Dark/Light Mode

Green Technology: Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap di Industri

Minggu, 7 April 2024 22:58 WIB
Rooftop solar panel (Foto: Dwi Pambudo/RM)
Rooftop solar panel (Foto: Dwi Pambudo/RM)

Abstrak:

Mewujudkan masyarakat hijau (green society) memerlukan penerapan teknologi hijau (green technology) yang berkelanjutan dan mampu menyelesaikan masalah lingkungan saat ini. Penggunaan energi tak terbarukan sebagai sumber energi membawa berbagai dampak negatif untuk lingkungan yang bisa menghambat aktivitas manusia secara global. Oleh karena itu, masyarakat perlu melakukan transisi ke energi terbarukan dengan memanfaatkan teknologi ramah lingkungan berupa pembangkit listrik tenaga surya berbasis atap yang bisa memberikan banyak manfaat bagi Indonesia untuk ketersediaan energi masa depan dan mengatasi permasalahan lingkungan. Industri sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar memiliki peran yang penting dalam implementasi teknologi ini untuk mengurangi emisi karbon dan membantu pembangunan berkelanjutan. Ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh bagi perusahaan yang menerapkan teknologi hijau ini, yakni keuntungan melalui pasar baru, mengaurangi biaya operasional, dan berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan.

Keywords: green technology, solar panel, green transformation, pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga surya atap, energi terbarukan

1. Pendahuluan

Baca juga : Menteri ESDM Apresiasi PLN Jaga Keandalan Listrik Selama Ramadan dan Idul Fitri

Salah satu penyumbang terbesar efek gas rumah kaca adalah dari sektor industri. Kementerian Perindustrian (2022) melaporkan bahwa penyumbang emisi gas rumah kaca di Indonesia dari sektor industri mencapai total 238,1 juta ton CO2e. Jumlah ini meningkat dari tahun 2021 yang sebesar 222,9 juta ton CO2e. Berdasarkan data tersebut, keseluruhan emisi gas rumah kaca tersebut berasal dari penggunaan energi industri, limbah industri, dan proses industri serta limbah penggunaan produk. Emisi gas rumah kaca tersebut mengakibatkan kenaikan suhu global yang dapat menjadi ancaman bagi kehidupan makhluk bumi dan kestabilan ekonomi. Sektor industri saat ini di Indonesia masih mengonsumsi lebih dari 32 perse konsumsi listrik dan tidak sedikit industri yang menggunakan batubara. Energi utama di Indonesia yang bergantung pada bahan bakar fosil memiliki efek samping yakni melepaskan karbon dioksida (CO2) dan ketersediaannya terbatas sehingga nilainya semakin mahal. 

Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan transisi dari energi tak terbarukan ke energi baru terbarukan dengan memanfaatkan teknologi ramah lingkungan. Pemanfaatan energi terbarukan melalui teknologi ramah lingkungan akan memberikan banyak manfaat bagi Indonesia untuk ketersediaan energi masa depan dan mengatasi permasalahan lingkungan. Industri sebagai sektor yang sangat bergantung pada sumber daya energi, tantangan utama dalam menghadapi transisi energi adalah mengurangi penggunaan energi fosil dan beralih ke sumber daya terbarukan. Industri perlu mengurangi penggunaan energi fosil dengan menggunakan energi baru terbarukan, seperti energi surya melalui penerapan pembangkit listrik tenaga surya berbasis atap. 

2. Pembahasan

Transformasi green technology memerlukan penerapan teknologi spesifik, termasuk energi baru, penghematan energi, perlindungan lingkungan, daur ulang, emisi, pengolahan limbah, teknologi rendah karbon, dan lain-lain. Implementasi green technology melalui PLTS atap akan memainkan peran penting dalam transisi energi terbarukan ini. Energi baru terbarukan (EBT) merupakan jenis energi yang tersedia di alam dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, air, dan panas bumi sangat menjanjikan di Indonesia. Pemanfaatan energi terbarukan melalui teknologi ramah lingkungan seperti PLTS mempunyai banyak keunggulan seperti ramah lingkungan, tidak menimbulkan emisi gas rumah kaca, dan mudah diperoleh. Energi surya merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya.  

Baca juga : Dorong Ekonomi Banten, PLN Sambung Listrik 58 Juta VA Pelanggan Sektor Industri

Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap adalah sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan teknologi fotovoltaik yang dipasang di atap, dinding, atau lokasi lainnya (DJEBTKE, 2021). Selama ini pasokan energi listrik di negara ini bersumber dari dua penyedia, yaitu PLN dan pihak lainnya yang mayoritas pembangkit listriknya masih mengandalkan bahan bakar fosil, dengan kapasitas mencapai 62.399 MW, sementara penggunaan sumber energi baru dan terbarukan hanya mencapai 10.490 MW (Aprilianto dan Ariefianto, 2021). Menurut laporan IESR tahun 2021, penggunaan pembangkit listrik tenaga surya atap dianggap sebagai solusi yang efisien dan efektif untuk mencapai sasaran pemanfaatan energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025, serta untuk mengurangi emisi karbon dalam sistem energi pada tahun 2060 atau bahkan lebih awal. Mencapai transformasi hijau yang komprehensif membutuhkan fokus perusahaan yang berpartisipasi dalam inisiatif hijau dan kepedulian terhadap kualitas upaya tersebut. 

Implementasi transisi bahan bakar fosil ke energi baru terbarukan (EBT) didukung oleh peraturan Pemerintah dalam Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 yang mengatur kebijakan energi nasional dan Kementerian ESDM melalui Permen ESDM No. 49 tahun 2018 tentang PLTS atap. Peraturan tersebut menyatakan dukungan pemerintah dalam mempercepat target bauran energi baru terbarukan dengan memberikan insentif fiskal seperti fasilitas: pajak penghasilan, impor berupa pembebasan bea masuk, pajak bumi dan bangunan, dukungan pengembangan panas bumi, dan pembiayaan atau penjaminan melalui badan usaha milik negara. 

Inovasi teknologi ramah lingkungan merupakan bagian penting dari strategi pertumbuhan berkelanjutan perusahaan, meningkatkan kemampuan untuk menanggapi tantangan lingkungan alam dan mencapai pembangunan berkelanjutan, sehingga meningkatkan daya saing dan kinerja perusahaan. Inovasi teknologi hijau dapat membantu perusahaan mendapatkan lebih banyak keuntungan melalui teknologi hijau (Li dkk., 2021). Selain itu, dengan memproduksi produk hijau dan inovatif untuk menempati lebih banyak pangsa pasar hijau, perusahaan dapat memperoleh kepercayaan pengguna untuk menginspirasi perilaku pembelian hijau, meningkatkan daya saing pasar mereka (Mirohshnychenko dkk., 2017).

Baca juga : Kabupaten Bogor Operasikan Bus Listrik Tahun Ini

Jika perusahaan memiliki teknologi ramah lingkungan, maka perusahaan dapat mengurangi biaya operasionalnya, sehingga meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan menggunakan PLTS atap, industri dapat menekan biaya operasional, mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan meningkatkan efisiensi energi. Transformasi teknologi hijau dapat meningkatkan kredit bisnis dengan meningkatkan reputasi perusahaan. Secara khusus, transformasi teknologi hijau perusahaan tercermin dalam proses produksi, fondasi perlindungan lingkungan, tata kelola lingkungan, dan perubahan teknologi, antara lain. Selain itu, pemanfaatan green technology juga dapat membantu industri dalam mencapai target pengurangan emisi karbon dan berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim.

3. Kesimpulan 

Indonesia memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, namun pemanfaatannya masih terbatas. Pemanfaatan green technology  melalui PLTS atap diyakini sebagai strategi yang cepat  dan tepat untuk mencapai target 23 persen bauran energi terbarukan pada tahun 2025 dan dekarbonisasi sistem energi pada tahun 2060 atau kebih cepat (IESR, 2021). Industri sebagai sektor yang menyumbang gas efek rumah kaca dengan jumlah besar perlu melakukan transisi ke energi terbarukan melaui green technology agar berperan dalam upaya pengurangan emisi karbon dan pembangunan yang berkelanjutan. Implementasi ini didukung oleh peraturan pemerintah yang mengatur tentang regulasi hingga insentif. PLTS atap memberikan manfaat bagi perusahaan dengan menyeciakan pasar baru, pengurangan biaya operasional, meningkatkan reputasi perusahaan, berperan dalam pembangunan berkelanjutan dan pengurangan emisi karbon. Implementasi green technology ini sangat penting agar dapat mengurangu produksi listrik yang dihasilkan oleh energi tak terbarukan sehingga mengurangi emisi karbon dan menciptakan transfromasi hijau yang berkelanjutan.

I Nyoman Arya Surya Dama
I Nyoman Arya Surya Dama
Mahasiswa Semester 6 Jurusan Administrasi Bisnis di Politeknik Negeri Bali

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.