Dark/Light Mode

Catatan Antonius Benny Susetyo

Belajar Dari Pak Hoegeng Sang Polisi Yang Berkarakter Pancasila

Selasa, 6 September 2022 20:50 WIB
Antonius Benny Susetyo (Foto: Istimewa)
Antonius Benny Susetyo (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Polisi adalah suatu pranata penegakan hukum, keamanan, dan ketertiban masyarakat di Indonesia. Selain bertugas melakukan penyelidikan dalam kasus-kasus yang melanggar hukum, polisi juga berperan dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan pelayanan kepada masyarakat.

Setelah dilepas dari ABRI, organisasi Polri masuk dalam kategori paramiliter resmi kepolisian. Polri sebagai organisasi induk Kepolisian di Indonesia harus siap sedia dalam melayani apabila terjadi suatu masalah di masyarakat. Tidak hanya itu, polisi juga menjadi penengah dan pemersatu dalam suatu masalah di dalam masyarakat dan pencegah dalam suatu penyakit masyarakat seperti perjudian, mabuk-mabukan, pelacuran dan lain sebagainya.

Polisi di mata masyarakat adalah kemuliaan dan keikhlasan dalam membantu, melindungi, dan menjaga masyarakat dari tindakan kejahatan dan kesulitan serta ketakutan dengan kondisi keamanan. Untuk menjalankan tugasnya, polisi langsung terjun kepada masyarakat dan memberikan rasa aman kepada masyarakatnya.

Tugas polisi sangatlah berat. Harus dengan keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi ragamnya karakter masyarakat. Maka dari itu, polisi harus memiliki karakter dan jiwa Pancasila yang kuat sehingga dapat menghadapi masyarakat yang multikultural.

Baca juga : Berharap Polisi Usut Tuntas Kecelakaan Truk di Bekasi

Seperti Pak Hoegeng, ia adalah sosok polisi yang mempunyai arate (keutamaan publik) yang mengedepankan pertu (keadilan yang menjadi roh dalam pengambilan keputusan). Polisi yang jujur, menjunjung tinggi keadaban publik dan mementingkan rakyat kecil adalah nilai-nilai keutamaan Pak Hoegeng dalam menjalankan tugasnya. Sebagai polisi, dia sadar tanggung jawab akan moralitas publik adalah keutamaannya dalam menjalankan tugasnya daripada mementingkan pribadi, golongan dan sukunya serta mencari kekayaan.

Pak Hoegeng adalah figur polisi yang benar-benar mendengarkan suara hatinya, karena suara hati adalah hukum yang tertinggi. Maka, harusnya Pak Hoegeng menjadi role model dalam menata birokrasi pemerintahan dan menata kelola kehidupan ini terutama di lingkungan Kepolisian.

Di saat kita mengalami krisis keteladanan, maka kita menemukan kembali bagaimana Pak Hoegeng sebagai role model yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya. Pancasila sebagai habitualisasi yaitu bagaimana membuat cara berpikir bertindak dan bernalar.

Bagi Pak Hoegeng, Pancasila itu adalah pengetahuan takut akan Tuhan. Karena takut dengan Tuhan, maka dia menjunjung tinggi nilai martabat manusia. Bagi dia, manusia siapa pun golongannya, suku, etnis, dia harusnya dilindungi martabatnya. Dia tidak boleh dilecehkan dan hukum berteriak kepada keadilan. Karena hukum berupa keadilan tidak mengenal diskriminasi. Dia tidak mengenal suku, etnis, dan budaya. Baginya, kepentingan bangsa adalah hukum tertinggi yaitu nilai nasionalisme.

Baca juga : Basarah: Hari Konstitusi Melengkapi Proklamasi Dan Kelahiran Pancasila

Nasionalisme dijelaskan Pak Hoegeng yaitu dalam menciptakan nilai-nilai keadilan yang sama bagi setiap orang dan dia tidak mau kompromi dengan keadilan. Ketika roh keadilan dilanggar oleh siapa pun, termasuk pejabat besar, Pak Hoegeng berani mengambil risiko sehingga ia harus diberhentikan menjadi seorang Jenderal dan Kapolri. Karena, bagi Pak Hoegeng, Pancasila menjadi dasar hidupnya untuk menegakkan nilai-nilai keadilan.

Kita membutuhkan figur Pak Hoegeng untuk menciptakan keadilan. Sehingga Kepolisian ke depan harus mencontoh Pak Hoegeng sebagai polisi yang selalu mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kita ke depan berharap Kepolisian memiliki martabat yang berjiwa teladan. Selain itu, Kepolisian ke depan tidak hanya profesional di bidangnya, tidak hanya memiliki skill kemampuan dalam bidang teknologi informasi, tetapi kondisi ke depan benar-benar smart, berintegritas. Polisi yang memiliki jiwa satria, Polisi yang memiliki jiwa Bhayangkara, dan itulah menjadi tujuan dalam segala perilaku dalam kehidupannya.

Perkembangan masyarakat dan politik menuntut Kepolisian untuk menunjukkan kinerja profesionalnya dan sungguh-sungguh menjadi garda depan dalam penegakan hukum di Indonesia. Polisi berdiri paling depan sebagai aparat hukum yang berandil besar dalam mewujudkan keadilan hukum di negeri ini. Itu juga menjadi refleksi paling mendasar Polri selama ini. Begitu banyak kasus yang menunjukkan aparat belum bekerja secara profesional dan menjadi pelindung rakyat dalam arti sesungguhnya.

Baca juga : PPHN Untuk Pembangunan Berkelanjutan 83.381 Desa

Polri harus berpegang teguh pada semangat Pak Hoegeng, yang sederhana, tetap teguh menjalankan hukum. Polri yang totalitas dalam pelayanan publik harus meneladani Jenderal Hoegeng sebagai model dalam menjalankan tugas dan kewajibannya menjaga NKRI.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.