Dark/Light Mode

Prof. Tjandra Yoga Aditama

Jangan Sepelekan Monkeypox, Virusnya Sudah Bermutasi, Lebih Gampang Menular

Senin, 27 Juni 2022 16:00 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan, penyakit monkeypox alias cacar monyet yang belakangan ini berjangkit di sejumlah negara, tidak dapat disepelekan. 

Sebab, virus yang kini terdeteksi di sedikitnya 28 negara non endemik, ternyata berbeda dengan virus asalnya di Afrika.

Informasi ini mengacu pada artikel bertajuk Virus causing monkeypox outbreak spread easier, yang diterbitkan oleh Center for Infectious Diseases and Research Policy (CIDRAP) di Universitas Minnesota Amerika Serikat.

"Berdasarkan artikel ilmiah di jurnal Nature Medicine 24 Juni,  monkeypox di negara nonendemik sekarang ini, ternyata disebabkan oleh virus yang berbeda dari asalnya di beberapa negara Afrika," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Senin (27/6).

"Virus yang sekarang ini sudah bermutasi, dan lebih mudah menular," imbuhnya.

Baca juga : Kepemimpinan Indonesia Dorong Era Baru Implementasi One Health Secara Global

Artikel tersebut mengacu pada data sekuensing terhadap 3.000 kasus di Eropa dan Amerika. Penelitinya menemukan perbedaan di 50 tempat single nucleotide polymorphisms (SNPs), dengan beberapa mutasi.

"Penelitinya juga menyebut peran superspreader, sebagai salah satu penyebab penularan di masyarakat," ucap Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Sementara artikel di Lancet Microbe pada 24 Juni menekankan pentingnya modelling penyebaran kasus, bila negara tidak melakukan penanganan kesehatan masyarakat dengan tepat.

"Kalau ada 3 kasus saja, diperkirakan akan terjadi penularan yang memicu 18 kasus. Kalau 30 kasus, maka akan menjadi 118 kasus, dan seterusnya," tutur Prof. Tjandra.

Mantan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) yang juga mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan ini optimis, jumlah kasus sekunder akan turun hingga 81 persen, jika proses identifikasi, penelusuran kontak, isolasi surveilans dan vaksinasi sekitar (ring vaccination) digencarkan.

Baca juga : 5 Alasan Kenapa Dunia Masih Berstatus Pandemi Covid-19

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Tjandra juga mengingatkan, pentingnya Indonesia memiliki lembaga penelitian terhadap penyakit menular semacam CIDRAP. Mengingat Indonesia menjadi Presidensi G20 pada tahun ini. 

Masih Nihil

Hingga saat ini, Indonesia masih bebas dari kasus cacar monyet (monkeypox). Sembilan pasien yang dicurigai tertular cacar monyet (1 di Kalimantan Barat, 1 di Jawa Tengah, 3 di Jawa Barat, dan 4 di DKI Jakarta), terbukti secara klinis mengidap penyakit lain.

Hal ini diungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril dalam keterangan virtual, Jumat (24/6).

"Hingga hari ini, beberapa wilayah telah melaporkan kasus yang dicurigai. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan, belum ada satu pun kasus yang memenuhi kriteria suspek atau probable," jelas dr. Syahril.

Dia menjelaskan, dari hasil pemeriksaan terhadap kasus yang dicurigai, sebanyak 7 orang terdiagnosa negatif PCR orthopoxviridae, satu kasus menderita pemfigoid bulosa, dan satu kasus varicella. â–   

Baca juga : One Health Dari Jakarta Ke New York

 


 


 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.