Dark/Light Mode

Kritis Dianiaya, Anak Kader GP Ansor Kena Diffuse Axonal Injury, Begini Penjelasannya...

Sabtu, 25 Februari 2023 10:59 WIB
Ilustrasi diffuse axonal injury (Foto: Istimewa)
Ilustrasi diffuse axonal injury (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Crystalino David Ozora (17), anak kader GP Ansor Jonathan Latumahina yang menjadi korban penganiayaan Mario Dandy Satriyo, anak pejabat Eselon III Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo, masih terbaring kritis di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan.

Anggota Bidang Cyber dan Media PP GP Ansor Ahmad Taufiq menyebut, David terkena diffuse axonal injury. Bagaimana penjelasannya secara medis? 

Soal ini, ahli bedah tulang dr. Asa Ibrahim, Sp.OT menjelaskan, diffuse axonal injury (DAI) termasuk cedera kepala yang parah.

Cedera ini terjadi karena kepala mengalami benturan benda tumpul yang sangat keras (high energy injury).

Baca juga : Mario Dandy Di-DO, Jabatan Ayahnya Dicopot Menkeu

"Outcome orang dengan DAI bervariatif. Beberapa bisa baik, tapi banyak juga yang kurang baik. Beberapa sangat jelek. Mari bersama doakan korban (David), agar bisa pulih 100 persen," kata dr. Asa via Twitter, Sabtu (25/2).

Sedikit basic science-nya, sistem saraf kita memiliki unit fungsional terkecil yang bernama neuron. Bagiannya, macam-macam.

Dalam kasus DAI, yang mengalami cedera adalah Axon, bagian dari sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan lainnya. Otak kita, memiliki lebih dari 16 miliar neuron.

 

Baca juga : Erick Thohir Diyakini Bisa Bawa Sepak Bola Nasional Harum Di Pentas Internasional

 

DAI tidak akan terjadi, jika tidak ada benturan yang luar biasa keras pada kepala, yang menyebabkan puntiran, tarikan, atau gerak akselerasi-deselerasi yang berat pada kepala, hingga menyebabkan robekan pada Axon dalam jumlah yang besar dan acak (diffuse).

"Otak dan tubuh kita berfungsi saat ada koneksi antar neuron/saraf yang jumlahnya bermiliar-miliar, satu sama lain. Kesadaran, gerakan, berpikir, melihat, bicara, emosi, empati, dan sebagainya bisa terjadi karena ada hubungan antar saraf," papar dr. Asa.

Lantas, bagaimana dampaknya, jika Axon mengalami kerusakan secara luas?

Baca juga : Pasien Kanker Paling Rentan Kena Covid-19, Begini Cara Melindunginya

dr. Asa menjelaskan, DAI memiliki dampak yang sangat bervariatif terhadap fungsi otak penderitanya. Jika kerusakannya luas, tingkat keparahannya tentu akan tinggi.

Jika benturannya berat, bisa hilang kesadaran, sulit berpikir, lumpuh, sulit bicara, emosi tidak stabil, tidak stabil, sulit melihat/mendengar, sulit berpikir, dan sebagainya.

Beda kasus dengan orang patah tulang atau robek usus, misalnya. Kalau dioperasi, dibenerin tulangnya atau ususnya yang robek, masalah selesai. Bisa sembuh bagus.

"Problem utama pada kasus DAI, terapi hanya bersifat suportif atau mendukung. Bisa dengan oksigen atau obat-obatan. Pokoknya, gimana caranya, supaya tidak bertambah parah," urai dr. Asa.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.