Dark/Light Mode

Di Tengah Panasnya Pilpres, Gus Mus Jaga Marwah NU

Selasa, 30 Januari 2024 08:53 WIB
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU K.H. Ahmad Mustofa Bisri. (Foto: PBNU)
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU K.H. Ahmad Mustofa Bisri. (Foto: PBNU)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah panasnya tensi politik Pilpres 2024, Nahdlatul Ulama (NU) sedang diuji soal netralitas. PBNU secara organisasi dituding tengah berupaya memenangkan salah satu Capres-Cawapres. Agar tudingan itu tidak terjadi, ulama kharismatik Kiai Ahmad Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus ikut turun gunung menjaga marwah NU. 

Hal tersebut disampaikan Gus Mus dalam pembukaan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024). Gus Mus yang juga Mustasyar PBNU didaulat untuk mengisi tausiah kepada peserta yang hadir. Acara ini turut dihadiri Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.

Gus Mus menyampaikan, sebagai tamu undangan dirinya sempat khawatir jika K.H. Miftachul Akhyar dan Gus Yahya menyinggung soal Pilpres 2024 saat menyampaikan sambutan. Namun, Gus Mus mengaku lega karena kekhawatiran itu tidak terjadi. 

“Saya ini sudah ketir-ketir ketika ketua umum pidato, rais Aam pidato, jangan-jangan nyinggung pilpres. Aku wis (sudah) niat, begitu nyebut Pilpres aku keluar,” canda Gus Mus yang disambut tawa hadirin.

Baca juga : Survei PWS: Dunia Usaha Inginnya Pilpres Satu Putaran

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, ini menegaskan bahwa NU tidak memiliki kepentingan tertentu dalam Pilpres. Sebab, tugas utama organisasi adalah berfokus untuk meningkatkan kinerja. Urusan NU, kata Gus Mus, yakni memenangkan Indonesia. Bukan memenangkan salah satu Capres dalam pesta demokrasi lima tahunan. 

“Soalnya itu bukan urusan NU. Urusannya NU itu memperbaiki kinerja, memenangkan Indonesia, bukan memenangkan Capres,” tegasnya.

Gus Mus juga menekankan, sebagai mustasyar, dirinya punya kewajiban untuk mengingatkan pengurus PBNU agar tetap menjaga marwahnya dalam Pilpres. “Kita berdoa saja semoga Allah merahmati Indonesia, NU, Allah hormati NU, bangsa Indonesia,” tutupnya.

Sementara itu, Gus Yahya menegaskan bahwa NU tidak terlibat dalam dukung-mendukung salah satu pasangan Capres-Cawapres pada Pemilu 2024. Dia mengatakan, sejak awal sudah memberi pernyataan bahwa NU sebagai organisasi akan bersikap netral. 

Baca juga : Pengamat: Wacana Bersatunya Kubu Anies-Ganjar Harus Dipadukan Kekuatan Rakyat

Namun, Gus Yahya tidak memungkiri ada beberapa pengurusnya yang terlibat dan menjadi tim sukses pada Pemilu 2024. Ia pun memastikan telah memberlakukan kewajiban cuti kepada pengurus yang terlibat aktif dalam urusan politik.

“PBNU sudah sejak awal menyatakan bahwa kami tidak terlibat dalam dukung-mendukung, sebagai organisasi, sebagai lembaga tidak terlibat dalam dukung-mendukung,” ujar Gus Yahya usai bertemu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X di Kompleks Kantor Kepatihan, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).

Dia juga menepis anggapan bahwa NU mengarahkan jajaran pengurus struktural organisasi untuk memenangkan pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Meski begitu, Gus Yahya mempersilahkan warga NU untuk menyampaikan aspirasi masing-masing. Namun, secara organisasi NU tetap memegang teguh pendirian dalam posisi netral pada Pemilu 2024.

“Semua orang kan boleh menyampaikan aspirasi masing-masing. NU mau menyerukan apalagi. Kami sudah mengumumkan sejak awal, bahwa secara organisasi NU tidak terlibat, tetapi secara pribadi-pribadi silakan,” pungkasnya.

Baca juga : Anies Kampanye Di Sulsel

Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai, idealnya NU memang harus tetap menjaga khitahnya untuk berada di titik tengah atau netral dalam gelaran Pemilu. Apalagi Gus Mus pernah berpesan, agar NU bisa mengayomi semua kepentingan.

Kendati demikian, Agung menilai wajar bila bila ada tokoh atau figur NU yang berpihak. Yang penting, dukungan tokoh tersebut tidak membawa-bawa institusi NU. Baik yang bersifat formal dengan melibatkan organ-organ resmi, atau instruksi wajib (dawuh) agar memenangkan paslon tertentu. 

“Karena bila NU terjebak dalam politik praktis, marwah dan kredibilitas ormas Islam terbesar di dunia ini dipertaruhkan,” pungkas Agung, Senin (29/1/2024).

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.