Dark/Light Mode

BNPT Perkuat Identifikasi Manajemen Risiko

Selasa, 31 Oktober 2023 18:31 WIB
Foto: BNPT
Foto: BNPT

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berkomitmen memperkuat identifikasi manajemen risiko, mengingat semua kebijakan penanggulangan terorisme memiliki risiko yang mungkin terjadi.

"Setiap kebijakan, aktivitas kita mengandung risiko. Maka, penting untuk mengukur atau memperkuat manajemen risiko," ucap Sekretaris Utama BNPT Bangbang Surono.

Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) kebijakan strategis manajemen risiko terintegrasi berbasis teknologi informasi di lingkungan BNPT di Kantor Pusat BNPT Sentul, pada Selasa (31/10/2023).

Baca juga : BNPT: Masyarakat Sipil Punya Peran Penting Mengimplementasikan RAN PE

Identifikasi manajemen risiko selaras dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Beleid itu mengamanatkan seluruh kementerian/lembaga/daerah wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

Pengendalian dilakukan melalui penerapan unsur-unsur SPIP yang meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi.

Baca juga : Duh, Bikin SIM Pake Identitas Tetangga

"Serta, pemantauan pengendalian internal yang dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan di lingkungan kementerian/lembaga/daerah," tambahnya.

Selain memperkuat manajemen risiko lingkup internal, menurut Inspektur BNPT Catur Iman Pratignyo, pihaknya juga melakukan manajemen risiko lintas sektor yang berkaitan dengan penanggulangan terorisme.

"Harus kita rumuskan bersama dengan TNI, Polri, Badan Intelijen Negara (BIN), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan instansi terkait lainnya," ungkapnya.

Baca juga : BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi Kepada CUTA Belgia

Dalam kesempatan ini, Direktur Deradikalisasi BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid turut menjelaskan manajemen risiko dalam perspektif intelijen, yang disebut sebagai teori prediksi antisipasi.

"Beragam risiko mungkin terjadi, mulai dari terjadinya aksi terorisme yang berdampak pada ketidakpercayaan masyarakat hingga konflik sosial. Maka kalau sudah ada prediksi, perlu diminimalisir risiko," tutupnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.