Dark/Light Mode

Tahun Baru Hijriah, Momentum Hijrah Jadi Manusia Digital Yang Sebar Narasi Kebaikan

Minggu, 31 Juli 2022 09:58 WIB
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati (Foto: Istimewa)
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jagad maya masih dipenuhi berbagai konten narasi yang bernuansa hasutan, cacian, provokasi, dan adu domba. Padahal, sudah banyak kasus hukum di Indonesia yang terkait ujaran kebencian. Karena itulah, di momentum Tahun Baru 1 Muharram 1444 Hijriah ini, umat diajak hijrah menjadi manusia digital yang meninggalkan narasi kebencian dan perpecahan.

Pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menilai, sejak era pandemi Covid-19, masyarakat Indonesia mengalami kondisi ‘mendadak digital’. Akibatnya, masyarakat seakan belum siap untuk hidup dan bermasyarakat di dua dunia, baik dunia maya dan dunia nyata.

“Kalau sopan santun, tata krama di dunia nyata kan kita dari kecil sudah dilatih. Tapi, kehidupan di ruang digital, kita belum tahu bagaimana cara hidupnya,” ujar Devie Rahmawati.

Baca juga : Firli: Kami Wakafkan Diri Dalam Perang Lawan Korupsi

Untuk itu, masyarakat dituntut untuk menjadi manusia digital yang memiliki empat aspek penting agar mampu hidup dan bersosialisasi dengan baik, khususnya di ruang dunia maya. Yaitu keterampilan, etika, budaya, dan keamanan digital.

“Kalau empat aspek ini dikuasai, insya Allah masyarakat akan aman dan nyaman. Jangan hanya menekankan pada aspek keterampilan, tapi lupa aspek etika, budaya, dan keamanan digital. Sehingga empat hal itu sebagai pilar yang wajib dikuasai kalau ingin hidup paripurna dan sempurna di ruang digital,” jelasnya.

Ia menilai, dewasa ini sering dijumpai kasus dan fenomena yang cukup miris. Banyak tokoh dan elite yang justru membuat kegaduhan di jagat maya melalui narasi kebencian yang menjurus pada perpecahan di masyarakat. Hal ini semakin diperparah dengan karakter sosial masyarakat Indonesia, yaitu patron-klien atau ‘lokomotif-gerbong’, yang membuat masyarakat cenderung lebih sering mengikuti yang dicontohkan elite atau pemimpinnya.

Baca juga : Ultah Ke-76, Sultan Brunei Dihadiahi Pintu Kayu Ukir Jawa Klasik Gebyok

“Kehadiran para tokoh dan elite menjadi krusial, karena Indonesia ini kan karakter sosialnya patron-klien atau lokomotif-gerbong. Sehingga cara percepatannya adalah terlebih dahulu memastikan para tokoh, elite itu memiliki empat hal tadi itu. Karena mereka akan menjadi contoh,” katanya.

Devie lalu menjelaskan mengenai kelompok 4K yang banyak diikuti masyarakat. 4K yang dimaksud adalah kekuasaan, kekayaan, ketenaran, dan kewibawaan. Tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat masuk dalam kelompok ini. Kelompok 4K merupakan kelompok yang berperan besar dalam percepatan hijrah dari narasi kebencian menuju jagad maya yang positif.

“Orang 4K atau elite ini harus yang duluan kita bantu agar memiliki sikap yang paripurna di ruang digital, yang kita sebut dengan cakap digital. Begitu 4K ini punya kecakapan digital, insya Allah masyarakat kita akan ngikut dan lebih mudah,”ujar Ketua Program Studi (Prodi) Vokasi Komunikasi UI ini.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.