Dark/Light Mode

Belum Jadi Bos BUMN Sudah Dikerjain, Ahok Banyak Musuhnya

Sabtu, 16 November 2019 08:16 WIB
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. (Foto: Twitter Basuki Tjahaja Purnama)
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. (Foto: Twitter Basuki Tjahaja Purnama)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ahok memang punya Ahokers. Fans setia yang tak pernah berhenti membelanya. Tapi, Ahok juga banyak musuhnya yang selalu muncul tiba-tiba lalu menyerang dan menusuk sampai ke jantung.

Terbaru, musuh-musuh Ahok itu muncul saat mendengar mantan Gubernur DKI Jakarta itu bakal diangkat menjadi bos BUMN alias Badan Usaha Milik Negara. Tak tanggung-tanggung, musuh Ahok ini bisa-bisanya memviralkan lagi video lawas Kiai Ma'ruf Amin yang menyebut "Ahok sumber konflik". Video berdurasi 28 detik itu beredar cukup masif di Twitter, kemarin.

Waktu pengambilan video itu tidak diketahui pasti. Kemungkinan, pada 2017. Ketika Ahok tersandung kasus penistaan agama. Saat itu sedang ramai suhu politik terkait Pilkada DKI Jakarta. Saat bicara dalam video itu, Ma'ruf masih menjabat Ketum MUI Pusat.

Dalam video itu, Ma'ruf tampak tengah berbicara kepada sejumlah orang. Salah satunya, Ustaz Yusuf Mansyur. “Menurut saya, Ahok itu sumber konflik,” ucap Ma'ruf dalam video itu. 

Ma'ruf menyebut, bangsa Indonesia akan terus berkonflik jika Ahok tidak dihentikan. “Maka itu.. Maka itu Ahok harus kita habisi... Itu sudah pakainya fiqh siyasah namanya,” tegas Maruf disambut anggukan kepala dari yang mendengarnya. 

Entah siapa yang pertama kali membagikan video ini. Di Youtube, video ini diunggah pada April 2019 atau tujuh bulan lalu. 

Baca juga : Ahok Jadi Bos BUMN, Sudah Ada Tim Ahli Yang Menelitinya

Tetapi, di Twitter, video ini ramai kembali setelah diunggah akun @Cobeh09 alias Agus Susanto II kemarin pagi, pukul 05.04. Hingga pukul 23.20, sudah 50.600 orang yang menonton, 2.000 yang meretweet, serta 3400 yang menyukai. 

Ada 309 komentar. Nadanya beragam. Ada yang menjelekkan Ahok dan membenarkan ucapan Ma'ruf. "Bener banget Yai...bentar lagi di pertamina (kalau emang bener dia jadi preskom di sana) akan timbul banyak konflik..percaya deh," cuit @Revasabr1. 

Tapi ada juga yang mendukung Ahok dan menyerang akun pengunggah video itu. "Semua akan jadi cebong pada waktunya. video lama masih aja diputer, kekurangan konten yah," komentar @dewaruci1945. "Yang bikin konflik itu orang-orang yang takut kalau Ahok berkuasa," imbuh @Rake1011. "Ya, Ahok itu sumber konflik bagi mereka yang ingin berkuasa dan melegalkan korupsi dengan cara menjual apa pun," @dyrman091 membenarkan. 

Guru Besar Politik UI, Prof Budyatna, menyebut, ada tiga kelompok yang masih benci ke Ahok. Pertama, mereka yang masih menganggap Ahok adalah penista agama. Kedua, orang-orang yang sakit hati karena "urusannya" terganggu ketika Ahok menjabat Gubernur DKI. Ketiga, kelompok pembenci Jokowi. Apalagi, Ahok disebut direkomendasikan Jokowi untuk jadi bos BUMN. 

"Ketiga kelompok ini pasti tak rela Ahok menempati jabatan bos BUMN. Mereka masih sakit hati," ujarnya, semalam. Sekali pun begitu, Budyatna meyakini, masih lebih banyak yang mendukung Ahok menempati posisi itu. "Bukan cuma Ahoker, tapi juga mereka yang punya harapan Ahok bisa membenahi BUMN," tuturnya. 

April 2019 lalu, Ma'ruf yang saat ini sudah jadi Wapres, sebenarnya sudah menjelaskan konteks video itu. Menurutnya, peristiwa di video itu terjadi saat beberapa ustaz mengajaknya untuk mendukung Anies Baswedan menjadi capres di Pemilu 2019. Namun, dia tidak mau. Ma'ruf memilih mendukung Jokowi. Para ustaz meyakini Jokowi "sekomplotan" dengan Ahok. Tapi Ma'ruf menyanggahnya. 

Baca juga : Modal Di DKI, Ahok Layak Masuk BUMN

"Jadi, waktu itu saya bilang saya nggak setuju. Pak Jokowi berbeda dengan Ahok. Ahok itu sumber konflik. Kalau Pak Jokowi kan bukan," tutur Ma'ruf, kala itu. Ma'ruf menegaskan, video yang beredar itu tidak utuh sehingga terlepas dari konteksnya.

Kemarin, Ma'ruf menanggapi rencana penunjukan Ahok sebagai bos BUMN. Dia tak keberatan. "Itu nanti kewenangan Presiden yang akan menentukan," ujarnya, di Kantor Wapres. 

Menurut informasi yang diterima Ma'ruf, Ahok masih dalam proses seleksi. Belum dibahas di Tim Penilai Akhir (TPA). "Yang difokuskan di TPA itu tentang pemberhentian tujuh pejabat di lingkungan BUMN," ungkap Ma'ruf. 

Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan, penunjukan Ahok akan ditentukan paling lambat awal Desember 2019. Erick menambahkan, sosok kepemimpinan Ahok diperlukan untuk memberikan penyegaran bagi BUMN.

"Tidak mungkin 142 perusahaan dipegang satu orang. Kita harapkan ada perwakilan yang memang punya track record pendobrak, untuk mempercepat hal-hal yang sesuai arahan," kata Erick.

Staf Khusus Menteri BUMN Bidang Komunikasi Publik, Arya Sinulingga, memastikan, Ahok akan masuk ke salah satu BUMN energi. Penetapannya masih dalam proses. "Yang pasti di energi," ujar Arya, di Kementerian BUMN, kemarin. 

Baca juga : Family Day PLN Dimeriahkan Banyak Artis

Ditanya soal posisi Ahok sebagai komisaris atau direksi, Arya enggan menjawab gamblang. "Nanti lihat aja bagaimana. Pasti keren lah sesuai dengan beliau dan sesuai kita juga," selorohnya. 

Ahok sendiri mengungkapkan, Menteri Erick sempat membicarakan sejumlah BUMN dengannya. Namun, belum dipastikan Ahok akan ditempatkan di mana. Dia menyerahkannya pada Erick. "Kemarin dia ngomong yang paling besar, yang paling rumit untuk kepentingan orang banyak itu adalah Pertamina dan PLN. Ada Krakatau Steel juga punya 60 anak perusahaan," beber Ahok, kemarin. 

Menurut mantan Gubernur DKI itu, Erick mencari orang-orang yang bekerja di BUMN tanpa memiliki kepentingan pribadi. Erick tidak mau ada oknum yang tidak bekerja dengan baik karena tidak ikhlas membangun perusahaan negara yang bukan miliknya. 

Mendengar Pertamina bakal dipimpin Ahok, Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) bereaksi. Mereka membentangkan spanduk menolak Ahok masuk di perusahaan perminyakan itu. "Kita tahu perilaku Pak Ahok itu kan kata-katanya kasar, sering bikin keributan," ujar Presiden FSPPB, Arie Gumilar, kemarin. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.