Dark/Light Mode

Jelang Pencoblosan Pilpres, NU Panas, Muhammadiyah Adem Ayem

Senin, 8 Januari 2024 08:47 WIB
NU dan Muhamamdiyah. (Foto: Istimewa)
NU dan Muhamamdiyah. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Suasana berbeda terjadi di dua ormas Islam terbesar di Indonesia jelang pencoblosan Pilpres. Nahdlatul Ulama (NU) terasa lebih panas, sementara Muhammadiyah lebih adem ayem.

Di internal NU, belakangan ini, suasananya sedang bergejolak. Salah satu pemicunya, karena pencopotan Kiai Marzuki sebagai Ketua PWNU Jawa Timur. Surat pemecatan terhadap Kiai Marzuki ditandatangani langsung Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan Sekjen Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.

Selain Kiai Marzuki, salah satu pengurus PBNU yakni Kiai Savic Ali juga dinonaktifkan sementara. Keputusan itu dilakukan, setelah Kiai Savic Ali bergabung dalam Tim Pemenangan Nasional (TPN) 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Pencopotan dan menonaktifkan pengurus diklaim sebagai upaya NU tetap netral di Pilpres 2024. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gus Yahya yang menegaskan NU netral dan tidak terlibat politik praktis.

Namun, di tengah upaya menjaga netralitas itu, justru muncul lagi kader NU yang menggelar deklarasi mendukung Capres-Cawapres. Terbaru, deklarasi yang mengatasnamakan keluarga besar PBNU mendukung Paslon nomor urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Deklarator dari deklarasi tersebut adalah Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) periode 2012-2015 Khairul Anam. Deklarasi dukungan digelar di Hotel Acacia Jakarta, Minggu (7/1/2024) yang dihadiri Cawapres 01, Muhaimin Iskandar.

Baca juga : Di Dunia Maya Panas, Di Dunia Nyata Dingin

"Kami akan instruksikan seluruh keluarga besar NU se-Indonesia memenangkan pasangan Capres-Cawapres Bapak Anies Baswedan dan Bapak Muhaimin Iskandar pada 14 Februari 2024," kata Khairul Anam.

Sekadar informasi, dalam Pilpres 2024 ini, beberapa pengurus PBNU terlibat aktif dalam Tim Sukses Capres-Cawapres. Mulai dari Nusron Wahid yang menjabat sebagai Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran. 

Tak hanya Nusron, di TKN Prabowo-Gibran terdapat nama Ketua Umum PP ISNU Ali Masykur Musa, Ketua Umum PP Pergunu Asep Saifuddin Chalim hingga Sekretaris PP Muslimat NU Arifah Choiri Fauzi.

Sementara Yenny Wahid berstatus sebagai Ketua Badan Pengembangan Inovasi Strategis PBNU kini menjabat sebagai Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Bagaimana dengan Muhammadiyah? Hingga kini, ormas Islam terbesar kedua itu cenderung masih adem ayem. Tercatat, belum ada pengurus PP Muhammadiyah yang terang-terangan bergabung dalam kubu Paslon mana pun.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir bahkan menegaskan pihaknya netral dalam gelaran Pemilu 2024. Sebagai organisasi Islam, Muhammadiyah mengambil posisi non-partisan dan tidak terlibat politik praktis.

Baca juga : Logistik Pemilu Terkirim 100%

“Maka kami harapkan bahwa selain Muhammadiyah, institusi negara juga harus non-partisan agar negara ini terawat menjadi milik semua,” ujarnya saat menghadiri Hari Syiar Muhammadiyah di Masjid Agung Wates, Kulon Progo, Minggu (7/1/2024).

Haedar juga mengingatkan semua pihak untuk menjaga prinsip Pemilu secara langsung, umum, bebas, dan rahasia. Serta menjunjung tinggi sikap jujur dan adil. Ia mengatakan Indonesia telah melaksanakan pemilu ke-6 sejak era reformasi. Tentunya, setiap kontestan harus betul-betul bisa menjadi teladan bagi segenap masyarakat Indonesia.

“Berkontestasilah dengan ksatria sebagai negarawan, baik untuk pileg dan pilpres. Jangan menang untuk menang, apalagi menang dengan menghalalkan segala cara,” pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya juga menegaskan lembaganya bersikap netral dalam Pilpres 2024. Sikap itu konsisten sejak organisasi dibentuk pada 1926.

Gus Yahya menyampaikan pada prinsipnya NU merestui segala hal yang bertujuan untuk kemaslahatan bangsa, termasuk soal pemilu. Namun, NU bukan partai politik sehingga tidak dalam posisi mendukung pihak-pihak tertentu.

Ia pun menyampaikan, tidak ada larangan bagi seluruh warga NU untuk menentukan pilihan atau dukungannya di Pilpres 2024. Asalkan, tidak membawa-bawa lembaga.

Baca juga : Pelanggaran Marak, Sanksinya Lembek

Kenapa NU lebih panas dari Muhammadiyah?  Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai kedua organisasi memang punya sikap berbeda setiap Pemilu. Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini berpandangan, NU lebih agresif karena minim kemandirian. Sebab, lebih banyak elit NU yang secara langsung maupun tidak langsung berkecimpung dalam urusan politik.

“Sementara Muhammadiyah jauh lebih tenang karena mereka mandiri, tidak banyak kepentingan politik yang bisa mengganggu fokus Muhammadiyah. Jasa penguasa juga minim pada Muhammadiyah. Itulah sebab keduanya berbeda,” ujar Dedi kepada Rakyat Merdeka, Minggu (7/1/2024).

Sementara Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno berpandangan, ada oknum internal NU yang lebih terlihat warna politiknya. Sehingga di Pilpres kali ini ada kepentingan bersama dengan paslon tertentu.

“Kalau Muhammadiyah setiap Pilpres relatif lebih soft, meski basis konstituen Muhammadiyah sudah terbaca afiliasi politiknya baik partai atau Capres,” singkatnya saat dikontak Rakyat Merdeka, semalam.

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka, edisi Senin (8/1), dengan judul “Jelang Pencoblosan Pilpres, NU Panas, Muhammadiyah Adem Ayem”.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.