Dark/Light Mode

Diungkap Anaknya, Gusdur Sering Golput

Senin, 28 Januari 2019 08:31 WIB
Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid. (Foto: Dok. NU)
Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid. (Foto: Dok. NU)

RM.id  Rakyat Merdeka - Soal golput dalam pemilu memang lagi hangat dibahas. Ada yang setuju, ada yang tidak. Menyikapi itu, Alissa Wahid, aktivis yang juga putri mantan Presiden Gus Dur mengungkapkan, ayahnya sering golput. Golput merupakan hak warga negara.

Alissa Wahid lewat akun Twitternya, @AlissaWahid menyebut, sang ayah sering tak menggunakan hak pilihnya saat pemilu. Malahan, bukan cuma ayahnya. Diungkapkan Alissa, keluarganya juga kerap tak memilih.

Mulanya, Alissa menerangkan menjadi golput adalah hak warga negara dalam beberapa kicauannya. "Rumah itu bukan rumah saya. Anda bukan tamu. Anda pemilik rumah kolektif ini. Karena dari tiap transaksi Anda, termasuk beli sabun & makan di warung, Anda bayar iuran mengelola rumah kita. Kalau untuk memilih pengelola rumah anda abstain, gak papa. Anda tetap berhak atas rumah kita," kicau Alissa.

"Golput itu hak. Hak memilih untuk tidak memilih. Diakui dalam demokrasi. Orang golput karena tidak menemukan alasan untuk memilih salah satu kandidat. Pengen agar yang golput jadi tidak golput? Berikan alasan untuk memilih. Bukan dengan menyalahkan atau merendahkan golput," cuitnya.

Baca juga : Di Makam Ayahnya, SBY Mengenang Gagal Jadi KSAD

Kicauannya menuai perdebatan. Akun @MbahWin3 menilai, golput bukan solusi dan tindakan salah. "Menurut pendapat saya, golput bukanlah pilihan bijak. Sejelek-jeleknya pemimpin masih jauh lebih baik dibanding tanpa pemimpin. Sebab jika tanpa pemimpin negara akan kacau dan berlakulah hukum rimba. Itu," kicaunya.

@AlissaWahid pun menjawab, "Ndak juga. Dalam kondisi tertentu, golput adalah gerakan perlawanan atas pemilu yang dianggap tidak berguna. Gus Dur mengajarkan itu, dan saya percaya." Akun @BuariAhmad mencecar. "Anda anti demokrasi? Kok golput," desak akun ini disambut @ADIB_RAHMAN_H_A.

"Jangan menuntut apa pun dari negara maupun pemerintah jika kelak ada sebuah problem. Karena yang golput secara hakekat tidak memiliiki pemimpin dan bukan termasuk warga negara," kicaunya.

Nah, dari kicauan inilah Alissa mengungkapkan ayahnya dulu kerap Golput. "Ndak ada aturan orang kehilangan kewarganegaraannya karena dia tidak nyoblos. Gus Dur berkali-kali tidak nyoblos. Kami sekeluarga juga berkali-kali. Dan tetap saja warganegara RI. Bayar pajak. Ikut merawat Indonesia," kicaunya. Tak puas, netizen tetap heran dengan pernyataan Alissa seperti akun @rukamhammer. "Ohh berkali kali????" cuitnya dijawab @Masucik. "Mbak Alissa, situasinya kan tidak bisa di-copy paste begitu saja."

Baca juga : KPK Ungkap Alasan Garuda Kerap Merugi

Akun @AryakaMandha memberi wejangan. "Kalau mau milih pemimpin yang sempurna pastinya gak akan pernah ada semua punya kekurangan masing-masing, tapi dengan golput sama aja memilih pemimpin yang paling banyak kekurangannya untuk memimpin negeri ini. Satu suara sangat berarti untuk menentukan nasib bangsa," cuitnya.

Akun @JienSatria salut dengan kejujuran Alissa. "Inilah yang membuat saya kagum. Kepada Keluarga Almarhum Gusdur. Berani mengambil sikap GOLPUT daripada ikut terlibat membenarkan sebuah kebohongan yang tak jarang berujung ke penghianatan kepada Rakyat Pemilih," kicaunya.

Merasa semakin melebar, Alissa mencoba meluruskan. Dia membeberkan sikap politiknya di 2019. Dia menegaskan akan mengunakan hak suaranya. Meski begitu, Alissa tetap menghargai orang-orang yang memutuskan untuk golput di Pilpres 2019. "Saya tidak akan golput di 2019, dengan alasan saya pribadi. Dan saya menghargai hak kawan-kawan yang memilih untuk golput. Saya berdoa para paslon dan timsesnya mampu meyakinkan publik calon golput untuk memilih mereka," pungkas Alissa.

Soal golput, eks Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Buya Syafii Maarif dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD punya pandangan sama. Keduanya mengajak masyarakat tidak golput dalam Pemilu 2019. "Saya tetap memilih yang lebih baik dari yang tersedia. Saya memilih yang agak bagus dari yang kurang bagus," kata Mahfud di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, akhir pekan lalu.

Baca juga : Debat Capres Ke-2 Bakal Seru? Ah, Nggak Yakin...

Senada, Buya Syafii mengingatkan, jika semakin banyak orang golput, maka pilar demokrasi akan semakin jelek. Golput berbahaya untuk legitimasi parlemen dan eksekutif. "Kalau mau menegakkan demokrasi yang sehat ya tidak golput," ujar Buya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.