Dark/Light Mode

Hadapi Perubahan Cuaca Ekstrem

Ini Saran Pengamat Agar Produktivitas Pangan Tidak Terganggu

Kamis, 11 Mei 2023 14:55 WIB
Petani tanam padi. (Foto: Istimewa)
Petani tanam padi. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kalangan praktisi dan senayan meminta Pemerintah dan segenap stakeholders segera melakukan langkah-langkah antisipasi menghadapi perubahan iklim yang terjadi sedini mungkin. Ini penting untuk memastikan produktivitas petani tetap terjaga sepanjang tahun ini.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor Prof. Edi Santoso mengatakan, prediksi cuaca saat ini masih sangat dinamis. Dijelaskannya, memang di awal Januari ini, situasi pertanian kita memang dilanda La Nina, dimana terjadi hujan yang cukup panjang. Sementara di akhir Mei-Agustus ini diprediksi akan terjadi El Nino.

"Tapi sebetulnya dugaan itu (apakah akan terjadi La Nina atau El Nino) ini masih sangat dinamis karena monitoring suhu di pasifik jalan terus. Nah ini prediksinya El Nino itu mungkin akan mengecil-mengecil, La Nina akan menguat," ujarnya dalam keterangannya, Kamis (11/5).

Namun apapun itu, lanjut dia, apapun prediksi cuaca yang akan terjadi, upaya antisipasi sedini mungkin harus disiapkan. Skenario pertama, yakni menghadapi kekeringan dimana yang biasanya mulai persiapan musim tanam di musim hujan Agustus-September, namun akibat El Nino, musim tanam periode tersebut menjadi mundur. 

"Tentu pertanian harus siap-siap tuh daerah mana yang harus didahulukan dan daerah mana yang mengikuti musim," ujarnya.    

Berikutnya, terhadap daerah-daerah yang berawa-rawa atau memiliki tipe lahan jenis pasang surut, seperti di Lampung, Kalimantan dan beberapa daerah di Sumatera, maka harus disiapkan lahannya.

Sebab El Nino ini membuat banyak wilayah berawa-rawa ini menjadi kering sehingga bisa ditanami padi lebih luas tuh. "Tentu harus juga diantisipasi potensi kebakaran dan lainnya," jelas Prof. Edi.     

Baca juga : Erick Serukan BUMN Pangan Antisipasi Kebutuhan Rakyat

Skenario kedua, lanjut Prof. Edi, antisipasi menghadapi prediksi La Nina yang kemungkinan menyebabkan musim hujan berkepanjangan. Menurutnya, dalam situasi ini, tentu baik Jawa dan luar Jawa akan terjadi banyak hujan.

"Kalau Jawa banyak hujan,  luas tanam bisa naik karena saat musim kering,  lahan bisa ditanami baik jagung maupun padi," ujarnya.     

Sementara Luar Jawa, sambung dia, seperti Lampung, Kalimantan dan Sumatera Selatan karena lahannya kebanyakan tipe berawa-rawa, berpotensi terjadi banjir. "Kondisi ini yang membuat lahan yang semula ditanami padi, menjadi terendam," ujarnya.

Untuk antisipasi situasi cuaca yang sangat dinamis ini, lanjut dia, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, menyiapkan varietas padi yang tahan kekeringan maupun air.

"Ini masih ada waktu kalau yang sekarang ini kan sudah mulai panen dan mulai tanam lagi untuk periode musim kering, ini yang harus kita tanam adalah varietas yang tahan kering. Kemudian daerah yang potensi banjir kalau kalau terjadi La Nina, itu kita siapkan varietas padi yang tahan genangan. Saya kira kita memiliki banyak varietas itu," ujarnya.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya, lanjut dia, dukungan sarana pertanian dengan menyiapkan berbagai alat mesin pertanian baik traktor terutama pompa. Sebab apapun yang terjadi, lanjut dia, baik La Nina maupun El Nino, kedua kondisi tersebut membutuhkan pompa.

"Kalau sekiranya terjadi kelebihan air itu pompa bisa digunakan. Sebaiknya kalau terjadi kekurangan air, pompanya juga bisa diberdayakan. Karena iklim ini Mei sampai Agustus ini masih terus dinamis," ujarnya. 

Baca juga : JMM: Perbedaan Hari Raya Idul Fitri Harus Menjadi Rahmat, Modal Sikap Moderat Dan Toleransi

Prof. Edi menegaskan, pompa dan alsintan ini bisa dimanfaatkan sebagai upaya jangka pendek dan menengah menghadapi perubahan iklim ini.

"Jadi misalnya nanti September itu masuk tanam musim hujan, bisa disiapkan tentunya traktor yang sesuai dengan kondisinya lahan. Tapi yang penting situasi saat ini harus dicek betul, jangan sampai waktunya tiba, kita malah kedodoran," jelasnya.

Dia juga berharap kondisi iklim yang cukup ekstrem ini, harus diantisipasi bersama-sama baik Pemerintah pusat maupun Pemerintah daerah (Pemda).

"Pokoknya kalau sudah kaya begini, semua harus inisiatif, saling mendukung. Tentu Pemda yang paling tahu daerahnya beri masukan, nanti Pusat akan koordinasikan sesuai kewenangannya," tegasnya.

Yang penting juga, lanjut dia, perubahan cuaca yang ekstrem ini, Kementerian Pertanian (Kementan) tidak bisa sendirian. Tentu butuh dukungan dari kementerian dan lembaga lain memastikan negara hadir di tengah-tengah petani.

"Misal terjadi banjir, kan untuk angkutan pupuk, benih, Kementan tak punya fasilitas. Jadi harus kerjasama dengan (Kementerian) Perhubungan dan sebagainya. Ini yang saya kira pembinaan teritori yang harus maju," tambah dia.

Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo mengatakan potensi kemarau panjang tahun ini sudah tentu akan berpengaruh pada sektor pertanian. Untuk itu, ada dua hal yang bisa dilakukan sebagai antisipasi dini menghadapi musim kemarau ini. 

Baca juga : Perbedaan Idul Fitri Adalah Rahmat, Jangan Sampai Dijadikan Alat Perpecahan

Pertama, melakukan pola-pola subsitusi pangan sehingga kecukupan pangan tidak hanya mengandalkan produk tanaman pangan saja seperti beras dan jagung saja. Tetapi ada alternatif lain yang mungkin bisa diproduksi dari non tanaman pangan yang tidak terlalu membutuhkan dukungan air seperti ketela, sagu, berbagai jenis umbi-ubian. 

"Subtitusi pangan ini penting agar kita jangan hanya bergantung pada kebutuhan beras. Sebab yang namanya padi, tidak akan bisa tumbuh kalau tanpa air," ujarnya, kemarin.

Kedua, lanjut dia, perlunya kembali menggerakkan penanaman padi gogo. Sebab padi gogo ini jenis padi yang dapat ditanam di luar sawah seperti umumnya. Toh Indonesia selama ini sudah punya pengalaman yang panjang dengan jenis padi gogo ini.

"Jadi tanpa air, petani kita tetap mampu menghasilkan produksi beras yang signifikan seperti di Jepang," ujarnya.

Selain itu, sambung dia, memaksimalkan penggunaan pompa-pompa air yang ada. "Gunakan pupuk-pupuk yang bisa mendukung peningkatan produksi pangan karena unsur tanaman kita ini sudah rusak," ujarnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.