Dark/Light Mode

Diperkirakan Februari 2023

Bersiap, Lonjakan Covid Varian Baru

Kamis, 27 Oktober 2022 07:54 WIB
Ilustrasi serangan Omicron varian baru. (Kantun: Kemenkes)
Ilustrasi serangan Omicron varian baru. (Kantun: Kemenkes)

RM.id  Rakyat Merdeka - Peningkatan kasus positif Covid-19 yang terjadi selama beberapa pekan ini, perlu jadi perhatian semua pihak. Bukan nakut-nakuti, ada kemungkinan kasus Covid-19 yang selama ini dianggap sudah berakhir, bisa kembali melonjak. Bahkan puncak kenaikan kasusnya diprediksi terjadi pada Februari 2023. Pemicunya, yakni adanya varian baru yang mulai masuk ke Indonesia. Waspada.

Hingga kemarin, terjadi penambahan 3.048 kasus yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. DKI Jakarta menjadi yang tertinggi dengan 1.066 kasus. Sedangkan Maluku dan Gorontalo, tidak ada penambahan kasus. Jika ditotal, sejak pandemi ini menghantam Indonesia, sudah ada 6.478.720 kasus. Kabar baiknya, yang sembuh dari Covid-19 bertambah 1.458 orang, sehingga secara keseluruhan ada 6.298.740 pasien yang sembuh. 

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril mengatakan, ada lonjakan kasus sebulan terakhir. Pada Selasa (25/10), terjadi penambahan 3.008 kasus. Padahal sebelumnya, hanya 1.700. Jika dirata-rata, Oktober ini penambahan kasus di bawah 2.000. 

"Nah, kemarin ada lonjakan kasus sebanyak 3.000. Tentunya ini tetap akan menjadi perhatian kita bersama," kata Syahril, di Jakarta, kemarin.

Kenaikan kasus tersebut, kata dia, membuat tingkat keterisian rumah sakit juga meningkat 6,41 persen dari sebelumnya yang hanya 6,21 persen. Secara umum, ada 10 provinsi yang mengalami penambahan kasus tertinggi. Yakni Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Yogyakarta, dan Bali. Dia mengimbau masyarakat tetap waspada. Untungnya, tren lonjakan kasus itu, tidak diikuti dengan kasus kematian.

Baca juga : Menkes: Jangan Terlena, Waspada Lonjakan Kasus Covid Di Awal 2023

Untuk diketahui, Covid-19 subvarian Omicron XBB telah masuk Indonesia. Varian baru ini pertama kalinya ditemukan melalui transmisi lokal yang terdeteksi pada seorang perempuan (29) dari Lombok. Pasien itu kembali dari Nusa Tenggara Barat dan dinyatakan positif pada (26/9) dan sembuh pada (3/10) silam. 

Selain perempuan asal Lombok, ada juga 4 pasien positif Covid-19 yang diduga tersengat varian baru. Namun, empat pasien yang menderita varian baru tersebut, sudah sembuh. Semua pasien bergejala ringan, seperti batuk dan pilek. Padahal, mereka yang terpapar varian XBB telah mendapat vaksin booster.

"Kita mengikuti standar WHO yang menyatakan bahwasannya vaksin yang saat ini beredar di Indonesia bahkan di dunia itu, masih mendapatkan rekomendasi WHO dan masih efektif dipakai untuk subvarian yang baru sekalipun," kata Syahril.

Vaksin Covid-19 dinyatakan sebagai bagian dari upaya Pemerintah memberikan antibodi kepada masyarakat atau seseorang. Sehingga, apabila masyarakat terinfeksi Covid-19, maka tidak terlalu berat. Sebab itu, Kemenkes melakukan upaya antisipatif dengan melakukan pelacakan (tracing) dan pengujian (testing) terhadap kontak erat menyusul adanya temuan kasus XBB itu, dan hasilnya negatif. Namun, varian XBB ini berpotensi mendorong lonjakan baru.

Peringatan juga disampaikan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. Dia memprediksi, bakal terjadi lonjakan kasus pada Februari 2023. Potensi lonjakan kasus patut diwaspadai lantaran varian Omicron XBB mulai menyebabkan kenaikan kasus di sejumlah negara, termasuk Singapura.

Baca juga : Tingkat Kepercayaan Publik Terhadap Kejaksaan Di Atas KPK Dan Polri

"Risiko tetap ada di bulan Februari. Itu sebabnya kenapa boosternya (vaksin) kita mau kasih lagi di Desember sama Januari nanti," kata pria yang akrab disapa BGS di Ponpes Al-Wathoniyah Pusat Putri, Jakarta Timur, kemarin.

Meski demikian, BGS masih belum bisa menyebut varian XBB sebagai biang kerok dari kenaikan kasus Covid-19 harian belakangan ini. Sebagaimana diketahui, perkembangan jumlah kasus virus corona di Indonesia mengalami tren peningkatan dalam sepekan terakhir. "Belum kelihatan ya (dampak XBB), karena masih baru," cetusnya.

Karena itu, masyarakat diminta vaksinasi. Bahkan, Pemerintah mewacanakan vaksin booster secara berbayar kepada masyarakat yang mampu. Tarif yang akan dipatok nantinya relatif terjangkau di bawah Rp 200 ribu per dosis.

Booster yang dimaksud, yakni booster yang tidak masuk program wajib Pemerintah. Sehingga yang dimaksud booster berbayar adalah apabila terdapat ketentuan booster boleh lebih dari 1-2 kali dan seterusnya.

PT Bio Farma berencana membanderol vaksin per dosis di bawah Rp 100 ribu. Harga tersebut termasuk 'miring' karena berdasarkan self-assessment vaksin IndoVac memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 80 persen.

Baca juga : Prioritaskan Produk Dalam Negeri, 2 Vaksin Covid-19 Siap Dipasarkan

Ada juga vaksin Inavac dengan platform inactivated virus yang dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia. Saat ini vaksin Inavac masih berproses untuk mendapatkan izin penggunaan dari BPOM.

Mantan direktur penyakit menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama menduga, lonjakan kasus belakangan ini diakibatkan varian XBB. Artinya, varian ini lebih cepat menular dan "mengelabui" daya tahan tubuh.

Yoga berpesan agar masyarakat tetap waspada. Apalagi, statusnya masih pandemi. Sebab itu, masyarakat masih harus menjaga protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi. "Bagus sekali kalau kita dapat disediakan vaksin bivalen untuk melindungi terhadap varian yang lalu dan juga Omicron yang kini melanda," pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.