Dark/Light Mode

Suhunya Catat Rekor Baru, Di Angka Kritis

Bumi Makin Panas, Kondisi Bisa Gawat

Jumat, 24 November 2023 08:24 WIB
Suhu bumi semakin panas (Foto: Antara)
Suhu bumi semakin panas (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sekitar sepekan lagi akan diselenggarakan Konferensi Dunia Perubahan Iklim atau yang disebut COP untuk yang ke-28 kalinya. Suhu bumi yang sudah di angka kritis, jadi PR berat dan mendesak dibahas. Dunia harus kompak, segera melakukan banyak tindakan antisipasi guna mencegah dampak perubahan iklim yang makin parah.

Berdasarkan data Copernicus Climate Change Service pada Sabtu (18/11/2023), suhu rata-rata permukaan bumi tercatat 2,06 derajat celcius lebih tinggi dari era pra industri pada 1850-1900. Jika kondisi ini terus dibiarkan, bakal berdampak besar terhadap lingkungan dan penghuninya, termasuk manusia.

Deputy Director Copernicus Climate Change Service, Dr Sam Burgess, kenaikan suhu itu berdampak parah pada lebih dari 99 persen populasi terumbu karang dunia. Kenaikan suhu juga menyebabkan penurunan jumlah serangga, penurunan 16 persen tumbuhan, dan 8 persen vertebrata secara signifikan. Hal ini juga dapat menyebabkan ratusan juta orang merana dan miskin akibat perubahan iklim.

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Sekar Banjaran Aji, mengatakan, rekor suhu bumi yang menembus angka normal bisa menjadi peringatan tentang apa yang mungkin dialami umat manusia di masa depan. "Ini adalah kegagalan massal yang bisa berujung kepunahan massal," ujarnya, saat dikontak Rakyat Merdeka, Kamis (23/11/2023).

Dia mengatakan, kegagalan itu terjadi karena para pihak yang menyepakati Paris Agreement bahwa kenaikan suhu tidak boleh lebih dari 1,5 derajat celcius gagal menjalankan tugasnya untuk membuat kebijakan dan menghentikan kerusakan yang sudah diidentifikasi oleh Indo-Pacific Chamber of Commerce and Industry (IPCC). "Kini segala kegagalan tadi berujung menghasilkan krisis dan kepunahan yang lebih cepat," ujarnya.

Baca juga : Mahfud Resmi Jadi Cawapres Ganjar, Ganjarist Makin Semangat Turun Ke Bawah

Ia pun mendorong Pemerintah Indonesia segera melakukan deklarasi krisis iklim, diikuti dengan pengesahan kebijakan iklim dengan target yang lebih ambisius. "Jangan hanya menunggu terjadinya bencana iklim," tegasnya.

Sekar mengatakan, Pemerintah harus punya kebijakan mitigasi dan adaptasi iklim yang menyeluruh, dari level terkecil seperti dari desa hingga ke pusat kota. Diikuti dengan mengevaluasi atau menghentikan sementara industri yang beremisi tinggi.

"Contohnya bisa dengan percepatan pensiun PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) batu bara dan menghentikan segala bentuk deforestasi terhadap hutan alam," pungkasnya.

Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Zenzi Suhadi, mengatakan, saat ini suhu bumi sudah masuk ke fase mendidih. Jika tidak segera diambil langkah adaptasi, bencana besar pasti akan menimpa manusia. "Bukan hanya di Indonesia, tapi manusia di muka bumi," ungkapnya, kepada Rakyat Merdeka, Kamis (23/11/2023).

Dia menjelaskan, seharusnya suhu bumi tidak boleh menyentuh 2 derajat celcius di atas suhu pra industri. Sebab, kenaikan itu bisa mengubah banyak hal. Seperti iklim dan cuaca yang pada akhirnya menimbulkan bencana alam. "Makhluk hidup juga bisa mendapat tekanan luar biasa, baik di darat maupun laut," terangnya.

Baca juga : Suhu Politik Makin Panas, Jokowi Ajak Parmusi Jaga Persatuan Bangsa

Zenzi heran dengan kondisi yang sekarang terjadi. Sebab, suhu permukaan bumi terus meningkat sejak perubahan iklim dibicarakan para ahli. Langkah nyata yang mereka sepakati seringkali berakhir kebuntuan. Terutama di belahan bumi Utara yang menjadi negara industri. Mereka kerap menolak untuk menekan emisi dan meminta negara di Selatan untuk menurunkannya. 

"Utara lebih siap mengeluarkan uang kepada negara Selatan untuk mengambil langkah menekan emisi karbon," jelasnya.

Hal itulah yang dinilainya tidak pernah bisa menekan jumlah emisi karbon yang ada di bumi dan terus membuat suhunya meningkat, karena tidak ada perbuatan nyata yang dilakukan semua negara.

Untuk Indonesia, dia menilai, sudah berada di jalur yang tepat. Sebab, punya banyak program deforestasi dan beralih dari energi kotor ke energi bersih yang berdaulat. Menurutnya, jika terus dilakukan dalam waktu 5 tahun ke depan, selain bisa menurunkan suhu bumi, juga bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi.

Dia menerangkan, Indonesia punya potensi besar. Sebagai negara tropis, Indonesia punya sumber energi terbarukan yang dapat dioptimalkan sebagai penyumbang pendapatan negara. "Kami sebutnya ekonomi nusantara," ujarnya.

Baca juga : Mardiono Bahas Konstelasi Pilpres Hingga Pemenangan PPP

Ia pun mengusulkan, dalam perundingan negara global, Indonesia mengambil alih setir dan mengajak negara tropis melakukan hal yang sama. "Sehingga menciptakan jalan keluar bagi umat manusia untuk bertahan hidup di bumi," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif memaparkan, Pemerintah telah mencanangkan beberapa program untuk mempercepat proses transisi energi. Yakni menggunakan energi surya sebagai sumber energi terbarukan.

Dia mengatakan, Indonesia punya potensi besar dalam mengembangkan energi surya. "Apalagi, Indonesia adalah negara tropis yang memiliki banyak lahan dan berada di jalur khatulistiwa,” ujar Arifin, dalam acara Indonesia Solar Summit 2023 di Jakarta, Rabu (26/7/2023).

Dia mengatakan, percepatan itu perlu dilakukan, mengingat upaya mengatasi krisis iklim kian mendesak. Namun, hal ini membutuhkan dukungan berupa teknologi yang memadai dan permintaan pasar yang besar.

Menurut Arifin, ada dua hal yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan energi surya, yakni ketersediaan teknologi dan pembiayaan investor. "Dalam mengembangkan teknologi, Pemerintah tengah berupaya untuk menarik investor agar membangun industri panel surya di dalam negeri," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.