Dark/Light Mode

Gelontorkan Investasi Ekosistem EV, Korsel Partner RI Paling Gercep

Selasa, 7 November 2023 14:04 WIB
Deputi Bidang Promosi dan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan saat menjadi pembicara dalam lokakarya bertajuk Towards Indonesia-Korea Greener Economy Partnership di Auditorium Prof Hasjim Djalal, Mayapada Tower 1, Jakarta, Jumat (27/10/2023). Lokakarya ini digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia dan Korea Foundation. (Foto: FPCI)
Deputi Bidang Promosi dan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan saat menjadi pembicara dalam lokakarya bertajuk Towards Indonesia-Korea Greener Economy Partnership di Auditorium Prof Hasjim Djalal, Mayapada Tower 1, Jakarta, Jumat (27/10/2023). Lokakarya ini digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia dan Korea Foundation. (Foto: FPCI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah menilai Korea Selatan sebagai salah satu partner yang paling responsif dalam mendukung mimpi RI menjadi produsen kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di masa depan.

Dukungan tersebut diberikan misalnya, dengan menggelontorkan investasi untuk membangun ekosistem kendaraan listrik dari hulu sampai hilir.

Tak hanya gerak cepat alias gercep, Pemerintah menganggap teknologi maju milik Korsel di bidang kendaraan listrik, bisa membawa Indonesia menjadi negara maju.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Promosi dan Penanaman Modal Kementerian Investasi/ Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan saat menjadi pembicara dalam lokakarya bertajuk “Towards Indonesia-Korea Greener Economy Partnership” di Auditorium Prof Hasjim Djalal, Mayapada Tower 1, Jakarta, Jumat (27/10/2023).

Lokakarya ini digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation.

Selain Nurul Ichwan, hadir pembicara lain yaitu Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Korea Selatan di Indonesia Mr Lee Kang Hyun.

Lokakarya ini diikuti 15 jurnalis profesional yang tergabung dalam program Indonesian Next Generation on Korea Batch 3.

Nurul menyampaikan, Pemerintah ingin membangun industri kendaraan listrik sebagai bagian dari komitmen

Pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca hingga mencapai net zero pada 2060.

Kata dia, kontribusi terbesar emisi gas rumah kaca berasal dari pembangkit batu bara, dan transportasi.

Baca juga : Menperin: Ekosistem 5G Kerek Penerapan Industri 4.0

Di sektor energi, pemerintah secara bertahap akan mempensiunkan pembangkit listrik batu bara.

Sementara di sektor transportasi Pemerintah ingin mengurangi polutan, dengan cara mengganti kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil dengan kendaraan listrik.

Pemerintah pun bermimpi menjadi produsen kendaraan listrik. Kebijakan ini dibuat lantaran Indonesia mempunyai sumber daya alam nikel yang melimpah.

Nikel adalah salah satu bahan mentah dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.

Kata Nurul, Indonesia menawarkan kebijakan ini kepada sejumlah negara seperti Jepang, China, dan Amerika Serikat, dan beberapa negara lain.

Namun, tak semua menanggapinya dengan serius. Jepang misalnya, lebih tertarik membangun mobil hybrid.

Nurul menyebut, hanya Korsel yang menangkap peluang ini dan bergerak cepat meneken kerja sama investasi.

Pemerintah pun memberikan berbagai kemudahan bagi investor yang ingin berinvestasi di kendaraan listrik seperti pembebasan pajak, kemudahan berusaha, dan sebagainya.

Tercatat, sudah ada beberapa perusahaan besar asal Korsel yang berinvestasi dalam pengembangan ekosistem mobil listrik.

Antara lain, Hyundai Motor yang membangun pabrik perakitan mobil listrik di Cikarang, Jawa Barat.

Baca juga : Geopolitik Indonesia Konflik Palestina Versus Israel

Pabrik ini dinamakan PT Hyundai Energy Indonesia (HEI) dan menjadi pabrik perakitan sistem baterai pertama milik Hyundai Motor Group di Asia Tenggara.

Selain itu ada pabrik baterai mobil listrik PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Perusahaan itu merupakan produsen baterai kendaraan listrik pertama dan terbesar di wilayah Asia Tenggara.

Investasi pabrik sel baterai bagi kendaraan listrik senilai 3,1 miliar dolar AS atau Rp 45,88 triliun, yang terintegrasi dengan proyek grand package hulu-hilir baterai.

Pembangunan fase pertama menelan investasi senilai 1,1 miliar dolar AS atau Rp 16,28 triliun, dengan kapasitas produksi sebesar 10 GWh.

Menurut catatan BKPM, sejak 2021 aliran investasi dari Korsel sudah berada di posisi ketiga alias sudah masuk Top 3 investasi asing di Indonesia.

Jumlah investasi asal Korsel telah mengalahkan Jepang dan Hong Kong yang biasanya langganan menempati posisi ini.

Teranyar, Indonesia dan Korsel telah menandatangani mega proyek senilai 9,8 miliar dolar AS atau Rp 142 triliun. Megaproyek tersebut merupakan kerja sama antara konsorsium LG dan konsorsium BUMN IBC.

Nurul menyampaikan, ada beberapa alasan kenapa Indonesia mau bekerja sama dengan Korsel.

Kata dia, Korsel mempunyai teknologi yang sangat maju dalam penyimpanan energi baterai kendaraan listrik.

Baca juga : Kedepankan Inovasi Berbasis Alam Indonesia, Kilala Tilaar Raih Gelar Doktor

Penyimpanan energi ini sangat besar memungkinkan kendaraan listrik melakukan perjalanan jarak jauh.

“Kecanggihan teknologi Korsel ini sudah diakui global. Teknologi baterai kendaraan listrik Korsel bersaing dengan Tesla dan perusahaan kendaraan listrik China,” kata Nurul.

Nurul menambahkan, Korsel menyikapi keinginan Indonesia membangun ekosistem kendaraan listrik dengan positif.

Korsel tidak memaksakan Indonesia melakukan sesuatu yang hanya menguntungkan Korsel.

Selain itu, lanjut Nurul, Korsel tak hanya unggul dalam teknologi kendaraan listrik. Namun juga mempunyai teknologi yang juga maju di industri otomotif.

"Dengan hal tersebut, kami yakin kendaraan listrik Indonesia bisa bersaing di dunia internasional,” cetusnya.

Alasan lain, lanjut dia, Korsel punya hubungan baik dengan AS. Kedua negara mempunyai kebijakan free trade agreement alias perjanjian perdagangan bebas (FTA).

Ini kesempatan langka, lantaran AS tidak akan punya kebijakan serupa dengan negara-negara lain setidaknya sampai 2030.

“Hubungan baik Korsel dan AS ini diharapkan bisa membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mengirim barang RI AS melalui Korea,” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.