Dark/Light Mode

Soal Larangan Jokowi Ke Kediri

Bagi Kiai Nu, Joke NU itu Biasa

Kamis, 20 Februari 2020 07:26 WIB
Foto: PBNU
Foto: PBNU

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, KH Muhammad Anwar Iskandar menanggapi santai pernyataan Seskab Pramono Anung yang melarang Presiden Jokowi datang ke Kediri. Dia yakin apa yang disampaikan Pramono itu hanya joke, dan joke semacam itu biasa-biasa saja bagi warga NU.

Kiai Anwar terkekeh-kekeh saat ditanyakan pendapatnya soal mitos yang disampaikan Pramono. “Oh, ho-ho-ho... Itu hanya joke itu,” kata Kiai Anwar kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

“Namanya aja cuma mitos. Sesuatu yang tidak ada landasannya secara ilmiah,” tambahnya. Dia lalu menukil sepotong ayat Al-Quran untuk meluruskan perkara tersebut. Yaitu surat Ali ‘Imran, ayat 26 yang menerangkan tentang kerajaan.

Dalam ayat itu disebutkana, hanya Allah lah yang bisa memberikan kerajaan kepada yang dikehendaki, dan hanya Allah juga yang bisa mencabut kerajaan tersebut dari orang yang dikehendaki.

Kiai Anwar yang hadir dalam acara di Pesantren Lirboyo itu, ikut melihat dan mendengarkan langsung apa yang disampaikan Pramono. Karena ada bangunan di Pesantren yang diasuhnya juga ikut diresmikan.

Namun, prosesi acaranya disatukan di Pesantren Lirboyo. Karena itu, Kiai Anwar tahu persis bahwa Pramono pada hari itu cuma bercanda. Dari mimik wajah dan intonasi suaranya, ia menilai Pramono tidak menyampaikannya dengan penuh keyakinan. Hanya untuk gurauan gurauan saja.

Baca juga : Larang Jokowi ke Kediri, Pramono: Bercanda

“Saya lihat seperti enggak berangkat dari keyakinan. Atau keimanan yang dia yakini tuh. Ya namanya aja mitos, hahaha,” lanjutnya.

Dari perspektif Islam Ahlussunnah Wal Jamaah, kata Kiai Anwar, mitos tidak perlu dipercaya. Namun, jika ada juga orang yang ngotot percaya, dirinya juga tidak bisa memaksakan untuk tidak percaya.

“Tapi bagi kami orang NU, nggak ada itu. Ya kalau misalnya presiden mau datang, barangkali itu hak warga negara untuk didatangi oleh presi den tapi kembali ke presidennya,” sebutnya.

Sementara, KH An’im Falahuddin Mahrus menguatkan apa yang disampaikan Pramono. Meskipun, ia mengakui, itu hanyalah mitos: boleh percaya, boleh tidak. Menurutnya, rata rata masyarakat Kediri, khususnya yang sudah tua, percaya tentang mitos itu. Pejabat pun ada kepercayaan juga, memang dari luar daerah harus berhati hati kalau ke di Kediri.

Tapi yang paling pokok adalah kepala negara yang tertinggi. Sebagian petinggipetinggi juga kalau ditugaskan ke Kediri itu hatihati itu ada mitosmitos yang seperti itu,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, yang akrab disapa Gus An’im itu saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.

Ketika disebutkan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY pernah mematahkan mitos tersebut, dengan dua kali mengunjungi Kediri, yakni masing-masing di tahun 2007 dan 2014, ia membantahnya.

Baca juga : Jokowi Bantah Asing Bakal Kuasai Proyek Infrastruktur

“Khusus untuk pak presiden SBY, saya mendapat informasi dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompida) Itu juga nggak berani lho ke sana. Ke sana itu datangnya lewat Blitar, ya tapi nggak masuk jantungnya Kediri. Dan itu juga sudah di akhir Jabatan beliau kan,” terangnya.

Sementara di periode pertama, ta hun 2007, ia mengaku tidak tahu ada kedatangan Presiden SBY di Kediri. Bahkan dari informasi yang ia peroleh dari Dandim setempat, pada 2014 SBY dirayu-rayu untuk memasuki Kediri, tapi menolak. Yang ngomong itu pak, Dandim dulu itu.

Rayu-rayu supaya nggak percaya, nggak berani tuh ke sana. Pak Dandim sendiri yang komunikasi waktu itu. Karena kalau Pak Presiden ke sana kan Pak Dandimnya dilibatkan terutama ketika 2014, Gunung Kelud itu kan. Itu kan lewatnya lewat Blitar, nggak masuk Kediri nggak nyebrang kali itu,” jelas Gus An’im.

Keyakinan akan mitos itu, bahwa setiap Presiden yang berkunjung ke Kediri akan lengser menguat karena sudah ada buktibuktinya. Tidak terkecuali, Presiden yang berlatar belakang ulama. “Nyatanya, Gus Dur datang ke sana, malamnya di Lirboyo. Besoknya ribut,” tandasnya.

Selain itu, ia juga menyebutkan mitos lainnya bahwa ada yang meyakini Presiden bisa berkunjung ke Kediri, dengan syarat harus pamitan terlebih dahulu ke makam Syekh Al Wasil Syamsudin atau Mbah Wasil. Itu tidak hanya berlaku bagi Presiden.

Setiap pejabat yang ditugaskan ke Kediri, juga disarankan untuk melakukan hal yang sama. “Sebelum dia bertugas sebaiknya sowan Ke Mbah Wasil itu, gitu loh. Pamitan lah,” sebutnya. Karena Mbah Wasil, kisah Gus An’im, menurut kepercayaan orang-orang tua di Kediri sebenarnya adalah yang membuat ramalan Jayabaya.

Baca juga : Bangun Ibu Kota Baru Nggak Pake Ngutang

“Jadi yang mengarang ramalan Joyoboyo itu, ya Mbah Wasil itu. Karena beliau se bagai penasehat spiritualnya Joyo boyo. Ada kepercayaan seperti itu.” Jika hanya sekedar berkunjung, bukan ditugaskan dalam waktu yang lama, pejabat selain Presiden tidak masalah jika tidak berziarah ke makam Mbah Wasil setiap datang ke Kediri.

“Kalau menteri nggak ada masalah. Bahkan Wakil Presiden juga nggak apa-apa. Dulu bu Megawati ke sana juga nggak masalah,” terang dia.

Hingga tadi malam, pihak Istana belum memberikan pernyataan terbaru terkait mitos Kediri ini. Desakan publik agar Presiden Jokowi datang ke Kediri untuk mematahkan mitos tersebut, juga belum dapat dipastikan kapan. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.