Dark/Light Mode

Survei LSI Denny JA

Jika Anies Gagal Nyapres, Posisi Airlangga Menguat

Senin, 5 Juni 2023 18:29 WIB
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto. (Foto: Ist)
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan masih belum pasti dapat tiket capres. Pasalnya, salah satu parati pengusungnya, Partai Demokrat masih menunggu hasil Peninjauan Kembali (PK) yang dilakukan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) ke Mahkamah Agung.

“Kemungkinan kalahnya Demokrat versi AHY di Mahkamah Agung belum pasti. Tapi kemungkinan itu tak bisa sama sekali diabaikan. Tanpa kehadiran Anies Baswedan sebagai capres, maka Pilpres 2024 hanya diikuti oleh Prabowo versus Ganjar,” kata peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana dalam pemaparan hasil survei Jika Anies Gagal Dapat Tiket Capres, Senin (5/6).

LSI Denny JA melakukan survei tatap muka dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia pada 3-14 Mei 2023 dengan margin of error survei ini sebesar 2.9 persen. Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa atas isu paling mutakhir dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement, dan focus group discussion.

Menurut Ade, jika Anies gagal mendapatkan tiket capres dari Koalisi Perubahan, peluang Golkar justru lebih hidup. Menurut dia, Golkar dapat membuat Anies memperoleh tiket capres cukup dengan berkoalisi dengan salah satu partai apa saja agar mendapatkan tiket minimum 20 persen kursi DPR, di luar PPP yang sudah mendukung Ganjar. Golkar juga akan memiliki daya tawar lebih kuat lagi karena dapat menggertak jika Airlangga Hartarto tak menjadi cawapres terpilih, baik oleh Ganjar atau Prabowo.

Selain itu, kata Ade, jika Anies juga tidak mendapatkan tiket capres dari Golkar, maka bursa cawapres di Pilpres 2024 akan bertambah. Peringkat pertama cawapres 2024 akan mengerucut kepada Anies versus Airlangga karena masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahannya.

Baca juga : Kalau Anies Gagal Raih Tiket, Prabowo Unggul Telak Atas Ganjar

Anies dinilai bisa menambah elektabilitas capres, berbeda dengan cawapres lain. Namun, Anies tidak membawa partai besar, sumber dana, dan pengalaman di pemerintah pusat. Apalagi, Anies dapat menjadi ancaman bagi sang capres karena bisa menjadi matahari kembar bagi presiden terpilih nanti. 

“Sebaliknya, Airlangga memang tidak menambah elektabilitas capres secara langsung melalui personal dirinya sendiri. Tapi, Airlangga bisa mempengaruhi elektabilitas capres secara tidak langsung. Itu karena Airlangga membawa mesin partai besar, sumber dana, dan pengalaman di pemerintah pusat untuk isu ekonomi,” terang Ade.

Ade mengungkapkan, di luar Anies, cawapres yang mampu mendongkrak elektabilitas capres, Airlangga tetap memperoleh indeks cawapres tertinggi. Index cawapres ini merupakan variabel yang menjadi pertimbangan penentuan cawapres, yakni elektabilitas, ketua umum partai politik, tokoh dari ormas besar, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.

Airlangga unggul karena ada tiga variabel yang dimiliki, yakni ketua umum partai politik, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana. Sedangkan, cawapres lain hanya memenuhi dua variabel saja.

Ade menyatakan, jika gagal mendapatkan tiket capres di Pilpres 2024, ada beberapa opsi yang bisa dipilih Anies. Anies bisa bertarung kembali di Pilkada DKI Jakarta 2024-2029 atau masuk dalam bursa cawapres. 

Baca juga : Survei Indikator: Erick Thohir Cawapres Terkuat

“Apapun yang dipilihnya, Anies tentu memilih membuatnya lebih mudah untuk mendapatkan tiket capres di 2029. Satu periode menjadi orang nomor satu di Jakarta tentu menjadi modal utama Anies untuk maju kembali di Pilkada DKI 2024,” ujar Ade. 

Jika lebih memilih masuk ke bursa cawapres, Anies belum tentu akhirnya yang dipilih meski dapat menaikkan elektabilitas sang capres. Pasalnya, Anies berpotensi menjadi matahari kembar bagi presiden terpilih nantinya. 

“Di samping itu ada rasa khawatir presiden terpilih. Dengan menjadi wapres, bukankah itu membuat Anies menjadi capres yang lebih kuat lagi di 2029 untuk kelak menantang sang presiden itu sendiri?” ujarnya.

Jika Anies gagal mendapatkan tiket capres, nasib partai politik Koalisi Perubahan kemungkinan bakal pecah. Melihat jejak panjang persaingan politik, maka kecil kemungkinan Demokrat dan NasDem bergabung dengan PDIP. Sementara, karena alasan ideologi atau politik agama, kecil pula kemungkinan PKS berkumpul dengan PDIP untuk mendukung Ganjar.

“Jauh lebih besar kemungkinan semua partai Koalisi Perubahan, NasDem, PKS, dan demokrat, bergabung dengan Prabowo,” ungkapnya.

Baca juga : Survei LSI Denny JA: Untuk Isu Ekonomi, Ganjar Di Urutan 3

Ade juga mengungkapkan, jika Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan capres, yakni Prabowo dan Ganjar, maka posisi Prabowo kemungkinan besar menjadi pemenang dengan selisih 7,2 persen. Prabowo Subianto memiliki elektabilitas sebesar 50,4 persen, Ganjar 43,2 persen. Sedangkan, 6,4 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab. 

Sementara, dalam posisi dukungan capres tertutup tiga nama, Prabowo unggul tipis dengan meraih elektabilitas 33,9 persen, Ganjar 31,9 persen, dan Anies 20,8 persen. Prabowo menang dengan selisih 2,0 persen saja di atas Ganjar. Prabowo juga unggul telak atas Ganjar ketika head to head dengan selisih dari 2,0 persen menjadi 7,2 persen.

“Mengapa terjadi peningkatan elektabilitas Prabowo ketika head to head dengan Ganjar? Hal ini terjadi karena migrasi pemilih Anies yang tak berimbang. Mayoritas pendukung Anies lebih banyak berpindah ke Prabowo dibanding migrasi ke Ganjar,” kata Ade.

Menurut Ade, sebesar 50,8 persen pendukung Anies akan berpindah ke Prabowo. Sementara, pendukung Anies yang berpindah ke Ganjar hanya 25,4 persen.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.