Dark/Light Mode

Catatan Agus Sutoyo

Menikmati Literasi di Senja Sungai Hitam Sebangau

Selasa, 21 November 2023 09:11 WIB
Agus Sutoyo (Foto: Istimewa)
Agus Sutoyo (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Literasi di mana pun saya jelajahi. Karena itu adalah tugas yang harus dilaksanakan Perpustakaan Nasional (Perpusnas), termasuk saya dengan tim layanan yang memang mempunyai peran penting dalam meningkatkan literasi perpustakaan digital kepada masyarakat. Termasuk beberapa hari lalu kami susuri senja di Sungai Hitam di Taman Nasional Sebangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Lautan kuseberangi, gunung kulintasi, terbang menembus awan cakrawala ke daerah satu ke daerah lainnya di Indonesia untuk berliterasi. Begitulah salah satu tugas pustakawan yang tak pernah lelah dalam menjelajahi perkembangan literasi di bumi pertiwi Indonesia.

Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Kalimantan Tengah (Dispursip Kalteng) menggelar Sosialisasi dan Peluncuran Satu Kartu Terintegrasi (Sakti) serta Informasi Layanan Perpustakaan Nasional, di Aula Kantor BPSDM, Palangkaraya Kalimantan Tengah. Kegiatan ini bertujuan untuk memasyarakatkan dan memberikan panduan tentang penggunaan beberapa layanan yang ada di Perpusnas, antara lain aplikasi iPusnas dan Kartu Sakti merupakan penerapan kartu anggota layanan berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang saat ini telah terintegrasi dengan beberapa perpustakaan. Manfaat layanan kartu Sakti adalah setiap pemustaka dapat meminjam buku secara fisik di Perpusnas dan mengembalikannya di perpustakaan daerah terdekat, dengan syarat perpustakaan yang bersangkutan sudah bekerja sama dalam layanan kartu Sakti dengan Perpusnas.

Perlu diketahui bahwa Layanan Perpusnas dan lntegrasi Data Keanggotaan (Sakti) sesuai dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penerapan Kartu Anggota Perpustakaan Berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK). Kartu Sakti merupakan kartu anggota perpustakaan berbasis NIK dengan pengintegrasian data anggota perpustakaan. Penyederhanaan sistem keanggotaan oleh Perpusnas ini memberikan perluasan kepada masyarakat untuk mengakses peminjaman koleksi.

Kartu anggota perpustakaan yang sudah terintegrasi bisa mengakses e-resources dan koleksi perpusnas, buku bisa dikirim, dan dikembalikan bahkan juga bisa transit di perpustakaan daerah terdekat. Misalnya, pemustaka yang berdomisili di Palangkaraya dapat meminjam langsung koleksi yang ada di Perpusnas Jakarta, dan koleksi tersebut bisa diperpanjang peminjamannya di Dispursip Kalteng, dan terutama sekali pemustaka langsung memanfaatkan koleksi online yang sangat bermanfaat bagi pemustaka yang sedang melanjutkan studi di S2 atau S3 seperti jurnal internasional melalui e-resources.

Program Sakti ini pun sangat didukung oleh perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia karena memang manfaatnya sangat terasa bagi pemustaka yang karena jarak dan waktu yang tidak dapat berkunjung langsung ke perpustakaan. Seperti halnya di Kalteng ini, dengan adanya kartu Sakti, anggota perpustakaan di daerah dan seluruh masyarakat Indonesia bisa menikmati koleksi atau layanan yang ada di perpustakaan manapun tanpa harus datang ke Perpustakaan Nasional. Inovasi yang dijalankan Perpusnas ini berharap dapat memberikan peningkatan kualitas pelayanan prima. Karena salah satu indikator pelayanan itu meningkat adanya inovasi yang memberikan kemudahan bagi masyarakat penggunanya.

Kita ketahui bahwa kualitas peradaban bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bila suatu bangsa peduli pada ilmu pengetahuan dan teknologi maka bangsa itu akan menjadi bangsa yang maju. Sebaliknya jika kurang peduli pada ilmu pengetahuan dan teknologi maka peradaban bangsa itu mengalami kemunduran. Maka bermimpilah untuk Indonesia maju, karena kemajuan adalah hak semua warganegara, hak kita semua untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi. Seperti yang disampaikan Sukidi Mulyadi dalam buku Mimpi Tentang Indonesia (2023) bahwa kita harus menggelorakan The Indonesian Dreams ini dalam berbagai sektor bidang yang kita bisa lakukan untuk bangsa ini.

Literasi Itu Mimpi Masa Depan

Baca juga : Mengetuk Hati Lembaga Survei dan Memaknai Seruan Pemilu Damai

Saya ingin mengajak melihat sunset pengetahuan kita agar lebih cerah mencerahkan ditengah senja yang akan menutup hari. Saya mengajak dan menegaskan kembali kenapa kita berupaya selalu mengajak masyarakat mnggelorakan literasi, karena inilah kita sedang menggelorakan ”The Indonesian Dream” itu. Di tengah percaturan politik, ekonomi dan budaya, apalagi pasca pandemi kemarin ini kita terus dihadapkan perjalanan bangsa yang berada dalam persimpangan jalan, saya ingin memberikan satu spirit optimisme. Tentu bukan blind optimism tetapi optimisme yang nyata yang rasional. Apalagi kita selalu mengingat sejarah masa lalu, Jasmerah Bung karno, jangan lelah kita belajar dari pengalaman para pendiri Republik ini. Karena tentang impian Indonesia yang diletakkan pendiri bangsa, sehingga sebenarnya the Indonesian dreams ini juga satu ikhtiar memberikan respek kepada pendiri bangsa yang telah membentuk Republik ini dengan berdarah-darah.

Meminjam istilah Sukidi tadi, inilah yang disebut sebuah Republik Ide. Karena Republik ini dibentuk dari satu impian, dari satu ide, dari satu gagasan yang akhirnya membentuk Indonesia itu sendiri. Tapi sebagai republik ide, dia bukan proyek yang sekali jadi untuk selamanya. Dan ini bukan pula warisan yang sudah diwariskan satu dua orang, akan tetapi ini negara untuk semua. Karena negara untuk semua, kita dituntut berpartisipasi secara penuh untuk membentuk bangsa ini. Sehingga sebagai proyek bersama, yang membuka ruang ruang untuk setiap warga negara berkontribusi untuk membentuk negara Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu kita harus punya dreams, sebab Amerika pun besar karena dreams itu sendiri, dan kita harus mewujudkan dan melanjutkan mimpi itu yang sebenarnya sudah diletakkan pendiri bangsa. Tapi harus selalu kita kontekstualisasikan, harus selalu kita tarik ke situasi sekarang, agar kita memiliki kesadaran menjiwai pikiran pendiri bangsa dan untuk negara ke depan.

Untuk menjawab dan mengkontekstualisasikan mimpi masa depan itu adalah dengan literasi. Karena dasar ilmu pengetahuan dan teknologi adalah literasi. Dengan kemampuan literasi yang baik, maka ilmu pengetahuan dan teknologi akan dikuasai dengan baik pula. Karena pada dasarnya, literasi berkaitan dengan kemampuan individu dalam membaca, menulis, berbicara, berhitung, memecahkan masalah baik dalam keluarga maupun masyarakat, dan berpikir kritis. Kemampuan membaca tidak hanya membaca buku namun juga membaca situasi/keadaan, membaca permasalahan, dan membaca dunia ini. Tanpa membaca itu semua, kita akan tergagap-gagap memahami dunia dan permasalahannya. Kita tidak akan mampu berpikir kritis terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita.

Peradaban bisa dibangun melalui tulisan. Ungkapan tersebut bisa menggiring pada pemahaman bahwa sebuah peradaban akan dikenal melalui tulisan dan sebuah peradaban baru akan terlahir karena adanya sebuah tulisan. Jika menengok sejarah, kita akan tahu peradaban masa lalu melalui jejak-jejak tulisan yang mereka buat. Peradaban zaman Yunani kuno, Mesir, Babilonia, dan peradaban Islam bisa kita ketahui bagaimana peradaban mereka dibangun juga karena tulisan-tulisan mereka. Sejarah kemerdekaan Indonesia pun selain dengan kekuatan membangun mimpi, juga tidak luput dengan dukungan tulisan-tulisan para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Tradisi literasi yang diwariskan dalam dunia tulis menulis harusnya kita kembangkan sehingga peradaban tetap terjaga. Tulisan merupakan hal yang harus ada jika ingin peradaban negara kita menjadi maju dan jaya. Dunia menulis selalu beriringan dengan dunia membaca. Masyarakat yang gemar membaca akan menghasilkan tulisan-tulisan yang berkualitas. Membaca dan menulis merupakan dua kemampuan yang mendasari lahirnya peradaban bangsa. Kemampuan itu muncul secara alamiah sesuai perkembangan zaman. Menulis merupakan cara individu mengekspresikan ide dan perasaan yang ada dalam pikiran dan membaca merupakan kegiatan memahami pemikiran atau perasaan orang lain.

Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan hingga menjadi budaya yang lebih popular dengan sebutan literasi. Tanpa membaca, otak akan kosong karena tidak ada informasi dan ilmu baru yang masuk, begitu juga jika tidak disertai menulis maka tidak akan ada tulisan terbaru dengan berbagai ide dan inovasi baru sehingga tidak ada dampak berarti bagi kemajuan bangsa.

Baca juga : Pernyataan Lengkap Pidato Politik Megawati Sikapi Dinamika Usai Putusan MKMK

Literasi menjadi salah satu hal yang harus dimiliki seorang individu dalam memahami ilmu pengetahuan. Setiap individu akan mampu mengekspresikan diri dan menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari. Di sinilah pentingnya pendidikan yang menjadi modal dasar kemajuan bangsa di berbagai bidang baik segi ekonomi dan kesejahteraan. Literasi berkaitan dengan banyaknya buku yang dibaca dan karya yang dihasilkan suatu bangsa. Banyaknya karya yang dihasilkan mencerminkan kekayaan pengalaman penduduk suatu bangsa dalam menyikapi permasalahan kehidupan. Dengan begitu akan banyak tersedia bahan bacaan yang menjadi sumber keilmuan dalam suatu bangsa.

Hal tersebut perlu diiringi dengan kesadaran berliterasi. Kesadaran berliterasi setiap individu tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri tetapi juga pada peradaban bangsa. Misalnya, di zaman keemasan peradaban Islam, penulis-penulis dan ilmuwan Islam menulis banyak buku tebal dengan berbagai pemikiran cerdas dan bermanfaat dalam kemajuan keilmuan dunia dan peradaban Islam di masa itu dan masa-masa berikutnya. Peradaban masyarakat zaman dahulu di berbagai belahan dunia dapat kita telusuri jejaknya dari peninggalan yang ada terutama dari tulisan-tulisan di masa itu.

Begitu dahsyatnya manfaat membaca dan menulis, kegiatan ini mampu mendongkrak kemajuan peradaban manusia. Efek tulisan begitu dahsyat. Benar pula istilah pena lebih tajam daripada ujung pedang. Tatkala senjata tak bisa lagi digunakan untuk melawan ketidakadilan dan kezholiman maka di sinilah pena berperan dengan tangguhnya. Penulis bisa jadi sangat ditakuti karena isinya yang kritis dan berani. Senada dengan itu, Napoleon Bonaparte berkata, ”Aku lebih takut pada penulis daripada 1.000 pasukan bersenjata lengkap”.

Kita tengok sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia, pemimpin kita banyak yang diasingkan penjajah karena pemikiran-pemikiran mereka yang banyak tertuang dalam tulisan. Misalnya proklamator bangsa Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta yang diasingkan oleh Belanda. Pemikiran mereka ditakutkan penjajah Belanda akan mempengaruhi bangsa. Bung Karno pernah berkata, "Mereka dapat memenjarakan saya namun tidak pada pemikiran saya".

Nah dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa literasi akan sangat berpengaruh pada peradaban suatu negara. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk ikut berperan dalam perkembangan literasi di negara kita. Merawat warisan literasi ini sama halnya melestarikan peradaban bangsa.

Sama halnya kali saya berliterasi di Taman Nasional Sebangau ini yang juga menjadi habitat asli beberapa fauna, salah satunya orangutan. Saya ikut menjelajah di senja hari dengan menyaksikan sunset di area sungai hitam, dan menemukan banyak hal menarik. Sedikitnya ada empat alasan kita wajib mengunjungi taman nasional ini. Pertama, akses yang mudah meski terletak di tengah Kalimantan, tak perlu berkendara berjam-jam untuk tiba di taman nasional ini. Pintu masuk TN Sebangau adalah Desa Kereng, yang sekaligus menjadi dermaga tempat keberangkatan speedboat. Dari Kota Palangkaraya, hanya butuh 10-15 perjalanan untuk tiba di Desa Kereng. Di sini, kita harus menyewa speedboat untuk berkeliling ekosistem rawa gambut.

Baca juga : Kejahatan Siber Menjamur, BI Perkuat Perlindungan Konsumen

Kedua, sungai hitam adalah salah satu highlight di Taman Nasional Sebangau. Akibat kandungan tannin yang tinggi, sungai ini berwarna hitam namun jernih. Speedboat akan meliuk-liuk di antara labirin rasau (sejenis tanaman pandan namun berduri tajam) yang mendominasi ekosistem di sini.

Ketiga, habitat asli orangutan meski tak punya panti rehabilitasi, Taman Nasional Sebangau termasuk menjadi habitat asli orangutan. Jika beruntung, kita akan melihat Orangutan itu sedang berayun dari satu dahan ke dahan lainnya. Selain orangutan, TN Sebangau juga menjadi habitat bagi owa-owa, bekantan, ular, buaya, serta berbagai jenis burung dan ikan.

Keempat, suasana pedalaman meski letaknya dekat dengan Kota Palangkaraya, kita akan menemukan lanskap dan suasana khas pedalaman Kalimantan. Tak ada suara bising kendaraan. Udara pun sangat bersih. Kita seakan berada jauh dari hiruk pikuk kota, tak heran sungai hitam di Sebangau wajib dikunjungi terutama bagi kita yang ingin menjelajah literasi di negeri sendiri. Tak sedikit turis asing yang menyambangi tempat ini, dan pulang dengan senyum mengembang, bagaimana dengan kita?

Semoga literasi kita semakin meningkat, dan the Indonesian Dreams yang menjadi cita-cita kita untuk kemajuan bangsa dapat diwujudkan dalam perspektif pembudayaan kegemaran membaca dan meningkatnya literasi bangsa kita. Salam literasi.****

Agus Sutoyo
Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara), Perpustakaan Nasional RI.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.