Dark/Light Mode

Lanjutan Sidang Kasus Proyek PLTU Riau-1

Di Tangan Sofyan Basir, Kelistrikan Jadi Keren

Selasa, 10 September 2019 10:29 WIB
Terdakwa dugaan suap proyek PLTU Riau-1 Sofyan Basir (kiri)  menjalani sidang lanjutan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi di Pengadilan  Tipikor, Jakarta, Senin (9/9). (Foto: Mohammad Qori Haliana/Rakyat Merdeka).
Terdakwa dugaan suap proyek PLTU Riau-1 Sofyan Basir (kiri) menjalani sidang lanjutan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (9/9). (Foto: Mohammad Qori Haliana/Rakyat Merdeka).

RM.id  Rakyat Merdeka - Sidang lanjutan terdakwa Sofyan Basir dalam sidang lanjutan perkara proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Riau-1, berlanjut di Pengadilan Tipikor Jakarta kemarin. Sidang mendengarkan keterangan dua saksi.

Kedua saksi itu pengamat ekonomi, Sunarsip dan pengamat energi, Fahmy Radhi. Fahmi yang pernah menjadi anggota Tim Anti Mafia Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, Sofyan Basir dikenal sebagai seorang bankir handal dan profesional.

Karirnya diawali di Bank Duta, lalu pindah ke Bank Bukopin hingga menduduki jabatan direktur utama.

Pada awal menjabat Dirut, Bank Bukopin hampir mengalami kebangkrutan. Sofyan berhasil menyelamatkan Bank Bukopin dari kebangkrutan. Bahkan Bank Bukopin akhirnya bisa meraih untung.

Baca juga : Terima Fee 10 Persen Dari Proyek Pembangunan Jalan, Bupati Muara Enim Jadi Tersangka

Keberhasilan Sofyan Basir menyelamatkan Bank Bukopin menjadi pertimbangan utama melanjutkan karirnya sebagai Dirut BRI dua periode.

Lagi-lagi, tangan dingin Sofyan Basir berhasil membuat BRI semakin besar dalam peningkatan perolehan laba dan penambahan aset. Lepas dari BRI, Sofyan diberi tantangan lebih berat menjadi Direktur Utama PT PLN. Dengan prioritas menangani mega oroyek 35.000 MW dan 100 persen electrifikasi rate.

Berdasarkan laporan kuangan yang dipublikasikan, selama 2015-2018 PLN memberikan kontribusi fiskal kepada negara Rp307,4 triliun.

Kontribusi itu terdiri dari peningkatan pajak dan dividen Rp122,4 triliun dan penghematan subsidi Rp 183,9 triliun. Laba Bersih 2018 Rp11,6 triliun.

Baca juga : Setnov Bantah Terima Fee Rp 85,82 M Dari Kotjo

Jumlah pelanggan mengalami kenaikan dari 57,5 juta pada 2014 menjadi 71,9 juta pada 2018. Peningkatan jumlah pelanggan itu seiring dengan capaian rasio elektrifikasi yang sudah mencapai 98,3 persen pada Desember 2018.

Peningkatan jumlah pelanggan itu menaikkan konsumsi listrik per kapita, yang menjadi salah satu indikator perekonomian Indonesia.

Pada 2014, konsumsi listrik per kapita sebesar 878 kWh meningkat menjadi 1.064 kWh per kapita pada 2018.

Demikian juga dengan volume penjualan listrik mengalami kenaikan 198.602 kWh senilai Rp186,63 triliun pada 2014 menjadi 234.618 kWh senilai Rp264,52 triliun.

Baca juga : Kalau Sekda Jabar Mau Mulangin Duit Suap, Bisa Jadi Faktor Meringankan

Naiknya penjualan listrik itu didukung keberhasilan PLN dalam menambah kapasitas pembangkit, gardu induk, dan jaringan transmisi.

Selama periode 2015-2018, penambahan pembangkit sebesar 10.121,3 MW, penambahan Gardu Induk sebesar 57.913 MVA, dan jaringan transmisi sepanjang 14.833 kms.

Kondisi kelistrikan juga semakin handal, yang parameter perhitungan pemadaman listrik SAIDI (System Average Interruption Duration Index) dan SAIFI (System Average Interruption Frequency Index).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.