnya juga disebutkan, bahwa bukti ilmiah memang sudah menunjukkan bahwa penggunaan obat TB 4 bulan dapat dipakai sebagai alternatif dari pengobatan 6 bulan.

Pengobatan 4 bulan dengan sepenuhnya oral ini disebutkan menguntungkan bagi pasien dan bagi petugas kesehatan. Hanya saja ketersediaan dan harga obat rifapentine harus.dapat terjangkau.

Dalam publikasi WHO 15 Juli 2021 jelas-jelas disebutkan, WHO mendorong perusahaan/industri farmasi untuk menghasilkan obat rifapentine yang disebut game-changing drug yang berkualitas dan terjangkau.

Selain rifapentine, juga diperlukan program pengendalian anti bakteri (antibacterial stewardship) yang lebih kuat, karena regimen ini menggunakan antibiotika moxifloxacin.

Baca juga : 9 Warga Malaysia Yang Dievakuasi Dari Ukraina, Tiba Di Perbatasan Polandia

"Sehubungan dengan komunikasi saya dengan almarhum Bapak Arifin Panigoro tentang TB dan G20, di mana Indonesia menjadi Presidensinya di tahun ini. Patut diketahui, sekitar separuh kasus tuberkulosis di dunia terjadi di negara anggota G20, antara lain di India, Tiongkok, Indonesia, Rusia, Brazil dan Afrika Selatan," terang Prof. Tjandra.

Karena itu, menurutnya, mengangkat topik tuberkulosis pada G20 tahun ini menjadi hal yang amat relevan dilakukan. Serta merupakan salah satu sumbangsih bangsa kita, bagi pengendalian tuberkulosis di dunia.

"Selain G20, dapat disampaikan bahwa Indonesia juga akan menjalani Keketuaan ASEAN pada 2023 tahun depan. Baik juga, kalau disiapkan agenda tentang tuberkulosis di kawasan ini," ucap Prof. Tjandra.

Sedikitnya ada lima negara anggota ASEAN (Indonesia, Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam) yang masuk daftar Global High Burden Countries for Tuberculosis.

Baca juga : Menaker Wanita Pemberani

"Dengan doa dan berduka kita antar kepergian Bapak Arifin Panigoro menghadap Allah SWT, disertai upaya keras kita semua untuk melanjutkan kerja keras almarhum dalam pengendalian tuberkulosis di negara kita, di negara G 20, di ASEAN dan di dunia," pungkas Prof. Tjandra. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.