Dark/Light Mode

Haedar Sebut DNA Moderat Jadi Daya Tahan Indonesia Hadapi Gejolak Politik Pemilu

Selasa, 5 Maret 2024 14:17 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Wakil Presiden Ke-10 dan 12 Jusuf Kalla saat peluncuran buku berjudul ”Jalan Baru Moderasi Beragama: Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir”, yang dirilis di Auditorium Perpustakaan Nasional, kemarin, Senin (4/3). (Foto: Instagram/haedarnashirofficial)
Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Wakil Presiden Ke-10 dan 12 Jusuf Kalla saat peluncuran buku berjudul ”Jalan Baru Moderasi Beragama: Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir”, yang dirilis di Auditorium Perpustakaan Nasional, kemarin, Senin (4/3). (Foto: Instagram/haedarnashirofficial)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia kembali menunjukkan daya tahannya dalam menghadapi gejolak politik pasca Pemilu 2024. Itu terlihat dari tidak terjebaknya masyarakat pada polarisasi ekstrem pro atau anti.

“Karena DNA bangsa Indonesia adalah moderat. Kesepakatan ‘Negara Pancasila’ merupakan wujud permanen dari DNA tersebut,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam bukunya “Jalan Baru Moderasi Beragama: Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir”, yang dirilis di Auditorium Perpustakaan Nasional, kemarin, Senin (4/3).

Buku setebal 528 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas ini merupakan hadiah milad Haedar yang genap berusia 66 tahun pada 25 Februari 2024.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari beberapa rekan, pemikir keislaman, dan keindonesiaan yang berinteraksi dengan Haedar baik secara fisik maupun pemikiran. 

Baca juga : Biaya Logistik Dipangkas, Indonesia Timur Bergeliat

Presiden Jokowi menyampaikan selamat atas peluncuran buku tersebut melalui rekaman video singkat. Menurutnya, semangat moderasi adalah untuk saling merangkul dan membuat nyaman.

Selain itu, Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla turut memberikan testimoni. Ia bersyukur Indonesia memiliki figur seperti Haedar Nashir yang selalu mengutamakan moderasi melalui pendidikan. 

"Moderasi dan modernisasi, yang juga menjadi fokus utama Muhammadiyah, harus berjalan bersama," tuturnya.

Sementara Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta menilai transformasi Muhammadiyah di bawah kepemimpinan Haedar mengingatkannya pada transformasi yang terjadi dalam Gereja Katolik, sejak Konsili Vatikan II (tahun 1962-1965).

Baca juga : Haidar Alwi: Audit Sirekap KPU Tak Akan Ubah Hasil Pemilu

“Kata-kata Haedar tidak terbang hilang, tetapi dipahami, diingat, dan dikutip. Karena keteladanan beliau, saya yakin akan kebenarannya (beliau) disebut sebagai begawan moderasi Islam”, tutur pemimpin Umat Katolik di Indonesia ini.

Menurutnya dalam pribadi Haedar Nashir berlangsung dinamika yang saya rangkai dalam tiga kata ini : pengalaman keagamaan otentik, transformasi pribadi, dan transformasi institusi.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga mengaku bangga bisa menjadi seorang sahabat dari Haedar Nashir. Menurutnya, Ketum PP Muhammadiyah itu punya kedalaman hati dan keluasan ilmu. 

"Beliau adalah orang yang sangat halus tapi sebenarnya tegas,” ujarnya.

Baca juga : Airlangga Sebut Kabinet Indonesia Maju Tetap Solid Usai Mahfud Mundur

Hadir juga dalam peluncuran buku tersebut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Mendikbudristek Nadhim Anwar Makarim, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Sudhamek AWS, Lilik Oetama, Wamen ATR/BPN Raja Juli Antoni, dan Hakim Agung YM Yanto.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.