Dark/Light Mode

Cegah Radikalisme, Ramadan Waktu Terbaik Reformasi Diri Dan Akhlak

Jumat, 8 April 2022 13:41 WIB
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid (Foto: BNPT)
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid (Foto: BNPT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Segala pintu rahmat dan pengampunan terbuka lebar untuk umat manusia. Maka, saat inilah momentum yang sangat spesial bagi umat Muslim untuk membersihkan dan menyucikan diri.

Demikian disampaikan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Ahmad Nurwakhid, dalam acara “Deep Talk Indonesia Serial Ramadan” yang diselenggarakan Gerakan Indonesia Optimis, Kamis (7/4).

“Ramadan adalah waktu yang tepat untuk bereformasi, terutama untuk mereformasi diri maupun mereformasi akhlak. Namun, jika dilihat dalam konteks radikalisme dan terorisme, yang menjadi concern dan harus diperbaiki adalah spiritualitas dalam beragama dan berbangsa,” ujar Nurwakhid, seperti keterangan yang diterima redaksi, Jumat (8/4).

Baca juga : Awal Ramadan, Jawa-Bali Bersih Dari PPKM Level 4

Menurutnya, Indonesia akan maju jika bangsa ini kuat dalam bidang intelektualitas dan spiritualitas. "Artinya, agama akan kaffah jika didukung dengan rukun Islam, rukun iman, dan rukun ihsan. Ihsan ini adalah aspek spiritualitas untuk membangun budi pekerti luhur serta membangun akhlak,” paparnya.

Nurwakhid menjelaskan, akhlak dan spiritualitas adalah vaksinasi dalam deradikalisasi. Seperti diketahui, deradikalisasi adalah proses pengembalian paham radikal menjadi moderat. Menurutnya, hal itu harus ditandai dengan berubahnya akar ideologi radikal atau ideologi takfiri dan digantikan dengan ideologi moderat.

“Seseorang bisa dikatakan moderat kalau mereka menonjol tidak hanya ritualitasnya saja, tetapi juga spiritualitasnya. Tidak hanya kehidupan keagamaannya saja, tetapi juga akhlak dan budi pekerti yang luhur yang sejatinya merupakan misi utama para nabi, terutama Nabi Muhammad SAW,” jelas Nurwakhid.

Baca juga : Lestari: Ramadan Momentum Bangkit Bersama Dari Pandemi

Ia berharap, Gerakan Indonesia Optimis dapat ikut berperan dalam menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang berkembang di Indonesia. “Gerakan Indonesia optimis dengan namanya optimis itu sudah memiliki nilai sufi, nilai tasawuf, dan nilai spiritual. Karena seseorang yang memiliki spiritualitas yang menonjol selalu optimis,” tuturnya.

Menurutnya, optimisme inilah yang seharusnya membangkitkan rasa syukur kita sebagai bangsa yang memiliki heterogenitas yang sangat plural, serta memiliki potensi yang luar biasa yang harus dibangun dalam toleransi atau bisa disebut 5 T. T pertama adalah tawassuth, moderat, berada di tengah. Karena dengan di tengah bisa rahmatan lil alamin. 

T kedua adalah tawazun, seimbang, proposional. T ketiga adalah tasamuh, yaitu toleran. Hal ini sangat relevan bagaimana bangsa kita harus dibangun di atas toleransi karena keberagaman dan heterogetinas yang sangat plural. T keempat adalah tawasul. Segala sesuatu harus menggunakan media, harus pakai protokoler dan sistem. Tawasul artinya sistem metodelogi ataupun media. 

Baca juga : Gus Jazil Ajak Kendalikan Diri Saat Bermedia Sosial

"T kelima adalah tabbayun. Kelompok radikal terorisme biasanya kurang piknik, kurang cek dan ricek terhadap konten. Hasil survei di dunia maya sebanyak 67,7 persen adalah konten-konten keagamaan yang intoleran dan radikal,” jelasnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.